BAGIAN 79

2.1K 290 58
                                    

Amanda menutup laptopnya, wanita itu berdiri lalu memeluk suaminya dari belakang. Arya tersenyum sambil mengancingkan bajunya. "Kamu mau kemana?" Tanya Amanda manja. Arya berbalik dan menatap istrinya. "Hanya mau ke dermaga melihat seseorang bertransaksi." Ujarnya sambil membelai lembut rambut istrinya. "Siapa tahu kita bisa mendapatkan informasi dari sana tentang pelaku penyerangan itu." Sambungnya.

"Kamu main tembak-tembakan gak nanti?" Tanya Amanda ingin tahu membuat kening Arya berkerut. "Maksudnya?" Tanya arya tak mengerti.

"Iya kamu nanti menembak tidak?" Tanya Amanda lagi memperjelas pertanyaannya.

"Hmm tergantung. Jika situasinya harus melakukan itu akan aku lakukan." Jawabnya. Arya mencium kening istrinya sebelum pergi. Ikbal sudah menunggunya di luar. "Bagaimana Elang?" Tanya Arya yang seharian ini tak mendengar kabar anak buah kesayangan Willy itu. "Dia sudah lebih baik Bos." Jawab Ikbal sembari mengemudi.

"Syukurlah.."

"Bos, kita akan melakukannya dimana?" Tanya Ikbal sambil terus menatap jalan lurus dihadapannya.

"Di tempat Elang di serang. Aku akan memancingnya keluar disana." Ujar Arya mantap. Ikbal mengangguk mengerti. Pria itu melajukan mobilnya dengan cepat.

Keduanya sampai di tempat Elang di serang. Gang pinggir jalan kota yang sempit dan sepi. Ikbal menunggu Bosnya di dalam mobil dengan matanya yang terus mengamati situasi. Arya berjalan seolah tak ada orang yang mengawasinya. Suara derap langkah kaki terdengar di sisi kiri. Arya tetap tenang.

Dan tiba-tiba..

Seorang bertopeng menyerang Arya dengan sigap Arya membalas setiap serangannya. Pria bertopeng itu membawa sebilah pisau sebagai senjatanya. Tak telak Arya bertarung, pria itu mengayunkan pisaunya mengenai lengan Arya.

Arya membalasnya dengan pukulan-pukulannya. Pria itu terjatuh, saat Arya kan membuka topengnya pria itu melemparkan pasir ke wajah Arya membuat pria itu kehilangan penglihatan, Ikbal yang sudah tau jika Bosnya mengalami kesulitan segera berlari dan menghajar pria itu. Namun pria itu lolos.

"Boss... boss... anda baik-baik saja?" Tanya Ikbal panik. Lalu memberikan sebotol air mineral yang dibawanya. Arya mengguyur wajahnya dengan air. "Bangsaaatt dia kabur kemana?" Tanya Arya. "Kesana Bos.." Arya menatap jalan yang ditunjuk oleh Ikbal. "Bukankah itu arah dermaga?" Tanya Arya. Ikbal mengangguk. "Sekali dayung satu dua pulau terlampaui. Ayo kita kejar dia." Perintah Arya.

"Tapi Bos, lengan Bos?" Tany Ikbal yang melihat darah mengucur dari lengan Bosnya. Arya melihat lengannya. "Ini hanya luka kecil, nanti biar istriku yang mengurus." Ujar Arya lalu berlari ke dalam mobil dan menuju ke arah dermaga.

*****

Arya dan Ikbal telah sampai. Keduanya melihat ada empat orang sedang bertransaksi. "Bos bukankah hoodie hitam itu orang yang sama yang menyerang anda tadi?" Tanya Ikbal. Pria itu yakin dialah orangnya. "Apa kau yakin?" Tanya Arya. "Sangat yakin. Telapak tangannya terluka saat menahan belatiku. Aku yakin itu dia." Jawab Ikbal mantap.

Mereka mengawasi dengan seksama keempat orang itu. Tiga yang lain adalah orang bertubuh besar dan gempal. Mereka tiba-tiba menghajar pria hoodie hitam itu tanpa ampun, Arya dan Ikbal terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dengan paksa ketiganya membuka hoodie itu dan..

"Dia wanita Bos.." ujar Ikbal. "Aku juga melihatnya. Siapa dia? Kenapa dia menyerang anak buahku?" Ujar Arya pada dirinya sendiri. Ketiganya seperti sedang melakukan sesuatu pada tubuh gadis itu, lalu menghajarnya dengan kasar hingga gadis itu terjatuh tak bergerak. Arya menembaki ketiga orang itu yang seakan ingin menghabisi nyawa gadis itu.

Sesorang dari mereka kabur, kedua orang diantaranya terkena tembak namun masih bisa kabur. Gadis itu tergeletak tak berdaya saat melihat semua orang kabur dan meninggalkannya sendirian. "Kita harus mendapatkan dia Bal, dia tidak boleh mati sebelum menjawab semua pertanyaan kita." Ujar Arya. Ikbal sedikit berlari ke arah gadis itu, kau tidak boleh mati. Kau harus menjadi jalan untuk kami mendapatkan pelaku yang sebenarnya.

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now