BAGIAN 75

2.1K 309 68
                                    

Amel menangis tersedu-sedu di ruangannya. "Brengsek sekali Amanda itu. Kurang ajaarr... aaargghh..." teriaknya. "Aku akan membalasnya. Harus.." ujarnya. Gadis itu memijat kepalanya yang terasa sakit. Rasanya hatinya panas sekali mengingat bagaimana Arya panik membawa istrinya ke rumah sakit. Ditambah lagi apa yang dia lakukan ketahuan. Semua rencananya berantakan.

Amel berniat menemui Ibunya. Gadis itu meraih ponselnya dan segera mengetik nomornya. "Haloo sayang? Ada apa tumben telpon Mama?" Tanya Mamanya. "Mah aku butuh bantuan Mama." Ujar Amel to the point.

"Tentang? Ehmm wait wait apa ini masih tentang Arya?" Tanya Mamanya tidak percaya. "Heem Ma. Aku masih mencintainya. Aku ingin memilikinya lagi seperti dulu." Katanya lagi. "Okey, apa yang bisa mama bantu untuk anak mama ini?" Seru Mamanya. Amel menceritakan segalanya yang terjadi termasuk apa yang sudah dialaminya hari ini. "What?? Kamu ketahuan? Omygod sayang gimana kalo Arya masukin kamu ke penjara?" Tanya mamanya mulai panik. "Enggak ma. Dia gak akan. Aku yakin dia juga masih mencintaiku. Hanya karena istrinya yang sedang hamil aja makanya dia gak mau balik sama aku." Ujarnya dengan nada sebal.

"Apa kamu yakin Arya masih sama seperti Aryamu yang dulu? Yang masih mencintaimu seperti yang kamu katakan itu?"

"Aku yakin Ma. Aku ingin menyingkirkan anaknya yang belum lahir itu. Jika istrinya kehilangan bayinya Arya pasti akan meninggalkannya Ma.." ucap Amel dengan mantap.

"Ok kalo kamu sudah pastikan itu. Nanti malam kita bertemu di Kenanga Resto. Kita akan bahas rencana kita, Mama akan bantu kamu." Ujar Mamanya lalu menutup sambungan telponnya. "Yess! Aku tau mama bisa diandalkan." Amel tersenyum sinis, "Amanda saat ini kau boleh selamat. Tapi nanti jangan harap!!" Gumamnya dengan senyum penuh kebencian.

*****

Malam harinya..

Amel datang menemui mamanya yang memang sudah menunggunya bersama seorang laki-laki muda sebaya dengannya. "Siapa dia Ma?" Tanya Amel sembari duduk di sebelah mamanya. Mama Amel tersenyum, "Dia Bimo, anak staf Mama yang bekerja di Sandya Company." Ujar Mamanya. "Trus hubungannya sama rencana kita?" Tanya Amel tak mengerti.

"Dia akan membantu kita untuk melancarkan rencana kita." Amel mengangguk sambil tersenyum. Gadis itu menjabat tangan Bimo dengan senang. "Selamat bekerja sama." Katanya lagi.

"Tunggu Bu Cindy, apa imbalan yang akan saya dapat jika saya berhasil?" Tanya Bimo kemudian. "Kau akan mendapatkan apapun yang kau mau Bim.." jawab Cindy mantap. Bimo mengangguk lalu tersenyum. "Tapi saya tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada target kita yaitu Nona Amanda." Katanya lagi.

"Kau tenang saja. Kami yang akan bertanggung jawab penuh dengan apa yang akan terjadi." Jawab Amel meyakinkan Bimo yang akhirnya pria itu menuruti omongan Amel. Mereka mulai merencanakan sesuatu.

Dua minggu ini Bimo memantau keadaan kantor. Desas desus gosip dan apapun tentang Amel masih beredar namun tak sepanas hari pertama kejadian waktu itu. Bimo melihat setiap gerak gerik Amanda yang mulai ikut kembali suaminya ke kantor. Bimo melihat kebiasaan Amanda yang suka sekali ke kantin bersama dengan anak buah Arya untuk makan atau minum susu.

Hari ini Amanda ingin pergi ke kantin untuk mengambil cake yang dibawakan oleh Elang dari Friska. "Sayang kau disini saja biar Ikbal yang ambil." Sergah Arya. "Nggak apa-apa lagian kan deket ke kantin tinggal jalan lurus terus belok ke kanan. Sampai deh.." ujarnya manja.

"Ck lagian Elang kenapa gak dibawa kesini aja sih tadi." Gerutu Arya kesal. "Kamu gimanasih kan tadi kamu yang suruh Elang buat cepet-cepet jemput client kamu. Gimanasih udah lupa? Hmm faktor U nih.." kata Amanda menggoda suaminya. "Iyaa juga sih. Iyaauda aku aja yang ambil." Kata Arya lalu bergegas berdiri.

INTERNAL LOVEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu