BAGIAN 47

3.2K 314 62
                                    

Arya dan istrinya keluar dari ruangannya dengan menggendong Amaira di pelukannya. Sarah berdiri dan menundukkan kepalanya pada mereka.

"Emm sayang, aku lupa ponselku ketinggalan. Kamu duluan aja ya." Ujar Amanda lalu bergegas masuk ke dalam ruangan Arya. Wanita itu mencari di kamar pribadi suaminya dan ketemu. "Ini dia.." katanya saat menemukan ponselnya.

Ponselnya berdering. Erlin, batinnya.

"Halo Lin.."

"Halo Amanda, kamu udah jalan ke Rumah Sakit?" Tanya Erlin. Suaranya panik.

"Belum. Ini masih di kantor Arya. Kenapa?" Tanya Amanda balik.

"Ada pasien yang harus kamu tangani sekarang di IGD. Dokter Acha sedang ada di ruang operasi sekarang. Kamu kesini ya?" Ujar Erlin lalu menutup ponselnya. Amanda panik. Dia bergegas keluar.

Namun pintu ruangan Arya tak bisa dibuka. "Halooo apa ada orang di luar. Tolong buka pintunya." Teriak Amanda. Ini kenapasih. Batinnya sebal.

Amanda menggedor-gedor beberapa kali pintunya. Tak ada suara siapapun. Lalu dia teringat Sarah. "Saraahh... Saraahh buka pintunya." Teriaknya. Sarah diam tak bergeming mendengar teriakan Amanda. Gadis itu tersenyum sinis.

"HEYY SARAH APA YANG KAU LAKUKAN." Teriak Ikbal saat mendengar teriakan majikannya. Wajah Sarah gugup. Ikbal membuka pintu dan Amanda keluar.

"Makasih ya Bal.." katanya. Amanda melihat Sarah sekilas dan pergi.

"Sarah kau jangan macam-macam dengan Nona Amanda ya. Lindungi dirimu jika Bos tahu kau akan tamat." Ancam Ikbal.

"Ma-maafkan saya Pak. Saya gak bermaksud seperti itu. Tadi saya udah mau berdiri membukakan pintu untuk Ibu Amanda." Elaknya.

"Kau tidak usah bohong. Selama ini Bos sudah sabar mendengar keluhan putrinya karena kau selalu membentak Nona Kecil. Jika dia tahu kau melakukan ini pada istrinya aku tidak tahu apa yang akan Bos lakukan padamu. Kesabaran seseorang ada batasnya Sarah." Sambungnya lalu pergi meninggalkan Sarah.

"Aku hanya mengunci istrinya, belum melakukan apapun. Aku jadi penasaran bagaimana jadinya jika aku melakukan sesuatu pada Ibu Amanda." Serunya sambil tersenyum jahat.

******

Amanda berada di kantin dengan Erlin meneguk kopi susu kalengnya. "Syukurlah dia selamat." Ujar Erlin lega.

"Iya Lin. Lega juga aku. Aku tadi panik karena pintu ruangan Arya gabisa di buka." Kata Amanda kesal.

"Hah? Kok bisa? Bos tidak mungkin diam saja jika pintunya rusak begitu. Kamu kurang tenaga kali bukanya." Ledek Erlin dengan mengatupkan bibirnya menahan tawa.

"Enak aja. Huuuuffth aku yakin jika aku tadi di kunciin Lin dari luar." Kata Amanda lirih.

"Hah? Maksutnya Bos ngunciin kamu di dalam? Astaga kurang kali jatahnya. Hahaha.." goda Erlin lagi. "Maaf maaf Nona maafkan mulutku yang tidak terkontrol ini. Tolong jangan pecat saya." Ujar Erlin meralat kata-katanya melihat Amanda menatap tajam ke arahnya.

"Ok diterima. Aku tidak jadi memecatmu." Cibir Amanda pada Erlin. Keduanya kemudian tertawa. "Tapi Lin aku serius, aku seperti sengaja di kunciin di dalam. Aneh aja gitu."

"Iya dikunciin sama siapa?" Tanya Erlin sembari meneguk kopi susu kalengnya.

"Aku gak mau menuduh ya tapi dia satu-satunya orang yang ada disitu. Sarah. Aku yakin dia yang kunciin aku." Kata Amanda tanpa ragu. Erlin tersedak lalu batuk.

"Beraninya dia kunciin kamu??" Seru Erlin geram. "Apa kamu sudah kasih tahu Bos?" Tanya Erlin. "Belum Lin.." jawab Amanda. "Aku sekarang gak punya cukup bukti buat menuduh dia adalah pelakunya meski aku yakin. Walau aku tahu suamiku pasti akan membelaku. Biarkan dulu untuk saat ini, jika dia melakukannya lagi aku akan bilang sama Arya." Kata Amanda. Erlin mengangguk perlahan meskipun tidak setuju dengan pernyataan Amanda. "Tidak, aku akan mengatakannya pada kak Ikbal. Beraninya gadis itu berbuat seperti itu dengan Amanda." Batin Erlin.

*****

Tok tok tok

"Bu, ini aku. Boleh aku masuk?" Tanya Arya yang berdiri di depan kamar ibunya. Arya sedikit khawatir, karena sejak siang Ibunya murung dan tidak berselera makan. Bi Nur melapor pada Arya, pria itu lalu datang ke rumah Ibunya.

"Masuk Nak.." jawab Olivia.

Arya masuk dan melihat Ibunya duduk di ranjangnya dengan berselimut. "Bu, apakah kau sakit?" Tanya Arya khawatir. Olivia menggeleng pelan. "Lalu kenapa ibu tidak makan? Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Aku bertanya pada Firly, dia bilang jika aku harus bertanya langsung padamu. Ada apa Bu?" Tanya Arya perlahan sembari menggenggam tangan Ibunya.

Olivia memandang putranya sendu. Matanya berlinang air mata. "Ibu hanya takut." Jawab Olivia singkat. Arya mengernyitkan dahinya. "Takut? Apa yang membuat Ibu takut?"

"Kevin." Jawab Olivia dengan menatap tajam anaknya. Arya membulatkan matanya. "Kevin? Apa dia mengganggu Ibu? Beraninya dia." Seru arya geram.

"Tidak Nak, dia tidak mengganggu Ibu."

"Lalu apa Bu?" Tanya Arya penasaran. Olivia lalu menceritakan pertemuannya dengan Kevin dan ketakutannya jika Kevin mengetahui bahwa anaknya masih hidup.

Arya menghela nafas panjang, "Bu, tenanglah jangan berpikiran yang tidak-tidak. Jika itu terjadi aku akan menghadapinya." Ujar arya menenangkan Ibunya. "Tapi Ibu tetap takut, Ibu tak ingin melihatmu pergi lagi dan istrimu sedih. Apalagi sekarang kita punya Amaira." Kata Olivia dengan isak tangisnya.

"Tenanglah Bu, aku tidak akan membiarkan kita terpisah lagi. Aku akan melakukan apapun itu untuk keluarga kita." Jawab Arya lalu memeluk Ibunya.

Tiba-tiba...

"Omaaaa...." seru Amaira masuk ke kamar Olivia dengan Amanda membawa nampan makan malam untuk Ibunya.

"Cucu Omaaa... kemarilah sayang.." kata Olivia sambil melepaskan pelukannya dari sang putra.

"Oma sakit? Oma jangan sakit dong, kalo Oma sakit nanti aku dan Opa sedih loh Oma.." kata Amaira sambil memeluk Omanya.

"Benarkah? Hahaha Oma udah gak sakit lagi karena ada Amaira disini." Jawab Olivia.

"Hmm berarti Oma harus makan sekarang. Mommy aku mau nyuapin Oma biar makin sembuh." Kata Amaira pada Amanda. Arya dan Amanda tersenyum.

"Ok cantik. Pelan-pelan ya sini Mommy bantu." Seru Amanda lalu membantu putrinya menyuapi Olivia. Arya senang melihat pemandangan itu. Lalu perlahan dia pergi dari sana dan mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Bal, temui aku di ruang kerja sekarang." Perintah Arya.

"Baik Bos."

******

Kevin sedang bermain billiard di salah satu Bar terkenal di kota A, lalu tanpa sengaja dia membuat seorang gadis terjatuh.

Gadis itu tak sepenuhnya benar karena dia melihat ponsel saat berjalan ke arah sofa yang berada di sudut ruangan.

Bruuukkk

"Sorry sorry.." kata Kevin.

"Its Ok." Jawab gadis itu. Kevin mengambil ponsel yang menyala itu lalu tertegun melihat di layar ponsel gadis itu. "Ini kan..."

"Arya Sandya. Apa kau mengenalnya?" Tanya gadis itu.

"Tentu saja. Apa benar dia Arya Sandya?" Tanya Kevin penasaran. Wajahnya memerah menahan amarah.

"Benar tuan, aku adalah sekretarisnya, Sarah." Jawab Sarah dengan bangga. Gadis itu tak tahu siapa Kevin hingga dia mengatakan segala hal tentang Arya. Termasuk tentang Amaira dan Amanda.

Kevin tenang mendengarkan cerita Sarah lalu terbesit keinginan ingin membalas dendam lagi karena ternyata Arya masih hidup bersama putrinya.

"Aku akan membantumu mendapatkan Arya dan melenyapkan istri dan anaknya. Tapi kau juga harus membantuku melancarkan rencana ini." Ajak Kevin berkompromi.

"Baik tuan Kevin. Katakan apa maumu aku akan melakukannya untukmu demi mendapatkan Pak Arya." Ujar Sarah pada Kevin. Keduanya terlibat percakapan hingga larut malam.



Bersambung...

Haii selamat malam..
Happy weekend yaa guys..

Maaf terlambat up karena ada acara keluarga. Terimakasih sudah menunggu ya. Selamat membaca dan jangan lupa vote 💜💜💜💜

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now