BAGIAN 57

3.1K 318 54
                                    

Arya tiba di kantornya, Amanda turun dengan menggait lengan suaminya. "Apakah kamu akan lama?" Tanya Amanda saat memasuki lift.

Arya menggeleng perlahan, "Tidak, tunggulah di ruanganku. Aku akan segera kembali." Kata Arya saat mereka memasuki ruangannya. Ikbal sudah menunggu Bosnya dengan memberikan berkas untuk ditanda tangani. "Kau sudah menyiapkan semuanya?" Tanya Arya. "Sudah Bos." Jawab Ikbal cepat. "Baiklah ayo." Ikbal mengikuti Bosnya. Amanda duduk di kursi kerja Arya sembari memainkan ponselnya.

"Erlin lagi ngapain ya?" Pikirnya.

Di tempat yang berbeda Erlin berjalan cepat karena diikuti oleh dua anak buah Fatah yang menginginkan alamat Amanda. "Dokter tolonglah. Beri tahu kami rumah dokter Amanda!" Pinta mereka dengan wajah yang memelas.

"Memangnya kenapa aku harus menurutimu?" Kata Erlin kesal. "Pergilah. Aku tidak tahu rumah amanda dimana. Cepaaatt.. jika tidak kau akan kuhajar lagi. Mau?" Kata Erlin dengan mengepalkan tangannya. Kedua anak buah Fatah pergi dengan muka yang masih melas.

"Astaga apalagi ini. Dasar berandal. Jika Bos Arya tahu aku yakin kalian akan habis." Gerutu Erlin. Ponsel Erlin berdering. "Nah kebetulan banget nih orangnya nelpon. Panjang umur memang." Kata Erlin melihat nama Amanda terpampang di layar ponselnya.

"Halo cantikku.." sapa Erlin.

"Halo Lin. Kamu lagi sibuk?" Tanya Amanda.

"Tidak. Aku baru saja dikerjar anak buah pasienmu. Astaga mereka menanyakan alamatmu." Seru Erlin.

"Untuk apa? Jangan sampai kau memberikannya." Ancam Amanda. "Tentu saja tidak. Kau pikir demi mereka aku akan memberikan nyawaku secara sukarela pada Bos. Gila aja." Gerutu Erlin. Membuat Amanda tertawa. "Hahahaha.." Amanda teringat dua mobil yang mengikutinya tadi. Lalu bertanya pada Erlin.

"Lin, aku boleh tanya sesuatu?" Tanya Amanda. Erlin merasa ada sesuatu yang serius yang akan ditanyakan Amanda padanya. "Silahkan Manda. Aku akan menjawabnya jika aku tahu."

Amanda mengambil nafas lalu menghembuskannya pelan. "Apa kamu tahu jika suamiku kembali ke bisnis hitamnya?" Tanya amanda. Erlin membulatkan matanya karena dia tidak mendengar hal seperti itu dari kakaknya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa Bos melakukan sesuatu lagi dan kamu tahu?" Tanya Erlin. "Bukan Lin, aku tidak tahu apa yang pasti tadi saat kami dalam perjalanan ke kantor ada orang yang mengikuti kami. Arya berhasil menghindarinya. Tapi Lin, besar kemungkinan mereka akan kembali lagi kan?" Kata amanda. Erlin mengangguk setuju dengan ucapan amanda. "Benar. Mereka tak akan berhenti sebelum benar-benar melumpuhkan target." Jawab Erlin.

"Apa Ikbal tidak bercerita padamu tentang suamiku? Tolong jangan kamu sembunyikan dariku." Kata Amanda lagi.

"Tidak amanda. Aku baru mendengar ini darimu. Aku akan bertanya pada kakakku nanti dan akan melaporkannya padamu." Kata Erlin dengan mantap. "Baiklah terimakasih ya Lin. Arya sudah kembali. Nanti aku telpon lagi." Kata Amanda lalu menutup telponnya.

*****

"KENAPA KAU BISA KEHILANGAN DIA BODOH.." teriak Fatah di ujung telpon. "CARI DIA SEKARANG JUGA. KAU SUDAH MEMBACA DATANYA DARI TONY KAN. CEPAAATT.." perintahnya lagi lalu menutup telpon.

"Baik Bos." Jawab Anak buahnya lalu Fatah membanting ponselnya. Kedua anak buah yang beberapa hari menjaganya di rumah sakit datang. Mereka memberitahukan jika belum tahu dimana rumah Amanda.

"Sebenarnya aku ini membuang uangku untuk apa pada kalian? Tugas remeh seperti ini saja kalian tidak bisa." Bentak Fatah.

"Tapi kami mendapatkan ini Bos." Kata salah satu dari mereka dengan menyodorkan kartu nama Amanda. Fatah tersenyum lalu mengambil ponsel yang tak jauh darinya dan memasukkan nomor Amanda.

"Bos akan menelpon dokter Amanda sekarang?" Tanya mereka. Fatah mengangguk. Fatah menelpon Amanda.

"Hallo.. ini siapa?" Tanya Amanda di ujung telepon.

"Hallo dokter Amanda. Saya Fatah dokter.." jawab Fatah.

Amanda terdiam. Bagaimana dia tahu nomor ponselku? Pikir Amanda. "Ada apa Tuan Fatah?" Tanya Amanda. "Saya tidak ingin pulang Dok jika bukan Dokter Amanda yang mengijinkan saya pulang." Kata Fatah. Amanda mengernyitkan dahi.

"Bagaimana bisa? Saya atau Dokter Acha sama saja. Jika dokter Acha sudah mengijinkan pulang saya juga pasti setuju dan percaya dengan dokter Acha." Jawab amanda menjelaskan.

"Tidak. Saya akan tunggu dokter Amanda." Jawab Fatah lalu menutup ponselnya. "Iihhh apaan sih. Baru ini deh nemuin pasien yang kayak gini." Gerutu Amanda. Arya keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya merengut. "Kenapa sayang?" Tanya Arya. Amanda menggeleng, "Pasienku dia tidak ingin pulang jika belum bertemu denganku dan aku sendiri yang mengijinkan dia pulang." Jawab amanda dengan cemberut.

"Pasien VVIP?" Tanya Arya. Amanda mengangguk. "Memangnya sakit apa dia?" Tanya Arya lagi sembari memainkan ponselnya dan duduk di sebelah istrinya. "Dia baru saja operasi kemarin. Ada luka tembak sayang.." jawab Amanda. Arya menatap ke arah Amanda, pria itu ingat beberapa hari lalu dia menolong seseorang yang dikeroyok oleh beberapa orang dan terluka di sisi kanan perutnya. "Apa dia laki-laki?" Tanya Arya. Amanda mengangguk. "Aku yang menolongnya dari orang-orang yang membuatnya seperti itu." Jawab Arya.

"Oh iyaa.."

Arya mengangguk. "Bagaimana keadaannya?" Amanda merebahkan punggungnya ke sofa, "dia sudah sembuh. Kamu tahu sayang dia memberiku hadiah mobil karena sudah merawatnya. Berlebihan sekali bukan?" Ujar Amanda lagi.

"Apa kau menerimanya?" Kata Arya dengan tatapan tajam dan nadanya sedikit meninggi.

"Tidaakk lah suamiku bisa memberiku lebih dari itu. Aku tidak mau dan sudah mengembalikannya." Jawab amanda. "Kenapa? Kamu cemburu yaa aku dikasih hadiah sama pria lain?" Tanya amanda menggoda suaminya.

"Tidak. Jangan bicara macam-macam aku bisa mencari orang itu dan langsung membungkam dia selamanya jika berani menggoda istriku." Ujar Arya dengan geram. Amanda tertawa. "Hmm suamikuuu.. gak akan lah aku berpaling dari kamu. Iloveyou.." lalu mengecup pipi suaminya. Arya tersenyum dan mengecup mesra bibir Amanda dengan penuh cinta.

*****

Arya dan Amanda keluar dari klinik untuk memeriksa kandungan Amanda. Keduanya hendak masuk ke dalam mobil namun ada secarik kertas di kaca mobil Arya.

Kau tidak akan lolos. Aku akan menemukanmu dimanapun kau berada. FD-

Amanda yang ikut membaca bertanya pada Arya, "Siapa FD? Flash Disk?" Membuat Arya mengatupkan bibirnya dan menahan tawanya. "Kok ketawa sih, emang salah pertanyaan aku?" Tanya Amanda kesal sambil masuk ke dalam mobilnya. Mata elang Arya melihat sekitar. Pria itu tahu jika dirinya sedang diintai.

"Sayang kita gak pulang ke rumah ya?" Kata Arya sambil melajukan mobilnya. "Trus kemana? Amaira bagaimana? Enggak aku mau pulang." Ujar Amanda kesal.

"Amaira biar aku yang urus dengan Firly. Sekarang kita jangan pulang. Mereka sedang mengikuti kita." Kata Arya dengan memegang tangan istrinya. Amanda melepaskan pegangan itu. "Kau terlalu banyak musuh. Terserahlah." Seru wanita itu pasrah. "Maafkan aku. Aku janji akan membereskan bajingan itu. Percayalah padaku sayang." Kata arya lagi.

"Aku mual.." rintih Amanda dengan menutup mulutnya menarik tisu di depannya. Arya bingung dan mencari sesuatu untuk istrinya. "Pakai ini muntahkan disitu sayang, sabarlah.." kata Arya sembari memberikan plastik bekas membeli minuman di supermarket. Arya melihat di spion sebuah mobil masih mengerjarnya.

"Kita akan ke villa Ayahku. Bertahanlah sayang.." ucap Arya sembari mengelus perut Amanda yang masih belum terlihat. Seperti keajaiban tiba-tiba saja rasa mual Amanda hilang setelah perutnya di sentuh oleh Arya.

"Elus terus biar mualnya hilang yaa.." pinta Amanda pada suaminya manja. Arya bingung namun tetap mengelus perut istrinya. "Hmmmhh pasti dedek di dalam suka di sentuh Daddy.." ujar amanda.

"Nanti malam Daddy jenguk dedek ya. Sekarang jangan nakal ok? Daddy mau fokus nyetir dulu.." jawab arya lalu mulai mempercepat laju mobilnya agar tidak terkejar oleh mobil yang mengintainya.


Bersambung....

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now