BAGIAN 81

2.1K 282 98
                                    

Olivia berjalan memasuki rumah anaknya dengan wajah sedih yang ditutupinya karena ada cucunya. "Oma.."

Olivia terkejut saat cucunya menarik-narik tangannya. "Aah iya cantik kenapa?" Tanya Olivia. "Liv, jangan begini. Aku sedih melihatmu seperti ini." Bisik Firly. "Lihat, Arya memanggilmu dari tadi. Kau tak mendengarnya kan?"

"Oma.. Daddy panggil Oma tuh.." kata Amaira sambil tersenyum manis. Gadis kecil itu kemudian berlari ke arah Mommynya. "Ibu, aku ingin berbicara dengan Ibu." Olivia mengangguk. "Firly, kau ikut juga." Perintah Arya. Ketiganya masuk ke dalam ruang kerja Arya.

"Apa yang sebenarnya terjadi Arya?" Tanya Firly yang sedari tadi bertanya pada istrinya tapi tak mendapatkan jawaban. "Ibu, kau jawablah pertanyaan Firly. Aku pun ingin tahu kenyataan apa lagi yang sedang aku hadapi saat ini." Jawab Arya dengan menatap wajah ibunya.

"Kenapa Ibu tak pernah berkata apapun tentang Naya?" Tanya Arya. Olivia terdiam, matanya terus mengeluarkan air matanya. "Apa ibu tak merasa kasihan padanya? Selama ini dia tinggal dimana? Dengan siapa dan bagaimana keadaannya?" Arya terus meluapkan kekesalannya pada Ibunya. "Maafkan Ibu, Arya...?" Ucap Olivia penuh penyesalan. "Ibu tau tidak sekarang dia dimana?" Olivia menggelengkan kepalanya pelan.

Firly terdiam melihat perdebatan ibu dan anak ini. Pria ini masih tidak mengerti siapa yang sedang dibicarakan oleh keduanya. "Arya siapa Naya?" Tanya Firly kemudian. "Naya... Naya adalah putriku. Putri yang sudah aku tinggalkan untuk pergi bersama Kevin dulu." Jawab Olivia dengan tangisnya yang semakin menjadi. Arya mengerutkan keningnya saat mendengar pernyataan ibunya.

"Lalu kenapa Ibu tak mengatakan apa-apa padaku?" Arya mulai geram.

"Karena Kevin bilang, Naya sudah tiada. Dia membantu Ibu mencarinya. Ibu katakan padanya jika keponakan Ibu hilang." Ujar Olivia. "Waahh Ibu... Ibu hebat sekali yaa mempercayai jahanam seperti dia." Sela Arya sambil bertepuk tangan. "Oliv, seharusnya kau katakan ini padaku. Aku pasti membantumu mencari putrimu." Ujar Firly penuh penyesalan.

"Aku sudah menemukannya." Ucap Arya yang membuat ibunya terkejut dan berhenti dari tangisnya. "Mana? Dimana adikmu Arya?" Tanya Olivia. Arya menggandeng tangan Ibunya. Membawanya keluar ruang kerja dan berjalan masuk ke kamar tamu.

Naya dan Ikbal terkejut saat pintu dibuka begitu keras oleh Arya. "Ada apa Tuan?" Tanya Naya yang berusaha bangun dari tidurnnya. Olivia menangis mendengar suara Naya, suara yang sudah lama hilang dan selalu dirindukannya. "Nayaaaa..." panggil Olivia di sela isak tangisnya.

Wajah gadis itu terperangah, tubuhnya kaku dan tak bisa berkata apapun. Air mata jatuh di pelupuk matanya. "I..Ibuu.." balasnya lirih. Entah bagaimana ini bisa terjadi, otak Naya tak bisa mencernanya dengan baik. Dihadapannya kini telah berdiri Ibunya yang sudah lama dia cari. Bertahun-tahun Naya merindukan pelukan dan kasih sayang ibunya yang selama ini ia anggap tiada. "Ibuu..." teriaknya lagi. Olivia menghambur ke dalam pelukan putrinya itu.

Keduanya larut dalam perasaan masing-masing. Tak hentinya Olivia mencium wajah putrinya dengan sayang. Melihat luka yang ada ditubuh Naya semakin membuat Olivia menangis tersedu. "Maafkan Ibuuu..." rintihnya. Amanda yang baru saja datang bersama Amaira ikut menyaksikan semuanya. "Mommy, kenapa Oma menangis?" Tanya gadis kecil itu ingin tahu. "Karena Oma baru aja ketemu sama Aunty." Jawab Amanda. "Aunty? Aunty siapa? Aku punya aunty lagi?" Tanya Amaira.

Amanda tersenyum. "Amaira dengerin Mommy, itu yang sedang dipeluk sama Oma itu Aunty Naya. Aunty nya Amaira. Adiknya Daddy." Bisik Amanda pada putrinya. Gadis kecil itu mengerutkan keningnya. "Jadi itu aunty aku ya Mom?" Tanyanya lagi, Amanda mengangguk. Ikbal yang tahu ini adalah urusan keluarga mengajak Amaira bermain.

"Mommy, aku pergi dulu ya sama Uncle Ikbal." Pamitnya. "Ok sweet heart. Bal, ajak Amaira bikin jus di belakang sama Bibi ya. Nanti sini lagi." Perintahnya. "Baik Nona." Lalu pergi sambil menggendong Amaira. Ternyata Naya adalah adik Bos, aku harus mengikis perasaan aneh ini. Aku tidak boleh ada perasaan apapun pada gadis itu, batin Ikbal.

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now