BAGIAN 60

3K 304 58
                                    

Willy berdiri saat Arya membuka pintu ruang kerjanya di villa. Tatapan pria itu seakan marah dan seperti ingin membunuh orang.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Willy.

"Kita harus segera menemukan Fatah. Darahku sudah mendidih ingin membunuhnya." Ujar Arya pada Willy.

"Aku yakin sekarang Antony sedang bersamanya." Arya menatap Willy. "Aku tahu. Sebentar lagi Erlin akan mengirim data bajingan itu." Jawabnya. Amanda tiba-tiba membuka pintu.

"Sa-sayang.."panggilnya lirih. Willy menatap keduanya dan yakin sedang terjadi sesuatu diantara mereka. "Bro gue keluar dulu ya. Amanda permisi." Kata Willy lalu keluar dan menutup pintu. Amanda melihat lebam-lebam di muka Willy sebelum pria itu menghilang di balik pintu.

"Ada apa? Kau harus tidur. Kau jangan membahayakan anak kita." Ucap Arya datar. Amanda menatap suaminya, lalu memeluknya. "Jangan marah padaku sayang. Aku minta maaf. Aku tahu reaksimu akan seperti ini makanya aku gak cerita sama kamu." Ujarnya. Arya mengangguk dan menghela nafas panjang. "Maafkan aku membuatmu takut. Tapi sungguh aku ingin sekali menghabisi orang yang sudah berani mendekati istriku." Jawabnya. Amanda hanya terdiam dan merebahkan dirinya di pelukan Arya.

Erlin telah memberikan alamat Fatah kepada Arya. Arya dan beberapa anak buahnya tengah bersiap. "Ikbal, perketat penjagaan di Villa. Kau berjagalah disini. Lindungi istriku." Perintah Arya pada Ikbal.

"Dan kau Erlin. Jangan pernah mengulangi kesalahanmu lagi dan lagi. Apapun jika menyangkut istriku beri tahukan padaku. Kau mengerti?" Teriak Arya. Erlin mengangguk. "Baik Bos. Maafkan saya." Jawabnya.

Willy menghentikan langkah salah satu anak buahnya. "Kau, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?" Tanya Willy. "Aku tahu Bos."

Willy mengangguk. Arya menatap tajam keduanya, anak buah Willy mengangguk pada Arya. "Apa dia bisa di andalkan?" Tanya Arya. "Selalu." Jawab Willy mantap.

*****

Antony dan Fatah sedang duduk, keduanya di temani oleh wanita penghibur yang menuangkan wine ke dalam gelas.

"Aku masih tidak percaya jika istri arya adalah dokter Amanda." Ucap Fatah sedikit sedih. Antony tersenyum. "Kenapa kau sangat bodoh? Segera bunuh Arya dan kau akan mendapatkan dia. Mudah kan?" Kata Antony kemudian.

Bincang-bincang mereka terlihat jelas dari seberang gedung oleh anak buah Willy yang sudah menyiapkan senjata kalibernya. Pria itu melihat jelas kedua musuh Bosnya.

"Bagaimana kau sudah dapatkan mereka?" Tanya Willy di earphone.

"Sebentar lagi Bos. Siapa yang harus aku bidik lebih dulu?" Tanyanya pada Willy sambil memperhatikan kedua targetnya.

"Terserah kau saja. Anjing atau kucing sama saja." Jawab Willy sambil tersenyum.

"Baiklah Bos."

Daaaaaaaaarrrr.....

Suara nyaring senjata kaliber itu terdengar. Peluru menembus dalam tubuh Antony dan tak bergerak. Fatah terkejut, kedua wanita yang menemani mereka kabur. Anak buah Fatah berhamburan memegang senjata untuk melindungi Bosnya. "Cari dia? Bangsaaaatt..." teriak Fatah. Pria itu melihat Antony yang sudah tak bernyawa. Darah segar keluar dari tubuhnya.

"Bos, mereka punya banyak tikus. Apa kita juga harus membinasakannya?" Tanyanya lagi pada Willy.

"Harus. Kau kan tahu tikus adalah hama. Habisi saja." Perintah Willy.

Dengan beberapa bidikan dari senjatanya anak buah Fatah tumbang. Fatah melihat jelas di seberang gedung apartmentnya ada seseorang yang tengah memegang senjata. Dia mengeluarkan ponselnya.

"Bodoh. Dia ada di gedung seberang. Habisi dia sekarang." Teriak Fatah. "Ba-baik Bos." Ujar anak buahnya dan segera berlari.

Sementara di tempat yang berbeda, Arya dan Willy duduk sambil melihat cctv di tempat kejadian. "Suruh Elang mundur. Buat mereka yang datang sendiri pada kita." Perintah Arya. Willy mengangguk. "Hey, pergilah sekarang. Lakukan rencana selanjutnya." Ujar Willy.

"Baik Bos." Jawab anak buahnya. Anak buah Fatah mengerjar Elang yang tengah berkemas. Mereka membawa beberapa teman dan siap untuk menghabisi Elang. Elang pergi darisana tepat saat anak buah Fatah masuk. "Sial, dia pergi." Teriak mereka. "Kak dia disana." Seru salah satu dari mereka sambil menunjuk arah dimana Elang berjalan.

"KEJAR DIA BODOOOHHH..." mereka berlari bersama. Elang nampak santai dan tahu jika dirinya diikuti. "HEYYY BERHENTI.." Teriak salah seorang dari mereka.

Elang menyiapkan senapannya. Lalu berbalik.

Daaaaardaaaaarrdaaaaarr..

Ketiga anak buah Fatah tumbang. Hanya dua tersisa diantara mereka yang tengah berlari mengejar Elang. Dengan cepat Elang berlari ke atap gedung dan turun menggunakan seutas tali yang sudah dia siapkan sebelumnya. Kedua anak buah Fatah menembakinya namun nihil Elang lolos dengan begitu saja.

*****

Amaira, Firly dan Olivia tengah berada di sebuah restoran mewah. Ketiganya menghadiri acara resmi dari kenalan Olivia.

"Selamat malam Mrs. Olivia Sandya." Sapa seorang pelayan yang menjamu tamu pesta malam ini.

"Malam." Jawab Olivia dengan senyuman cantiknya.

"Silahkan Nyonya, saya antarkan ke meja anda." Ketiganya mengikuti pelayan itu dan duduk. "Oma, Amaira bosen deh.." kata gadis kecil itu. "Oh iyaaa.. wait sweet heart. Ini gak akan lama kok. Sabar ya sayang.." bujuk Olivia lalu dijawab oleh anggukan dari Amaira.

Firly melihat sekeliling. Pria itu sebenarnya sedang menunggu seseorang kenalannya. "Haaii Mr. Edo. How are you?" Sapa seorang gadis yang menepuk punggung Firly. Olivia refleks menoleh dan terseyum. "Akhirnya kau datang juga. Apa kau membawa pesananku dan suamiku?" Tanya Olivia. Firly menatap tajam gadis itu. Amaira melihat wajah Opanya. "Opa siapa tante itu?" Tanyanya.

"Hmm nothing sweet heart. She is Oma's friend." Jawab Firly. "Astaga dia adalah masalah. Kenapa Oliv harus menghubungi wanita ini." Ujar Firly dalam hati.

Gadis itu membawa amplop cokelat berisi dokumen dan dua kotak kecil berisi senjata tajam. "Apa ini cukup?" Tanya gadis itu pada Firly. "Kau hanya berurusan padaku, bukan suamiku." Sahut Olivia. "Ok pembayarannya sudah selesai berarti tugasku juga sudah. Bye bye sweety dan bye handsome.." ujarnya pada Amaira dan Firly. Olivia menghela nafas panjang.

"Kenapa kau meminta bantuannya?" Tanya Firly menahan emosinya.

"Memangnya kenapa? Kau tidak sedang tergoda kan pada mantan pacarmu itu?" Ujar Olivia sedikit emosi.

"Astagaa... yang begini ini aku gak suka. Kau yang minta tolong sendiri ke dia tapi kau juga yang cemburu padanya. Stop Oliv ada Amaira."

"Kau yang harus diam. Jika kau sudah tak ada rasa maka harusnya tak jadi masalah aku mau minta tolong sama siapa kan.." ujar Olivia ketus. Amaira menggeleng perlahan. "Oma.. Opa.. aku mau es krim tiga.." kata Amaira. Oma dan Opanya saling berpandangan. "Kok banyak sweet heart?" Tanya Olivia.

"Iya untuk Oma dan Opa juga biar hati Oma dan Opa gak panas lagi. Kena es krim jadi dingin.." ujarnya. Seketika Olivia dan Firly tertawa. "Sweet heart kamu bisa aja.. ok ok Opa ambilin es krim yaa.. tiga yaa.." ujar Firly sambil beranjak dari duduknya.

*****

Fatah marah dan semakin dendam pada Arya. "Aku bersumpah akan menghabisimu di depan istrimu. Dan membuat istrimu menjadi milikku selamanya." Ujarnya sambil membanting segala benda yang berada di markasnya.

"Hubungi Rey.. aku ingin dia yang menjalankan tugas ini. Membunuh Arya Sandya dan membawa Amanda padaku." Ujarnya.


Bersambung....

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now