11. Kinara dan Keisya?

93K 8.7K 221
                                    

Pagi itu Kinara nampak lebih dulu bangun. Ia beranjak dari kamar menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk Aryan dan dirinya.

Sementara Aryan, laki-laki itu masih tertidur pulas di atas sofa.

Setelah selesai membuat nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya, Kinara meletakkan kedua piring itu di atas meja makan. Tak lupa ia juga membuat teh hangat.

Kinara terdiam sesaat ketika mendengar suara bel. Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini? Tebakannya adalah Venus. Ya, mungkin Venus.

Kinara berjalan menuju pintu. Membuka pintu itu perlahan lalu dirinya bergeming saat di hadapannya berdiri sosok wanita berambut panjang dengan pakaian yang terlihat sexy.

Kinara yang saat itu tengah memegang cangkir teh, reflek menjatuhkan cangkir itu hingga menjadi serpihan dan menimbulkan suara yang cukup keras.

Suara itu mampu membuat Aryan yang tengah tertidur itu pun sontak terbangun. Aryan menghampiri Kinara. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang datang. Keisya?

Mulut Keisya menganga melihat Aryan yang baru saja datang dengan wajah yang terlihat habis bangun tidur, ia tak mengenakan baju, hanya celana pendek berwarna hitam. Terlebih lagi wanita di hadapannya mengenakan celana pendek dan baju oversize. Tapi tunggu, dia sedang hamil?

"Kalian..."

"Gue bisa jelasin Kei" ucap Aryan. Suaranya masih terdengar seperti orang yang baru bangun tidur.

"Lo siapa?" Tanya Keisya. Nada bicaranya seolah terdengar tajam di pendengaran Kinara.

"Bisu? Gak bisa jawab lo?" Ucap Keisya.

"Kei—"

"Gue gak ngomong sama lo, Ar. Tapi sama cewe ini!" Keisya menunjuk Kinara.

"Jawab dong!" Bentak Keisya.

"Gu-gue..., Temennya Aryan" ucap Kinara sambil menunduk.

"Terus lo ngapain berada di apartemen Aryan? Kalian cuma berdua di sini?" Tanya Keisya. Aryan dan Kinara kompak mengangguk.

"Shit! Murah banget lo." Ucap Keisya sambil tersenyum hambar.

"Atau jangan-jangan lo adalah cewe yang menjual diri untuk memuaskan nafsu laki-laki ya?"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Keisya membuat wajahnya tertoleng ke samping. Keisya memegangi wajahnya yang terasa begitu nyeri.

"Lo siapa berani nampar gue sial—" saat hendak menampar Kinara balik, dengan cepat Aryan menahan tangan Keisya sebelum tangan itu mendarat di pipi Kinara.

"Gak usah ribut pagi-pagi." Ucap Aryan datar lalu melepaskan tangan Keisya.

"Lo marah ketika gue bilang kayak gitu hah? Padahal apa yang gue bilang itu bener kan?! Dan anak yang lo kandung pasti anak has—"

"STOP KEI!" Potong Aryan.

"Gak usah nuduh-nuduh yang enggak-enggak. Ucapan lo tanpa sadar itu udah nyakitin perasaan orang"

"Kalau gak tau yang sebenarnya terjadi, gak usah ngomong yang enggak-enggak. Apalagi ribut pagi-pagi begini, malu." Ucap Aryan.

Hati Keisya rasanya mencelos, Aryannya sudah berbeda. Akhir-akhir ini memang Aryan berbeda, dan Keisya menyadari hal itu. Dia nampak lebih cuek dan tak banyak omong. Ini semua karena wanita murahan itu.

"Mending lo pulang, Kei" ucap Aryan lagi.

Keisya tak mampu membendung air matanya, satu tetes bulir bening itu mengalir di pipinya. Buru-buru gadis itu mengusapnya.

Papah Untuk SNORA [End]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz