16. Tangisnya Kinara

91.4K 8.1K 61
                                    

Hallo genk!
Alhamdulillah bisa up lagi hehe
Yok biasakan follow akun authornya sebelum membaca dan tinggalkan jejak vote & Komen setelah membaca.

Semoga suka ya!
~Happy reading all~

"Nanti sore Dion ngajakin balapan cuy, gas gak?" Tanya Galang kepada teman-temannya yang sedang berada di atas motor hendak keluar dari parkiran sekolah karena sudah waktunya untuk pulang.

"Gue sih ngikut aja." Jawab Libra sambil memasang helmnya.

"Kalian gimana?" Tanya Galang pada Aryan, Cakra, dan Venus.

"Gue enggak dulu ah."

"Yaelah Ar, gak ada lo gak asik anjing"

"Tau lo Ar, biasanya mah paling gas."

"Lain waktu aja, gue lagi ada urusan. Cabut duluan gue cok." Kata Aryan sambil menjalankan motornya keluar dari parkiran itu.

"Udahalah next time aja, yok balik." Ajak Venus yang langsung di setujui oleh teman-temannya.

Aryan memasukan motor sportnya ke dalam garasi, ia melihat mobil Bundanya berada di garasi itu. Apakah Bundanya sudah pulang? Kenapa cepat sekali? Ini belum seminggu, baru lima hari.

Aryan berjalan santai masuk ke dalam rumah itu. Laki-laki itu berjalan menuju dapur dan membuka lemari es. Aryan mengambil minuman lalu duduk di bar mini sambil menghabiskan minumannya.

Terdengar langkah kaki dari belakang, laki-laki itu membalikan badannya.

"Udah pulang?" Tanya Zarra sambil mengelus punggung Aryan.

"Udah Bun."

"Kok Bunda pulangnya cepet? Katanya seminggu?"

Zarra tersenyum. "Iya Aryan, karena urusannya udah selesai jadi pulangnya cepet. emang Aryan gak seneng Bunda pulang?" Tanya Zarra. Ekspresinya di buat sedih.

"Ih gak gitu lah Bun, Aryan seneng." Balas laki-laki itu.

"Tumben kamu pakaiannya rapi?" Tanya Zarra setelah menyadari anak laki-lakinya berpakaian rapi. Biasanya Aryan pergi ataupun pulang sekolah pasti penampilannya urakan.

"Di suruh sama Ale." Jawab Aryan. Zarra terkekeh.

"Bun Aryan mau ngomong serius deh, tapi Bunda janji jangan marah ya?" Ucap Aryan.

"Iyaa, emang mau ngomong apa sih?" Zarra mulai penasaran.

"Aryan gak tau Bun, tapi perasaan ini hadir gitu aja di diri Aryan."

"Aryan gak pernah merasakan ini sebelumnya." Ucap laki-laki itu. Pandangannya lurus ke depan.

"Perasaan apa sih?" Zarra masih belum paham.

"Yaelah Bun, perasaan cinta, perasaan sayang, dan..."

"Perasaan ingin memiliki."

"Memiliki siapa lagi? Pacarmu kan sudah empat, emang mau nambah lagi?" Zarra geleng-geleng kepala lalu beranjak dari tempat itu menuju ruang tengah dan duduk di sofa sambil menyalakan televisi.

Aryan menghela napas berat, agak ragu mengatakannya pada Bunda. Tapi perasaan ini sudah tak bisa di pertahankan. Aryan mulai mencintai Kinara, perasaan itu hadir dengan sendirinya.

Tapi bagaimana? Bagaimana Aryan mengatakan pada Bundanya jika ia ingin menikahi Kinara? Aryan tak tahu bagaimana reaksi yang di berikan Zarra nantinya.

"Bun ayolah, dengerin Aryan dulu." Laki-laki itu mendaratkan bokongnya di samping Zarra.

Papah Untuk SNORA [End]Where stories live. Discover now