52. Dia dan segala kenangannya

42.9K 4K 88
                                    

Tak terasa, Sudah satu minggu mereka di tinggal Galang pergi untuk selama-lamanya. Dia, Galang Arqiansyah Dewa. Laki-laki berusia dua puluh tahun yang sejak sekolah dasar sudah harus hidup mandiri.

Dirinya enggan menerima bantuan dari kerabatnya. Ia lebih memilih usaha sendiri untuk memenuhi apa yang ia inginkan.

Ketika pertama kali memasuki SMA, Galang datang terlambat. Pintu gerbang pun sudah di tertutup rapat.

"Oy, Pak!" panggil Galang pada seorang security yang tengah duduk. Kelihatannya, Bapak itu tengah melangsungkan sarapan.

Bapak itu menjeda acaranya makannya. Kemudian berlari kecil menghampiri Galang di balik gerbang.

"Apa?" tanya pria tua itu.

"Bukain dong, Gue mau masuk!"

"Eh? Maksudnya, saya mau masuk." Galang menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kamu anak baru ya?"

"Iy."

"Kok terlambat?" tanya si Bapak.

"Ya Pak, saya kesiang—eh maksudnya terjebak macet tadi di jalan. Buruan bukain pintunya dong." pintanya dengan wajah di buat melas.

Merasa tak tega, Galang pun di persilahkan masuk. Setelah memakirkan motornya, Dirinya langsung berlari memasuki barisan di paling belakang. Tak perduli dengan anak-anak Osis dan para Guru yang memperhatikannya.

"Apa lo liat-liat?!" sewot Galang pada seorang pria yang berdiri di sampingnya.

"Najis! Siapa juga yang liatin lo?" balas pria itu tak suka.

Galang membaca name tag yang menggantung di lehernya. Dirinya pun juga menggunakan name tag yang sama.

"Libra." Galang membaca nama itu. Membuat sang empunya nama menoleh dengan raut wajah kesal.

"Apa manggil-manggil gue?!" tanyanya sewot.

"Najis! Siapa yang manggil lo, asu! Gue cuma baca nama yang ada di name tag lo." balasnya.

Tiba-tiba kedua laki-laki itu berteriak kesakitan saat telinga mereka di jewer oleh seorang guru perempuan dan menyeret mereka ke tengah lapangan.

"Apaan si njir, Sakit tau," ucap Galang sambil mengelus telinganya saat guru itu melepaskannya.

"Kamu benar-benar tidak sopan ya berbicara sama Guru!"

"Bu, Saya kok juga di jewer sih? Harusnya dia aja." laki-laki bernama Libra menunjuk Galang dengan dagunya.

"Kalian berdua tu sama-sama salah! Bukannya mendengarkan apa yang di sampaikan Kepala sekolah di depan, Malah buat keributan di belakang! Sekarang kalian berdiri di sini hingga selesai!" tukas Guru itu.

Setelah itu Kepala sekolah kembali melanjutkan ceramahnya. Sebagai siswa baru tentu keduanya merasa malu berdiri di depan lapangan menghadap yang lainnya.

Namun kedua laki-laki itu menepis rasa malunya dan bersikap santai.

"Ganteng banget sih kamu!"

"Nama tu cowo, Siapa ya?"

"Hey, Minta nomer WA dong!"

"Nama kamu siapa?"

Di barisan lain, Seorang laki-laki tersenyum menanggapi ucapan-ucapan siswi perempuan yang barisannya berada di samping barisan laki-laki itu.

"Nama gue Aryanza Gibran Atharel." ucapnya sambil tersenyum. Senyum laki-laki itu terlihat manis sekali membuat gadis yang melihatnya menjerit baper.

"Arghhh manis banget senyumnya!" teriak salah satu siswi.

Papah Untuk SNORA [End]Where stories live. Discover now