14. Pulang ke rumah

91.2K 8.4K 206
                                    

Morning!
Aku cuma mau ngingetin buat
Kalian yg baca crita ini dari pertengahan aja, aku saranin
Baca dulu dari part pertama ya...
Biar kalian ngerti sama jalan critanya.

Oia satu lagi, follow juga
Ya akun aku:) votmennya juga jangan lupa yh guys.

Happy reading~

"Tunggu di depan" ucap Aryan sebelum laki-laki itu berlalu untuk mengambil kunci mobilnya.

Kinara yang tengah menggendong Snora itu sudah berdiri di samping mobil milik Aryan. Menunggu laki-laki itu datang.

"Lama gak?" Tanya Aryan sambil membukakan pintu untuk Kinara. Gadis itu tersenyum lalu menggeleng dan masuk ke dalam.

Di dalam mobil, Aryan melihat jelas wajah khawatir Kinara. Apa yang Kinara rasakan sekarang pun Aryan tahu. Mereka akan pergi ke rumah Kinara hari ini.

"Tenang, jangan takut. Kan ada gue." Ucap Aryan menenangkan. Kinara tersenyum.

Mobil itu berhenti di depan gerbang yang menjulang tinggi. Keduanya turun dari mobil itu. Seorang satpam berlari kecil membukakan pintu, betapa terkejutnya satpam itu melihat siapa yang datang. Kinara menunduk, Aryan menggenggam tangan Kinara lalu mengajaknya masuk ke dalam.

Tepat di depan pintu rumah Kinara, jantung gadis itu semakin berdetak tak karuan. Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Kinara takut.

Tangan Aryan memencet bel rumah itu, tak lama kemudian seorang asisten rumah tangga membukakan pintu. Dahi Kinara mengkerut, Kenapa Mbak Ola yang membukakan pintu? Biasanya Bi Jannah. Wanita yang membukakan pintu itu sontak terkejut melihat kedatangan Kinara.

"Non Ki-kinara? Ayok Non, masuk" wanita itu mempersilahkan untuk masuk.

Tiba-tiba Aryan melepas genggamannya, Kinara terlihat bingung. Tatapannya seolah bertanya.

"Lo aja yang masuk." Ucap Aryan.

"Takut, Ar" lirih wanita itu.

"Gak, jangan takut. Gue di sini Ra, gue di luar"

"Kalau mereka nyakitin lo, baru gue bakal masuk ke dalem" ucap Aryan. Kinara mengangguk pelan.

Perlahan kakinya masuk ke dalam rumah itu. Hawa dingin langsung menerpanya. Rumah ini adalah rumah Kinara sejak kecil, ia tumbuh dan besar di rumah ini. Namun mengapa bangunan ini terasa asing sekarang?

"Non duduk dulu ya, Mbak panggilin Ibu" ucap Mbak Ola. Salah satu Art di rumah itu. Kinara mengangguk.

Matanya menatap wajah cantik sang anak, bayinya sangat lucu.

Terdengar suara seperti orang menuruni tangga. Kinara menelan salivanya kasar. Jangan tanyakan bagimana perasaan wanita itu sekarang.

"Kinara?" Suara itu, suara yang amat sangat Kinara rindukan. Suara yang dulu hampir setiap pagi tak pernah absen membangunkan Kinara. Suara yang sangat tak asing di pendengarannya. Tuhan, Kinara rindu pemilik suara ini.

Kinara berdiri lalu perlahan mengangkat wajahnya menatap wanita yang kini berdiri di hadapannya. Wanita itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sedangkan matanya mulai berkaca-kaca. Wanita itu melihat Kinara dari bawah hingga atas, Andini merindukan anak keduanya.

"Mamah" lirih Kinara. Rasanya gadis itu ingin segera memeluk Mamahnya, namun Kinara takut. Bagaimana jika Andini menepisnya? Bukankah Andini juga membenci Kinara?

"Anak Mamah..." Andini maju beberapa langkah. Mempertipis jarak antara dia dan putrinya.

"Anak Mamah" ucap Wanita itu lagi. Tangannya bergetar mengelus halus rambut hitam milik Kinara.

Papah Untuk SNORA [End]Where stories live. Discover now