09. Tentang kinara

93.1K 8.2K 68
                                    

"Tumben udah jam segini Aryan belum dateng?" Tanya Libra.

"Kesiangan kali."

"Gak, kalau kesiangan gue gak yakin."

"Lah mana gue tau anying, mending lo chat aja." Saran Galang.

"Udah, tapi gak di bales." Jawab Libra.

"Brisik lo pada, noh, orangnya dateng." Ucap Cakra.

Aryan berjalan santai menghampiri keempat temannya yang tengah duduk di bangku masing-masing.

Mereka bertos ria ala laki-laki. Aryan mengerutkan kening saat tak mendapati tas Keisya di samping mejanya. Dimana gadis itu? Belum datang? Ah bodoamat lah. Aryan tak terlalu memusingkan hal itu.

"Tumben lo dateng paling lama? Kan biasanya yang dateng paling ngaret itu si...,"

"Gue kan?" Venus menebak ucapan Libra.

Anak laki-laki berkulit putih itu terkekeh.

"Iya tadi ada yang harus gue beresin dulu." Jawab Aryan seadanya.

Suasana kelas mulai ramai, Keisya pun sudah datang. Wajah gadis itu terlihat sedikit berbeda hari ini, agak di tekuk sedikit. Aryan menyadari itu, tapi tak mau di ambil pusing. Mungkin Keisya ngambek karena hari ini Aryan tidak berangkat bersamanya, melainkan bersama Shabira. Anak kelas sebelah.

Pelajaran pun di mulai.

Sementara itu, Kinara berjalan menuju meja rias. Duduk di depan meja iti sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer. Pagi tadi Kinara menyempatkan diri untuk membuatkan sarapan untuk Aryan sebelum anak laki-laki itu berangkat sekolah.

Kata Aryan, nasi goreng Kinara sedikit keasinan. Laki-laki itu juga mengatakan bahwa katanya jika masakan yang di buat itu keasinan, tandanya orang itu ingin menikah lagi.

"Gimana?" Tanya Kinara. Jujur dalam hal memasak memang Kinara tidak terlalu jago. Tapi kalau masak seperti nasi goreng, telur dadar, omlet, itu Kinara masih bisa. Ya walaupun terkadang rasanya masih kurang. Kadang hambar, kadang keasinan.

"Keasinan. Tapi overall..., Ini enak kok."

"Agak asin aja dikit," tambahnya lagi.

"Yahh, asin ya? Ya udah jangan di makan lagi kalau asin. Buang aja ya?"

"Jangan." Aryan menahan tangan Kinara saat wanita itu hendak mengambil piring Aryan yang masih tersisa nasi goreng di atasnya.

"Kata lo asin."

"Gue emang bilang ini sedikit asin, tapi bukan berarti gak enak Le."

"Apa lagi lo buatin nasi goreng ini khusus buat gue, masa iya mau di buang? Mubazir Le." Kata Aryan sambil melanjutkan menghabiskan nasi gorengnya.

Kinara memilih diam sambil memperhatikan laki-laki di hadapannya. Dia begitu manis.

"Oh iya lo tau gak?" Ucapan Aryan barusan sukses membuat Kinara tersadar dari pesona Aryan yang seolah menghipnotisnya.

"Hm, tau apa?" Tanya wanita itu.

"Kalau kata orang jaman dulu nih ya, kalau masakan keasinan itu tandanya yang buat mau nikah."

"Lo mau nikah?" Tanya Aryan. Kali ini wajahnya terlihat serius. Kinara menelan salivanya.

"Kok?"

Papah Untuk SNORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang