Keinginan Xichen

337 39 0
                                    

Note. Kali ini kita berikan waktu khusus buat Xichen. Dia jarang sekali muncul dan mengatakan banyak hal.

Hari ini adalah ulang tahun Lan Xichen yang ke-sebelas, dia sudah beranjak menjadi anak remaja yang semakin dewasa dan tetap menyenangkan.

Remaja itu tidak menginginkan perayaan besar, tetapi karena Pamannya adalah orang yang keras kepala dan bibinya yang terlalu bersemangat, tetap melakukan perayaan. Meskipun, mereka memang tidak mengundang banyak tamu, hanya keluarga dekat saja.

"Aiyoo, anak ini makin besar makin tampan saja," puji Cangse pada Xichen yang baru saja memakai pakaian yang dia belikan kemarin.

"Terima kasih, Bibi," jawab Xichen sedikit malu.

"Tampan mana, aku atau dia?" potong Qiren tiba-tiba merusak suasana.

"Mengapa kau menanyakan pertanyaan memalukan itu? Kau tidak merasa bersalah atau malu jika harus dibandingkan dengan keponakanmu?" protes Cangse tidak suka dengan Qiren yang semakin tua malah semakin cemburuan.

"Biar saja, Bibi, tidak masalah. Xichen sudah biasa menghadapi ayah dulu seperti itu dan sekarang paman," jelas Xichen berusaha menengahi perkelahian suami-isteri itu---perkelahian tidak berfaedah tetapi sering terjadi.

"Aku, hanya bertanya. Baiklah, aku akan menanyakan orang lain yang bersedia membelaku dan ...," Qiren menolehkan pandangannya menatap Wangji dan Wei Ying yang duduk bersama, "A-Xian, siapa lebih tampan, paman atau Xichen?" tanya Qiren penuh harap.

"Hah?" Wei Ying tampak heran sebentar lalu menatap Wangji yang duduk di sebelahnya dan berkata, "Lan Zhan paling tampan!" teriak anak itu tanpa rasa bersalah.

Cangse dan Xichen terbahak-bahak melihat wajah menyedihkan Lan Qiren, ternyata memang tidak ada yang membela dia.

"Sudah kubilang, berhenti menanyakan hal-hal tidak penting dan tidak berguna," tegur Cangse sambil mengecup lembut pipi Qiren, membuat lelaki itu merona sempurna seketika.

"Woohhh!" ucap Wei Ying melihat adegan itu dan mulutnya membentuk huruf O, bulat sempurna.

Wangji yang tahan melihat keimutan Wei Ying langsung mencubit mulut anak itu.

"Lan Zhan, jangan itu geli," ucap Wei Ying terkikik.

Lan Wangji berhenti dan Wei Ying tanpa aba-aba mencium pipinya, membuat pupilnya melebar sempurna dan telinganya memerah.

"Kami turun duluan, ya!" ucap Qiren dengan lembut pada isterinya dan mengajak Xichen turun ke bawah untuk menemui para tamu yang sudah menunggu.

Cangse hanya mengangguk dan menolehkan padangannya pada Wangji dan Wei Ying yang masih sibuk dengan urusan mereka.

"Anak-anak, jangan pacaran terus! Ayo berangkat ke bawah, acara akan dimulai!" perintah Cangse pada Wangji dan Wei Ying yang terus saling menggoda satu sama lain ala bocah kecil.

"Mommy, kami tidak pacaran!" protes Wei Ying.

"Lalu apa?" goda Cangse sedikit tertawa.

"Tidak ada," jawab Wei Ying bingung.

"Menikah," jawab Wangji dengan semangat.

"Menikah? Bagaimana kau bisa menikah sekecil ini? Apa sudah bisa menjaga anak?" goda Cangse penasaran.

"Nanti, kalau sudah besar," jelas Wangji bersungguh-sungguh.

"Betul kalau besar seperti Mommy!" Wei Ying ikut setuju dengan ide penikahan itu.

"Dasar, anak-anak. Apa yang kalian pikirkan dan makan ketika bayi, mengapa bicara seperti orang tua? Ah ... sudahlah, jangan dibahas, ayo ke bawah!"

Cangse menggendong baby Yang di kedua tangannya, sementara di belakangnya, Wangji dan Wei Ying berjalan mengikuti perempuan cantik itu.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now