Hello Love

1.1K 159 4
                                    

Setelah enam bulan tinggal bersama Wei Ying. Cangse mulai terbiasa hidup tanpa suaminya dan berfokus pada anaksemata wayangnya.

Sudah hampir satu tahun lalu suaminya meninggal lebih dulu karena musuh sedangkan dia hampir satu tahun setengah hidup dalam perburuan.

Begitulah Wei Ying 'dipaketkan' secara kilat dalam kotak kepada kakaknya Jiang Fengmian tanpa berisi pesan apa pun.

Untungnya sebuah tanda lahir dan kalung lonceng warna ungu di sana sebagai pertanda kalau balita itu adalah Wei Ying.

Wei Ying tentu saja menjalani hidupnya dengan baik dan bertambah baik setelah kehadiran ibunya. Perempuan itu bahkan, mengantar-jemput anaknya ke sekolah.

"Lan Zhan, Aying puyang ya," ucap Wei Ying mencium pipi Lan Wangji.

Cium-mencium itu sudah jadi kebiasaan. Bahkan kalau dalam sehari Lan Wangji tak mendapatkan ciuman di pipinya dari bocah nakal itu dia akan memasuki mode bad mood.

Tak ada yang mengerti kenapa balita itu sungguh emosional dengan berandalan bernama Wei Ying itu.

Padahal, biasanya dia tampak tidak tertarik dengan hal apa pun melebihi rasa tertariknya pada Wei Ying.

Setelah pamit, Wei Ying berlari ke arah ibunya.

"Mamaaaa," teriak Wei Ying lari ke arah mamanya.

"A-Xian pelan-pelan nanti jatuh ...," kata Cangse.

Lah, benar saja, baru dikatakan bocah itu sudah jatuh. Bajunya kotor jadinya.

Melihat Wei Ying jatuh Lan Wangji langsung menyusul dan membantu anak itu.

Biasanya, Lan Wangji akan menunggu sampai Wei Ying pulang barulah dia akan pergi.

"A-Ying gak papa?" tanya Lan Wangji membantu Wei Ying berdiri dan membersihkan baju Wei Ying yang sudah tak kotor. Sudah dibersihkan ibunya.

"Mn ... tidak apa-apa. Makaci Lan Zhan."

lagi-lagi Wei Ying mencium pipi Lan Wangji.

"Halo. Apa kamu Lan Zhan? Teman A-Xian?" tanya Cangse pada anak itu.

Cangse jongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan kedua balita itu.

"Mn ... Lan Wangji," jawab Lan Wangji mengangguk dan mengulurkan tangannya bersalaman singkat. Dia sebenarnya ingin protes bukan Lan Zhan tapi Lan Wangji. Lan Zhan hanya special untuk Wei Ying.

Cangse membalas uluran tangan kecil itu. Dia melihat anak itu sangat manis walau ekspresinya minim, bisa dikatakan datar ... hampir terlihat seperti tidak ada emosi.

Meski Lan Wangji tak begitu suka disentuh orang lain. Tapi karena perempuan itu adalah ibunya Wei Ying dia tak apa-apa menahan sedikit perasaan aneh itu.

"Oh ... jadi kau Lan Wangji. Bagus sekali A-Xian jadi punya teman. Apa kalian teman dekat?" tanya Cangse penasaran dengan anak berwajah datar itu.

Balita itu tampan tapi kurang ekspresif. Dan dia mirip seseorang.

"Mn, kami dekat," jawab Lan Wangji singkat.

Ternyata Wei Ying memang benar batin Cangse. Anak itu benar-benar batu. Tapi dilihat dari ekspresinya dia anak baik.

"Wangji!"

Seseorang memanggil di seberang sana.

Lelaki itu berlari menuju adiknya. Wajahnya juga mirip Lan Wangji, hanya saja lebih manis dan ekspresif.

"Ah ... maaf Bibi. Aku mencari Wangji, adikku. Aku Xichen kakaknya Wangji."

Lan Xichen menyapa Cangse dengan sopan.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt