Ngidam

465 48 0
                                    

Memasuki usia kehamilan bulan kelima, Cangse mulai memiliki keinginan yang aneh-aneh. Dia sangat senang melihat Lan Qiren menderita dan sengsara. Misalnya dia suka melihat Lan Qiren melakukan push up sebanyak 555 kali.

Kadang, dia ingin melihat suaminya itu berenang pukul 4 subuh. Atau kemarin sore dia ingin melihat Lan Qiren melakukan salto sebanyak 100 kali tanpa henti. Kalau berhenti ulang lagi.

Hal itu membuat Lan Qiren sampai pusing dan mual. Tubuhnya seakan lepas---maksudnya dia merasa tulang-tulangnya mulai geser dari posisi yang seharusnya.

Sebenarnya dia tentu saja ingin marah, tapi mengingat isterinya itu sedang hamil---apa yang bisa dia lakukan selain sabar dan menjalani tanggung jawab? Suami yang baik, bukan?

"Qiren aku rasa bayimu ingin sesuatu," kata Cangse yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Ibu hamil itu semakin seksi hanya dengan menggunakan baju handuk berwarna merah maroon. Perutnya yang semakin membulat terlihat jelas membuat siapa pun yang melihatnya akan berhenti berkedip selama beberapa detik---terutama jika orang itu adalah Lan Qiren.

"Qiren mengapa kau hanya diam? Apa telingamu mulai rusak? Huh memang tidak enak menikah dengan orang tua." Cangse sedikit kesal dengan reaksi suaminya, padahal usia mereka hanya terpaut tiga tahun, tapi Qiren selalu dianggap sebagai orang yang sudah tua.

"Ya, Sayang. Maafkan aku, aku hanya terpaku menatap isteriku yang sangat cantik." Qiren tersenyum dan mengelus kepala Cangse.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu. Maksudnya, bayinya ingin kau berbuat sesuatu." Cangse mengedipkan matanya sebelah.

"Ya, silakan, baby. Apapun itu," ucap Qiren sambil mengelus perut buncit Cangse.

Padahal, dalam hatinya, Qiren berdua sepenuh hati, sampai mati-matian memanggil nama dewa mana saja yang bisa menyelamatkannya dari cobaan selanjutnya.

Dia bisa menduga kalau anaknya yang kini dalam perut Cangse akan sama nakalnya dengan Wei Ying si anak badung. Atau jangan-jangan, bahkan lebih nakal?

Stop!

Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak! Bagaimana kalau hal itu jadi kenyataan? Qiren merutuki dirinya sendiri dan pikirannya yang aneh nan ajaib itu. Bagaimana dia bisa mendoakan hal demikian dan menyalahkan anaknya yang bahkan belum lahir itu?

Tapi dokter bilang, jenis kelamin janin itu laki-laki. Doa dan keinginan Xichen dan Lan Wangji terwujud. Mereka ingin adik laki-laki. Terlebih Wangji, dia hanya ingin Wei Wuxian yang paling cantik, tak peduli seberapa banyak orang mengatakan kalau laki-laki itu ya tampan, bukan cantik. Memangnya siapa yang bisa merubah pikiran Wangji? Qiren saja tidak bisa, kok!

"Qiren, mengapa kau melamun?" Cangse membuyarkan Qiren dari lamunannya dan kembali ke alam nyata.

"Tidak, Sayang. Aku hanya memikirkan bayi kita dan apa tadi? Apa yang kau inginkan? Aku akan penuhi." Qiren tersenyum manis, dia masih menyesal karena isi pikirannya tadi. Dia jahat sebenarnya, sebagai seorang ayah bagaimana bisa berpikiran demikian?

"Benarkah? Bagaimana kalau kita makan malam di luar malam ini. Bersama anak-anak." Cangse tertawa karena dia tahu wajah Qiren tadi sangat panik.

"Oh ... Hanya makan malam romantis? Itu saja?" Qiren sudah lega akan permintaan itu. Setidaknya dia tak perlu sengsara.

"Iya, hanya makan malam. Lalu permintaannya, akan aku sampaikan saat makan malam. Tapi aku ingin anak-anak ikut. Termasuk Acheng. Lagipula ini kan sudah Jumat, besok libur. Jadi kita bisa menikmati waktu sebagai keluarga," ucap Cangse dengan nada yang enak didengar.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon