Teratai dan Mangga

995 128 4
                                    

Liburan sudah tiga hari. Anak-anak sibuk bermain dengan teman-temannya sebelah rumahnya.

Masa flu dan batuk masih merajalela. Beda halnya dengan Wei Ying jarang sekali sakit.

Bocah itu sungguh dikaruniai baterai yang tak pernah habis dan juga hormon yang entah bagaimana membuatnya terus bergerak.

Jiang Cheng sudah tak ngambek. Sudah juga. Saatnya mereka melakukan misi yang dibisikkan oleh Wei Ying sebagai sogokan agar Jiang Cheng mau menelan obat pahitnya.

"Cheng Cheng, ayo!" Wei Ying berlari menuju sebuah kolam teratai yang lagi panen. Entah siapa pemiliknya.

"Peyan peyan ya kaki Cheng cakit
" Acheng meminta agar larinya tak terlalu cepat soalnya Acheng masih agak-agak pusing.

"Oke!" Wei Ying tertawa lebar.

Kedua bocah itu mencuri lotus dari pemilknya yang sudah tua.

"Cheng Cheng, mamam." Wei Ying memberikan beberapa lotus ke Jiang Cheng.

"Pait fuhh!" Jiang Cheng meludahkan teratai pahit itu.

"Hahahaha Cheng Cheng hahaha." Wei Ying terbahak-bahak.

"Anak-anak apa yang kalian lakukan?" Seorang lelaki tua muncul. Barangkali pemilik teratai itu.

Melihat pemiliknya datang, kedua bocah itu menyembunyikan teratai yang di tangan mereka.

Jiang Cheng melemparkan teratai itu ke dalam danau. Sementara Wei Ying santai saja makan teratai.

"Mamam ini," jawab Wei Ying santai.

Dia tidak terlihat bagai orang merasa bersalah atau sejenisnya.

"Kalian mencuri?" Lelaki tua itu mulai menginterogasi.

"Tidak. Cuma ambil. Tidak ada oyang," jawab Wei Ying sambil memajukan bibirnya.

Wajah balita itu sungguh menggemaskan, pemilik itu tak sanggup memarahinya. Lagipula cuma beberapa teratai.

"Kau mau lagi?" Lelaki tua itu menawarkan.

"Mau," jawab Wei Ying tak tahu malu.

Dia merasa kalau itu adalah tawaran dan dia tidak mencuri. Toh, ibunya atau paman Jiang akan membayar.

"Lain kali jangan mencuri ya. Itu tidak baik," nasihat lelaki tua itu mengambil beberapa teratai dan memenuhi tangan kedua bocah itu sampai kepala membawanya.

"Tidak menculi. Tidak ada oyang," jawab Wei Ying masih membela diri.

"Mn nanti ayah bayal," kata Jiang Cheng membela dan ikut membantu sepupunya itu berbuat nista.

"Ah ... baiklah itu cuma teratai bawa saja," jawab lelaki itu pasrah.

Lagipula siapa tak kenal dua bocah itu. Menagih Jiang Fengmian hanya dengan tiga tangkai teratai sungguh memalukan.

"Makasih paman." Kedua bocah itu membungkuk lalu pergi tanpa merasa berdosa.

Sepanjang jalan Wei Ying membagi-bagikan teratai yang dia dapat tadi ke beberapa orang. Anak-anak kecil, shijie yang cantik serta nenek-nenek tua dia berikan.

Sementara Jiang Cheng menyimpannya. Katanya buat Shijie-nya nya, Jiang Yanli.

"Terima kasih tuan muda."

Semua orang senang melihat keindahan senyum dua bocah Jiang itu.

"Cheng Cheng mau?" Wei Ying menatap wajah Acheng yang fokus pada permen buah yang dibekukan, tanghulu.

"Mau." Jiang Cheng mengangguk.

"Paman mau." Wei Ying menunjuk dua tanghulu.

"Ah ... baiklah. Apa kau punya uang?" tanya si penjual.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now