Berkelahi

2.4K 227 24
                                    

Yayasan Gusu adalah sekolah terbaik di negara Mo Dao Zhu Shi sepanjang masa. Mulai dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas, bahkan sampai tingkat universitas lengkap di Yayasan Gusu.

Sekolah ini sudah terkenal dengan prestasi dan kedisiplinan tinggi. Tak pernah diragukan lagi lulusan yang dicetak oleh sekolah itu.

Keluarga Gusu Lan sudah menjadi pengajar terbaik selama ribuan tahun terakhir. Kini, Lan Qiren adalah pemilik yayasan sekaligus guru terbaik di negara itu.

Kalau Qiren adalah guru terbaik, maka Wei Wuxian atau nama lahirnya Wei Ying, adalah murid terbaik. Terbaik dalam segala hal, terutama jika Anda bertanya pada Lan Wangji yang bernama lahir Lan Zhan.

Kedua anak itu kini berusia tiga tahun dan duduk di kelas TK. Mereka adalah teman baik saat ini dan 'mungkin' untuk selamanya.

Hari ini, gedung-gedung tinggi di Gusu tampak lebih cerah dari biasanya. Anak-anak kecil berlarian ke sana kemari menambah indahnya gedung putih bercorak awan melayang itu.

Beberapa gedung lainnya lebih sunyi dan tertib karena memang ada larangan di sekolah itu, seperti, dilarang membuat keributan, dilarang berlarian, dan ribuan larangan lainnya untuk mengontrol perilaku dan menjaga moral siswa, pegawai dan guru.

Dari semua gedung yang indah, gedung D paling ramai dan paling hidup sekaligus bisa disebut bagai 'jalan neraka' bagi pengajar yang tidak sabar.

Kelas D atau 'Devil', merupakan nama kehormatan bagi anak-anak yang terbaik dalam segala hal, termasuk terbaik dalam berkelahi.

"A Xian berhenti!" Jiang Cheng panik melihat Wei Wuxian berkelahi dengan Wen Chao yang badannya lebih besar.

"Tidak mau!" Wei Ying masih kesal.

Dia terus melawan Wen Chao walau perbandingan badannya tidak seimbang.

"Sini kalau berani!" teriak Wen Chao dengan nada menantang.

"Tidak takut, wleeek!" kata Wei Ying menjulurkan lidahnya lalu menjambak rambut Wen Chao dan Wen Chao langsung membalasnya.

Anak-anak lainnya menyemangati seakan itu pertunjukan tinju atau gulat kelas kakap yang sering ditonton oleh ayah mereka di rumah sambil makan kacang dan minum bir atau coca-cola.

"Aaaaaakkkk!"

"Hweeeee cakit. Apa kau 'gukguk'? Kenapa gigit?" Wei Wuxian meneteskan air mata sebelah kiri, karena Wen Chao menggigit pundak kirinya.

"Aaaaaakkkk! Ke-kenapa kau balas? A Xian jahat, hweeeee. Cakit ...."

Wen Chao menangis keras-keras sampai ke telinga wali kelasnya, Nie Mingjue.

Wali kelas berdedikasi tinggi itu langsung berlari untuk mencari lokasi kedua bocah itu saling tarik menarik, masih jambak-menjambak bagai ibu-ibu di pasar berebutan diskon.

"Anak-anak!" teriak Nie Mingjue datang membawa penggaris kayu yang biasa digunakan untuk mencium betis siswa nakal.

"Aku bukan anakmu, wlekkk!" Wen Chao mengejek Nie Mingjue.

"Aku juga bukan!" Wei Wuxian tiba-tiba kompak mengejek wali kelasnya yang berbadan kekar itu.

"Wei Ying," Lan Wangji yang baru saja tiba memeluk dan memeriksa kondis tubuh sahabatnya itu.

"Dari mana saja, Lan Zhan? A Ying hampir mati dipukuli Wen Chao." Wei Ying langsung bersandar manja pada Lan Wangji.

"Toilet pipis," jawab Wangji singkat.

"Kalian ikut ke kantor guru!" Nie Mingjue menarik tangan Wei Wuxian di sebelah kanan dan Wen Chao di sebelah kirinya.

"Lan Zhan, tolong aku!" Wei Wuxian menatap pedih Lan Wangji sementara dia ditarik paksa ke ruang guru.

Di lorong, Wei Wuxian dan Wen Chao saling pandang. Wei Wuxian mengedipkan matanya.

Dalam hitungan satu, dua, dan tiga....

"Aissshhh" Nie Mingjue mendesah pelan. Tidak mungkin baginya utnuk berteriak keras, karena malu pada otot dan abs-nya.

Kedua bocah nakal itu menggigit tangan gurunya itu dan segera melepaskan diri---kabur.

Keduanya menghambur mencari perlindungan. Nie Mingjue bingung mau mengejar yang mana, karena masing-masing kabur ke arah yang berlawanan.

"Lan Zhan selamatkan aku." Wei Wuxian langsung menghambur ke pelukan Lan Wangji dan merangkak naik ke pelukannya.

Wen Chao mencari perlindungan pada Wen Ruohan, ayahnya, kabur ke ruang kepala sekolah.

Jiang Cheng yang sedari tadi pusing dan stress akibat kelakuan saudaranya itu garuk-garuk kepala.

"A Xian nakal sekali." Jiang Cheng memutar bola matanya.

"Tidak. Kan, Lan Zhan A Ying tidak nakal?" Wei Wuxian cari pelindung.

"Tidak." Lan Wangji seolah patuh pada setiap perkataan Wei Ying.

"Astaga." Jiang Cheng kehabisan kata-kata.

Sementara bunyi bel masuk berbunyi semuanya masuk kelas.

Orang tua siswa, eh ... ralat, orang tua Wen Chao dan Wei Wuxian dipanggil akibat ulah kedua bocah itu.

"Jadi, maafkan saya selaku wali kelas, harus mendisiplinkan dua anak murid ini," tutur Nie Mingjue mengatakannya dengan sungkan.

Jiang Fengmian ayah angkat Wei Wuxian adalah donatur terbesar sekolah itu.

Sementara, Wen Ruohan ayah Wen Chao adalah kepala sekolah di Yayasan Gusu.

"A Xian minta maaf," kata anak itu dan Jiang Fengmian hanya bisa pasrah mendengar cerita bahwa anaknya itu bahkan mengigit tangan gurunya.

"Kami tidak berkelahi, kami teman," ucap Wei Ying sambil menatap Jiang Fengmian dengan wajah menyedihkan minta dicium.

"Iya betul, tidak kelahi cuma gigit." Wen Chao mengangguk dengan takut-takut menatap ayahnya.

"Lalu ... kalian?" Jiang Fengmian kehabisan kata-kata.

"Kami teman," jawab keduanya serentak.

Setelah mengucapkan itu Wei Ying dan Wen Chao berpelukan, mereka bahkan sudah lupa kenapa tadi berkelahi.

Lan Wangji tiba-tiba muncul dan melepaskan pelukan kedua bocah itu.

"Lan Zhan," ucap Wei Wuxian pelan sambil memancungkan bibirnya minta tolong.

"Kan, Lan Zhan, benar kan? Kami tidak berkelahi, kan?" Wei Ying mengadu.

"Mn," jawab Lan Wangji singkat dan duduk di sebelah Wei Ying. Di antara Wei Wuxian dan Wen Chao, memisahkan keduanya.

Meski Lan Wangji tiba-tiba datang dari baris belakang, karena para siswa lain memang lagi mengintip. Tak ada yang berani memarahi bocah itu, pertama dia sahabat dekat Wei Ying. Kedua, dia 'anak' pemilik Yayasan Gusu.

Sudah jelas orang malas berurusan dengan Lan Qiren hanya karena masalah seperti ini.

Sebenarnya, kondisi ini memang membingungkan. Keduanya sudah baik-baik saja bahkan kompak menggigit tangan gurunya.

Jadi, sebenarnya yang mengadu siapa? Nie Mingjue?

Akhirnya rapat itu berakhir begitu saja. Bingung siapa yang salah atau apa yang salah. Bahkan, murid-murid teman sekelas mereka juga ikut membela Wei Ying dan Wen Chao.

Nie Mingjue ingin menangis meratapi nasibnya. Tapi lagi-lagi malu dengan otot dan abs-nya, hanya bisa gigit jari. Dalam hati dia hanya bisa pasrah dan menerima kondis ini dengan cara melupakannya.

Jika tidak, bisa saja dia merasa malu atau enggan bertemu anak-anak.

Begitulah anak-anak, meski sering berkelahi mereka tidak menyimpan dendam dan lebih mudah untuk saling menyayangi kembali.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now