Selamat Pagi

954 122 3
                                    

Keesokan harinya, pagi yang cerah menyapa kediaman keluarga Lan tampak lebih berseri karena kehadiran tamu istimewa.

Setiap kamar di ruangan itu berisi cerita yang berbeda.

"Hoaaam."

Cangse membuka makanya dengan malas. Meski sudah pukul delapan pagi.

Kalau bukan karena kebelet pipis dan lapar dia masih malas bangkit dari tidurnya. Rasanya kasurnya begitu posesif memeluk tubuhnya.

Seakan kasur itu berkata 'jangan tinggalkan aku' sambil memegangi tubuh wanita itu erat-erat.

Setelah menyelesaikan panggilan alamnya Cangse melangkah ke kamar seberang---kamar Lan Wangji, untuk memeriksa anaknya.

Dia penasaran apakah dia balita itu masih tidur.

"Huh?" Dia menatap pemandangan indah. Lan Wangji sudah bangun tapi masih memeluk tubuh Wei Ying yang menempel padanya.

"Imutnya," Cangse berkata tanpa sadar dia bahkan memegangi pipinya.

Di tampak bagai remaja yang sedang menonton adegan manis.

"Kurasa bagus kalau mereka punya saudara," ucap Qiren mengangetkan perempuan itu.

Lan Qiren ternyata memantau pergerakan Cangse melalu cctv-nya, itulah sebabnya dia tahu perempuan itu bergerak ke kamar Lan Wangji dan dia langsung bergegas ke sana.

"Astaga bisakah kau setidaknya membuat suara? Kalian keluarga Lan memang mengerikan. Bagaimana kau bisa berjalan kesini tanpa suara sedikitpun?"

Cangse memegangi jantungnya seolah takut sesuatu di dalam sana keluar dengan liarnya.

"Apa kau kaget?" tanya Lan Qiren.

Setelah berucap, barulah lelaki itu merasa pertanyaannya aneh dan tidak penting, tetapi sudah terlanjur diucapkan.

"Iya dan sekarang aku lapar karena shock. Kau tahu kaget ini jelas-jelas bikin perut keroncongan. Cacingku sudah berdisko ria," kata Cangse menyalahkan Qiren.

Di sudut sana dua balita tidak peduli dengan kehadiran dua manusia dewasa itu.

"Wei Ying," panggil Lan Wangji terdengar memanggil nama bocah itu.

Wei Ying sedikit bergerak bukan menjauh tapi malah naik ke atas tubuh Lan Wangji. Seakan-akan bocah itu adalah kasur empuk.

Lan Wangji menarik napas. Dia sebenarnya sudah lama bangun. Sejak pukul enam pagi. Aturan keluarga begitu ketat dan dia sudah terbiasa.

Bahkan, anak itu sudah menahan pipis sejak tadi. Tapi tak tega membangunkan Wei Ying yang sepertinya sangat nyenyak sampai ngiler.

"Aiyooo."

Cangse merasa kasihan pada Lan Wangji. Dia berniat hendak ngambil tubuh anaknya supaya Lan Wangji leluasa bergerak.

"Tidak," kata Lan Wangji malah menolak. Cangse bingung dan menatap Lan Qiren.

Lelaki berkumis itu malah menjawab santai "biarkan saja, kita makan lebih dulu. Biar mereka urus urusan mereka dan kita lanjutkan urusan kita."

"Apa katamu? Urusan mereka? Urusan kita?"

Cangse merasa aneh dengan Lan Qiren pagi ini.

"Iya," tantang Lan Qiren dengan berani mengajak Cangse ke ruang makan.

Sarapan sudah tersedia. Semuanya menggugah selera.

"Mengapa kau tak bilang makanan sudah ada sebanyak ini? Aku hampir pingsan menahan lapar," Cangse bicara sesukanya.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now