Yunmeng

539 75 0
                                    

Seusai makan dan bersiap, keluarga Lan beserta tiga tambahan anggota keluarga sudah siap berangkat ke dermaga teratai. Anehnya, Lan Qiren beserta kedua keponakannya malah tampak lebih bahagia daripada penghuni asli Yunmeng itu.

Mereka tampak begitu bersemangat, seolah sedang mengejar hadiah yang menarik atau perjalanan kali ini adalah petulangan sangat berharga sampai-sampai mereka begitu antusias.

"Ayo berangkat, kalian sudah siap bukan?" teriak Lan Qiren penuh semangat.

"Iya paman!" sahut Lan Wangji dan Lan Xichen dengan sopan dan senyum terus mengembang di bibir keduanya.

"A-Xian dan A-Cheng ayo kalian juga masuk dalam mobil!"

Lan Qiren bagai ibu-ibu empat anak. Sibuk mengurus ini dan itu. Meneriaki ini dan itu. Mengingatkan jangan sampai lupa itu, jangan sampai ketinggalan yang inilah.

"Berangkat tuan?" tanya supir sudah siap. Mereka menggunakan mobil pribadi milik keluarga Lan.

"Ayo!" jawab Lan Qiren semangat.

"Mama di mana?"

Wei Ying tiba-tiba heran mengapa mereka akan berangkat tanpa ibunya?

"Ah ... iya di mana Cangse?"

Lan Qiren baru ingat masih ada satu orang yang belum tampak sejak tadi.

"Paman, biar Xichen yang panggil." Xichen dengan sopan menawarkan dirinya.

"Ah, tidak. Biar paman saja. Kalian tunggu di sini, ya. Xichen kau paling dewasa di sini, jaga yang lain."

Tentu pesan Lan Qiren itu tak terlalu berlebih-lebihan apalagi mengingat Wei Ying dan Jiang Cheng begitu berandalan. Baru saja ikan-ikan malang bermatian karena ulah bocah nakal itu.

Untung saja Lan Qiren memang kaya, kalau tidak bisa menangis darah karena harga ikan itu termasuk mahal.

Qiren mencari Cangse langsung ke kamarnya.

"Astaga Cangse!" Lan Qiren berteriak kaget melihat perempuan itu terkapar di lantai di dalam kamarnya.

"Cangse. Cangse," Lan Qiren memanggil beberapa kali dan berusaha membangunkan perempuan itu. Lan Qiren mengira kalau Cangse pingsan atau sejenisnya.

"Hah? Ada apa Qiren?" Cangse mengucek matanya sambil mengelap sudut bibirnya. Karena posisi tidurnya yang mencium lantai tentu saja sudut-sudut bibirnya dihiasi sedikit cairan liurnya.

"Kau tak apa-apa?" Lan Qiren mengecek suhu tubuh Cangse dengan menempelkan tangannya di kening perempuan itu.

"Aku kenapa? Seharusnya kau yang kenapa? Apa yang terjadi padamu mengapa kau bertindak aneh?" Cangse menatap heran Lan Qiren.

"Ya sudah ...."

Lan Qiren menarik napas, antara senang dan lega karena Cangse tak kenapa-kenapa dan juga kesal karena nyatanya perempuan itu hanya ketiduran. Menyebalkan sekali gumam Lan Qiren dalam hatinya. Tentu saja tanpa suara.

"Lalu mengapa kau kaget dan mengangetkan aku?" Cangse masih kesal acara mencium dan memeluk lantainya terganggu.

"Kita harus kembali sekarang. Maksudku kita harus berangkat sekarang me Yunmeng."

Lan Qiren mengakhiri perdebatan dan langsung ke inti.

"Hah? Sekarang ya? Ku kira nanti. Ini masih jam .... " Cangse melirik jam dinding dan, "astaga jam 4 sore? Aku sudah tertidur selama empat jam?" Cangse menggaruk kepalanya. Sesudah makan dia mengantuk karena kekenyangan jadi di mana sajalah tidurnya.

"Hm, dan di lantai!" ujar Lan Qiren agak meninggikan suaranya.

"Apa salahnya? Aku suka," kata Lan Qiren menepis senyum jahat Lan Qiren yang berusaha mengejeknya.

"Ya sudah, ayo berangkat. Anak-anak sudah menunggu di mobil. Aku khawatir kalau terlalu lama mereka malah berbuat aneh-aneh."

Lan Qiren sedikit mengerutkan keningnya membayangkan mungkin saja bocah-bocah itu sudah menyulap mobil mahalnya jadi taman bermain atau sejenisnya.

"Baiklah .... "

Keduanya berjalan menuju ke mobil dan betapa terkejutnya mereka melihat keempat bocah itu. Terkejut bukan karena ada tingkah aneh tapi karena sangat sepi. Sepi dan mencurigakan.

Ketika membuka pintu mobil, Cangse dan Qiren menemukan keempatnya sudah tertidur pulas. Rupanya bocah itu sudah 30 menit menunggu di sana. Wajar saja bosan.

"Ayo berangkat!" perintah Qiren segera.

Sepanjang perjalanan empat anak itu masih tertidur. Mungkin karena sudah lelah bermain atau memang kekenyangan. Tak disangka Cangse juga tidur kembali.

Lan Qiren awalnya kesal dan bingung. Tapi setelah dipikir-pikir indah juga pemandangan itu. Pikiran Lan Qiren berkelana sampai ke langit tak bertiang.

Dia membayangkan mereka jadi keluarga. Dia punya empat anak tentunya ada tambahan karena Jiang Cheng tak termasuk, maksudnya Jiang Cheng tak mungkin terus bersama mereka. Jadi harus ada tambahan bocah nakal di sana.

Dia pikir Wangji pasti akan senang punya adik baru. Lalu Xichen akan menjadi kakak tertua. Soal Wei Ying si anak badung, kalau diperhatikan saat tidur begini dia sangat manis dan indah. Coba saja kelakuannya sedikit lebih baik pasti anak itu akan sangat manis.

"Sampai tuan."

Suara supir membangunkan Lan Qiren dari khayalan manisnya. Dia ingin memaki karena kesal tapi tak jadi, dia bukan pemaki semacam itu dan mereka telah sampai di Yunmeng.

Dengan sabar Lan Qiren membangunkan satu per satu manusia pingsan dalam mobil itu dari yang tertua hingga muda.

"Selamat datang brother!" sambut Jiang Fengmian dengan hangat, lengannya terbuka siap memeluk. Lan Qiren tentu langsung menyambut hangat pelukan itu.

"Terima kasih tuan Jiang," balas Lan Qiren sopan dan masih agak canggung.

"Ah, brother saja, biar lebih akrab," kata Jiang Fengmian sambil menatap Cangse yang masih linglung berusaha mengumpulkan nyawanya. Mungkin sebagian masih tertinggal di lantai dingin kamar keluarga Lan.

"Baik brother.," Lan Qiren menjawab malu-malu tapi dia senang disambut seperti itu. Seakan ada harapan lebih lanjut.

Tak sadar senyumnya sedikit mengembang di sudut bibir yang mulai terlatih ototnya untuk tersenyum dan tertawa sejak beberapa hari lalu.

"Anggap saja rumah sendiri. Semuanya bebas di sini. Semua boleh kalian miliki atau pakai. Terserahlah asalkan satu jangan, isteriku yang cantik."

Jiang Fengmian becanda garing (tidak lucu atau kuno) ala bapak-bapak.

"Hahahaha"

Keduanya tertawa terbahak-bahak, madam Yu hanya menggeleng. Dia tahu dia cantik, tapi dia malu dikatakan seperti itu. Buat apa juga? Menurut dia kecantikan itu soal rasa bukan pengakuan dari orang lain. Tapi karena yang mengatakannya adalah suaminya dia sedikit merona.

"Kakak kurasa kau sedikit aneh? Eh bukan. Sedikit berbeda."

Cangse mengoreksi kata-katanya. Dia masih menatap perempuan itu dari atas ke bawah beberapa kali.

"Dia makin cantik kan?" Jiang Fengmian menggoda.

"Iya tapi bukan itu. Apa Kakak?" Cangse mengedipkan matanya ke arah madam Yu.

"Hahaha tumben kau peka Cangse. Iya sudah dua bulan." Jiang Fengmian yang bersemangat itu terus menjawab sementara isteri cantiknya itu hanya tertunduk malu.

Entah mengapa kehamilannya kali ini membuat dia jadi pemalu dan pendiam. Tapi itu bagus bagi Jiang Fengmian, jadi dia bisa puas menggoda isterinya itu. Kalau normal tentu saja tarantula betina itu sangat galak.

"Selamat brother!"

Senyum Lan Qiren mengembang dan malah menatap Cangse. Seakan yang hamil itu Cangse dan yang berbahagia itu Lan Qiren.

Jiang Fengmian yang menyadari hal itu hanya senyum dan senyum.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now