Telur Pecah

463 64 5
                                    

Setelah dua tahun menderita menjadi wali kelas bocah nakal melebihi iblis kecil, Nie Mingjue bernapas lega. Anak-anak itu akhirnya lulus dan bahkan peringkat satu sampai dengan lima diisi oleh anak didik asuhan Nie Mingjue.

Bukan main bangganya Lan Qiren selaku pemilik yayasan dan juga Wen Ruohan selalu kepala sekolah. Mereka tahu bahwa Nie Mingjue sudah saatnya naik pangkat dan jabatan, menjadi wakil kepala sekolah misalnya.

"Mingjue kami sudah melihat bagaimana perjuangan dan kemampuan mu. Kami bangga," ucap Lan Qiren menatap wajah tampan Nie Mingjue.

"Selamat pak Mingjue," sapa Wen Ruohan yang menatapnya dengan sedikit tatapan aneh. Nie Mingjue membalasnya dengan tatapan sopan dan tegas.

Pemuda tampan, gagah dan berotot itu terbukti bisa mendidik bocah imut dari tampilannya tapi begitu bersama, dunia sekitar bagai neraka.

Berkat kepiawaiannya, Nie Mingjue akhirnya diberikan penghargaan, rumah dan sejumlah uang. Ditambah lagi kenaikan pangkatnya sebagai wakil kepala sekolah.

"Selamat pak!" Beberapa orang lainnya memberikan selamat kepada pemuda itu. Ada yang tulus ada juga yang sekedar menjilat bahkan tak sedikit yang iri.

Yayasan Gusu memang sangat unik. Mereka hanya menempatkan satu kepala sekolah untuk TK hingga SMA dan rektor untuk universitas. Masing-masing jenjang pendidikan diberikan satu wakil kepala sekolah.

Jadi kepala sekolahnya hanya Wen Ruohan, sedang masing-masing dari TK sampai SMA ada yang menduduki jabatan wakil kepala sekolah.

Tak tanggung-tanggung, Nie Mingjue menjadi wakil kepala sekolah SD. Di satu sisi dia senang karena harus naik jabatan. Meski di lain sisi dia merasa dirinya sedang dipermainkan.

Itu artinya, bocah yang kini lulus itu bakalan jadi anak SD kan? Dan dirinya akan menjadi wakil kepala sekolah di sana? Bukankah itu yang dinamakan sial? Namun, beruntung juga sih. Bagaimana ya mengatakannya? Nie Mingjue bingung.

Tapi setidaknya ada hal yang membuatnya bahagia. Adiknya Nie Huaisang akan selalu bertemu dirinya. Anggap aja sebagai suatu keberuntungan. Anak muda itu memang sungguh tahu bagaimana caranya menikmati hidup, banyak-banyak bersyukur!

"Jadi kuharap mulai Minggu kau bisa menjalankan tugasmu. Besok perpisahan dulu, jangan langsung lupa kau masih wali kelas bocah-bocah menggemaskan itu," ucap Lan Qiren sembari menekankan pada kata 'bocah menggemaskan'.

"Baik pak. Tentu saja saya takkan lupa selamanya. Ini pengalaman yang takkan saya lupakan sampai mati." Nie Mingjue tersenyum sopan tapi tentu saja kata-kata itu jelas arahnya.

"Hahahaha kau sungguh tahu bagaimana caranya bercanda dengan orang tua, huh?"

Lan Qiren menepuk pundak Nie Mingjue.

Sungguh! Lan Qiren tak setua itu. Dia baru berusia 30 an awal. Hanya saja dia memang punya selera humor yang amat bapak-bapak. Tapi semenjak adanya Cangse dirinya mulai mencair dan mengerti guyonan receh.

"Saya sungguh tak bermaksud demikian pak." Nie Mingjue tersenyum sopan dan anggun.

"Pastiakn acara besok berkesan, bisakah?"

Lan Qiren menatap Mingjue yang tatapan yang menyenangkan, bangga dan penuh harap.

"Tentu saja. Saya bahkan sudah menyiapkan kejutan untuk Bapak."

Nie Mingjue tertawa kecil.

"Jangan bilang itu kejutan yang sungguh-sungguh mengejutkan sampai jantung lelaki tua ini loncat keluar."

Lan Qiren mengingat saat dia dilempar pisang oleh anak kelas Nie Mingjue dan bagaimana bocah-bocah itu berani menjebak dirinya hingga kepeleset. Itu sangat tidak menyenangkan. Tentu saja ulah Wei Ying. Tapi sejak beberapa bulan terakhir, Lan Qiren tak mau berkelahi apalagi memusuhi Wei Ying.

"Ah ... itu. Saya usahakan tak ada yang seperti itu pak." Nie Mingjue mengerti trauma Lan Qiren pada kelas iblis itu. Bayangkan kelasnya sampai dijuluki kelas iblis, karena isinya semua iblis kecil.

"Baiklah. Aku percaya padamu Mingjue!" Lan Qiren tersenyum ramah dan bangga.

Tentu saja baginya Wei Ying tak lagi menyebalkan seperti dulu. Bahkan, kalau dia harus menjadi korban keusilan anak itu juga dia rela. Sungguh hidup Lan Qiren kini jungkir balik.

"Tampaknya bapak bahagia sekali." Wen Ruohan sengaja menggoda boss-nya itu.

"Ah bisa aja. Saya biasa aja," ucap Lan Qiren mengelus kumisnya yang lumayan tebal meski tak setebal kumis Wen Ruohan.

"Ah ... Bapak jangan menggoda saya seperti itu. Saya bisa kena serangan jantung." Lan Qiren tersenyum.

Tiba-tiba saja di tengah pembicaraan orang tua itu beberapa bocah iblis muncul di hadapan mereka.

Anak-anak itu kejar-kejaran membawa beberapa benda keramat seperti air, tepung dan telur.

Bocah-bocah itu saling melempar karena bahagia. Begitu caranya merayakan perpisahan sebelum acara resmi. Katanya acara perpisahan sesungguhnya adalah acara barbar itu.

Beberapa bocah bahkan berlari ke arah Nie Mingjue, Wen Ruohan dan Lan Qiren.

Wen Chao yang sudah tak terkendali melempari Acheng dengan telur busuk. Bocah itu menghindar dan dengan gesitnya berlari ke sana kemari.

Bruk!!!!

Acheng mengelak dan yang terkena lemparan telur itu adalah ...

Wen Ruohan!

Bapaknya sendiri!

Suasana mendadak hening. Jas biru mahal kepunyaan Wen Ruohan menjadi korban.

Semua orang di sana hanya bisa terdiam menahan tawa yang membuat perut sakit. Sebenarnya mereka ingin tertawa tapi takut dinilai tak sopan.

"Aduh maafkan pak. Anak-anak saya memang seperti itu." Nie Mingjue menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia hanya salah tingkah.

"Mereka hanya anak-anak." Lan Qiren ikut menenangkan tak ingin membuat suasana canggung. Sebenarnya dia ingin mengatakan, lagian yang melempari kan anak mu. Tapi Lan Qiren tidak tega. Dia sungguh kasihan pada Wen Ruohan yang menjadi bulan-bulanan orang-orang ketika tahu bahwa Wen Chao adalah anaknya.

Sebenarnya itu kisah lama, orang-orang tak percaya bawah wajah tampan Wen Ruohan dan wajah manis isterinya sama sekali tak turun pada anaknya. Bahkan beberapa gosip mengatakan kalau anaknya tertukar di rumah sakit.

Tapi setelah melakukan test DNA ternyata bocah itu memang anak mereka. Tentu saja Wen Ruohan melakukan itu diam-diam dia tak ingin isterinya bersedih karena hal iu. Bisa saja dia merasa tertuduh selingkuh atau sebagainya.

"Tidak masalah," ucap Wen Ruohan menatap Wen Chao dengan tatapan yang seakan ingin mengembalikan bocah itu ke rahim ibunya.

"A-Chao! Hahahaha A-Chao durhaka!" Wei Ying terbahak-bahak melihat kondisi Wen Ruohan yang wajah Wen Chao yang sedikit lagi akan banjir air mata.

"Mampus, weeek!" Jiang Cheng mengejek Wen Chao dan berlari ke arah Wei Ying dan Lan Wangji.

"Axian tak baik begitu," ucap Lan Qiren sambil mendekat dan mengelus kepala bocah itu.

"Memang durhaka!" Wei Ying mengerutkan keningnya dan memajukan bibirnya tak terima dibilang begitu.

"Mn durhaka!" bela Lan Wangji.

Lan Qiren hanya bisa menggeleng dan tersenyum lemah. Kini dia punya tambahan kelemahan selain Lan Wangji dan Lan Xichen. Senyum dan wajah manis Wei Ying menjadi kelemahan baru bagi Lan Qiren.

"Sudahlah. Ayo pulang." Lan Qiren menggandeng dua bocah yang sudah berantakan itu di tangan kiri dan kanannya.

"Tunggu Mama," Wei Ying mencoba menjelaskan.

"Mamamu ada rapat. Paman akan mengantarkan kalian pulang. Ganti baju dulu." Lan Qiren memberikan perintah dan kedua bocah itu berganti pakaian di dalam mobil.

"Sungguh imut," kata Lan Qiren pelan saat menatap dua bocah itu hanya memakai celana dalam imut saat berganti pakaian. Lan Qiren bahkan mengerti arti imut dan lucu sekarang!

Dunia memang suka jungkir balik! Jangan terlalu kaku, semua bisa berubah!

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now