Boleh Menikah

507 49 3
                                    

Empat bulan kemudian, kehamilan Cangse berjalan dengan lancar. Tidak ada hambatan yang berarti karena dia sudah berpengalaman dan bayinya tampaknya baik-baik saja dan sehat.

Sore ini di kediaman Lan kedatangan beberapa tamu. Hari ini adalah hari Sabtu, artinya besok libur. Wei Ying dan Lan Wangji sedang bermain di taman depan, sementara tuan dan nyonya Lan menerima beberapa tamu dari yayasan Gusu.

Wen Ruohan, Nie Mingjue, Shu She dan beberapa guru serta pejabat lainnya turut hadir. Mereka sengaja melakukan kunjungan untuk merayakan atau menghormati syukuran empat bulan kehamilan nyonya Lan alias Cangse atau emaknya Wei Ying.

"Terima kasih kunjungannya, kami sangat berterimakasih atas kehadiran dan doa-doa teman-teman sekalian." Qiren tersenyum sopan.

"Ah ... tidak masalah, justru kamilah yang berterimakasih sudah mengundang dan memberikan kesempatan menyampaikan doa dan harapan."

Wen Ruohan membalas dengan sopan ucapan boss-nya itu.

"Makanannya juga enak," kata Shu She keceplosan yang membuat semua orang tertawa di sana tak terkecuali Cangse.

Shu She menjadi malu apalagi ketika bicara dia sedang memegang kue di tangan kiri dan kanannya.

"Ah ... Kalau suka silakan dibungkus saja." Cangse mengurai kecanggungan itu.

Dia sebenarnya ingin ikut menghina dan menertawakan tapi dirinya sedang hamil, harus menjaga pikiran dan perilaku.

"Baiklah akan kubawa semua sisanya." Shu She yang sudah terlanjur malu otomatis langsung melakukan hal yang sekaligus tercebur dalam air. Sekali mandi sekalian basah. Toh, sudah malu tadi, kalau malu-malu justru akan malu-maluin.

Akibat tertawaan orang-orang di sana, A-Sang yang sedari tadi tidur nyaman dalam pelukan Dagenya terbangun. Bocah manis itu selalu tertidur sehabis kekenyangan---wajar masih anak-anak.

"Dage."

Bocah itu menggosok matanya dengan malas.

"Ya, dage di sini." Nie Mingjue mengusap kepalanya dengan pelan. Sejak mereka hanya tinggal berdua, Nie Mingjue akan selalu membawa Nie Huaisang kemana pun dia pergi.

Bocah itu pula alasan mengapa dia mau bekerja dengan tekun di jalan yang benar. Nie Huaisang adalah satu-satunya hartanya---kesayangannya. Tentu dia bagai kakak sekaligus orang tua bagi bocah manis itu.

"A-Sang sudah bangun!"

Wei Ying berlarian ke arah Nie Huaisang yang baru bangun.

Orang-orang langsung mengalihkan padangan pada dua sosok anak manis yang sangat tampan---sekarang tiga, ada Nie Huaisang di sana.

"A-Sang bangun ayo main!" Wei Ying menggoncang lembut tubuh Nie Huaisang.

"Lan Zhan sini." Wei Ying menarik tangan Lan Wangji yang tampaknya agak menjaga jarak karena melihat Wei Ying-nya bersentuhan dengan Nie Huaisang---orang lain---selain dirinya.

"Mn." Anak itu hanya menurut dan bicara singkat.

"Halo anak manis, kalian sangat imut. Bolehkah aku berfoto dengan kalian?" Seorang pejabat perempuan penasaran dan ingin berfoto dengan tiga bocah imut itu.

"Boyeh. Ayo Lan Zhan, A-Sang! Berfoto!" Wei Ying menarik keduanya dengan posisi dia di tengah.

Nie Huaisang memasang senyuman manis dengan wajah imutnya. Wei Ying juga tak kalah manisnya, bibirnya yang merah menampakkan gigi putih dan cantik. Lan Wangji seperti biasa, wajah datar---tetap tampan.

Ketika semuanya sibuk, Wen Qing selaku dokter di yayasan Gusu baru saja tiba membawa adiknya, Wen Ning. Bocah pemalu itu langsung ditarik oleh Wei Ying untuk diajak bermain. Melihat Wei Ying, A-Sang dan A-Ning begitu kompak, wajah suram Lan Wangji semakin menjadi-jadi.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum