Keluarga Lengkap

325 41 1
                                    

Xichen merasakan perubahan pada hidupnya dan pamannya semenjak lelaki itu menikahi Cangse. Memang, ada perubahan pada peraturan yang semakin longgar. Apalagi, Wei Ying anak sambung Lan Qiren terbiasa menjalani hidup dengan penuh kebebasan dan ekspresi bebas selama di Lian Huawu.

Xichen merasa kalau perubahan itu bukanlah hal negatif. Dia juga bisa melihat pamannya semakin muda dan ceria. Hidup lelaki itu akhirnya membaik dan mendapatkan kebahagiaan lebih, maksudnya bertambah.

Tentu saja sebelum ada Cangse, Qiren juga bahagia menjalani hidup bersama Lan Xichen dan Lan Wangji. Namun, kini wanita manis dan cantik itu menambah kebahagiaan di kediaman Lan yang terbiasa sunyi dan senyap itu---bagai tidak bernyawa.

Semenjak kematian ibu Xichen, rumah itu tak pernah lagi terdengar ada suara tawa dan nyanyian. Dahulu, hanya ibu merekalah yang paling ceria dan selalu menggoda Wangji yang pemalu.

"Xichen, besok ulang tahunmu, apa yang kau inginkan dari paman dan bibi?" tanya Cangse seusai makan malam.

Meskipun Cangse memang tidak persis seperti ibu mereka, tetapi wanita itu sama baiknya dengan mendiang ibu mereka. Dia juga ceria, perhatian dan suka menggoda anak-anak, membuat suasana menjadi lebih hidup.

"Tidak ada, Bibi. Aku hanya ingin kita semua hidup bahagia dan selalu bersama selamanya," jawab Xichen dengan sopan.

"Tidak apa Xichen, kalau ada yang kau inginkan, katakan saja, paman dan bibi akan usahakan penuhi," tambah Lan Qiren yang duduk di sebelah Cangse.

"Tidak, Paman. Xichen sudah sangat bersyukur bisa hidup seperti ini. Aku hanya ingin kita semua hidup bersama dan bahagia. Xichen sangat senang kalau sekarang Wangji sudah memiliki Wei Wuxian di sisinya, anak itu tidak perlu lagi berduka sepanjang waktu."

Wajah Xichen semakin serius dan membuat suasana agak canggung.

"Dengar, Xichen. Aku mungkin memang bukan ibumu, dan tidak bisa menjadi atau sepertimu ibumu. Tapi, aku kenal dengan ibumu dan dia pasti akan bangga melihat kalian sekarang tumbuh seperti ini," ucap Cangse sambil mengelus lembut kepala Xichen.

"Terima kasih, Bibi. Xichen tidak merasa kalau Bibi melakukan semacam pilih kasih pada kami semua dan Xichen sangat bahagia sekarang," balas Xichen dengan sopan, air matanya hampir jatuh karena mengingat ibunya dan ayahnya.

"Tidak apa-apa menangis, kau bisa mengadu kapan saja. Aku mungkin bukan ibu yang baik, tapi aku bisa menjadi temanmu. Kapan saja butuh cerita atau apa saja, Bibi akan dengan senang hati," jelas Cangse.

"Ehm, aku juga ada di sini. Mengapa Xichen, kau hanya begitu dekat dengan bibimu? Apa kau mulai melupakan pamanm, huh?" goda Lan Qiren.

"Apa itu semacam kode cemburu, Qiren?" tanya Cangse sambil menatap wajah Qiren tidak percaya.

"Ah, maaf Bibi. Memang keluarga Lan terkenal pencemburu dan posesif, ayahku juga dulu begitu. Bibi harus terbiasa dengan itu. Biasanya, semakin tua semakin menjadi," tawa Xichen lepas dan wajah pamannya kini memerah mendengar ejekan dalam candaan itu.

"Ya, boleh saja. Tapi, akan sangat aneh kalau cemburu pada anak sendiri." Cangse mengerutkan keningnya heran.

"Bibi, dulu ayahku pernah cemburu pada kelinci dan bunga mawar. Jadi, Bibi tidak perlu heran. Itulah mengapa-," ucapan Xichen terputus karena Qiren memelototi anak itu dan membuatnya terdiam.

"Oh, aku akhirnya mengerti dari mana sifat anak itu. Ternyata Wangji bisa begitu posesif pada A-Xian karena memang sudah bawaan DNA, toh? Hm, baiklah. Aku bisa mengerti soal itu. Tapi, Qiren---sebelum terlalu jauh, kau bisa tidak jangan terlalu berlebih seperti itu? Aku bisa kaget."

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Место, где живут истории. Откройте их для себя