Mama

1.2K 156 1
                                    

Siang ini di sekolah, anak-anak sedang istirahat dan bermain di taman belakang yang rindang.

Beberapa pohon membuat suasana menjadi rindang dan tanaman bunga yang membuatnya indah tak berlebihan. Cukup nyaman dan enak dipandang.

"Hweeeee A-Cheng! Lan Zhan! Toyong ...." teriak Wei Ying lari sekuat tenaga. Seekor anjir putih mengejarnya.

Maksud anjing itu bermain karena Wei Ying imut. Tapi siapa sangka bocah berandalan itu malah takut anjing.

"Hweeeee atut.. tatut."

Wei Ying berlari ke arah pohon dan dengan kekuatan yang didapatkan karena rasa takut, bocah itu naik ke kursi di bawah pohon dan memanjat pohon itu.

"Ying tuyun," bujuk Lan Wangji yang baru saja datang karena mendengar teriakan anak itu.

"Nda mau tatut. Anjing. Gukguk."

Wei Ying menangis ketakutan dan memegangi tangkai pohon besar sekuat tenaganya.

Betapa pun nakalanya bocah itu kalau ketemu anjing dia bakalan jadi pengecut.

"Anjing nya dah pelgi. Cini tuyun ya," bujuk Lan Wangji lagi sambil merentangkan kedua tangannya bersiap menyambut Wei Ying turun dan memeluknya.

"Ga bica tuyun. Aying tatut." Bocah emang kebiasaan kalau lagi takut bisa naik tapi tidak bisa turun.

"Loncat. Kutangkap," kata Lan Wangji melebarkan tangannya.

Wei Ying menatap Wangji dan tangannya mulai lelah menahan tubuhnya. Mau tidak mau dia harus turun.

Wei Ying mengangguk lalu Wangji bersiap menangkapnya.

"Hap!"

Wei Ying masuk dalam pelukan Lan Wangji.

Keduanya oleng lalu jatuh dengan posisi Wei Ying menindih tubuh Lan Wangji.

Posisi itu sangat aneh, tetapi Lan Wangji sengaja menarik Wei Ying agar posisi jatuhnya tidak menyakiti anak itu.

Meski hampir seusia, tinggi dan besar badannya berbeda. Lan Wangji lebih tinggi dan besar.

"Hweeeee ... maaf, Lan Zhan cakit?" tanya Wei Ying merasa bersalah telah menindih Lan Wangji.

Wei Ying menangis karena berpikir sudah melukai Lan Wangji.

"Gapapa. Jangan nangis!" pinta Lan membersihkan pakaian mereka dengan mengibaskan agar debu lenyap dan membersihkan air mata Wei Ying dengan sapu tangan putih beraroma Cendana.

"Makasih Lan Zhan. Er Gege," balas Wei Ying mencium pipi Lan Wangji.

Lan Wangji shock karena bahagia. Senyumannya sedikit mekar di ujung bibirnya meski tak begitu jelas.

"Ke kelas," ajak Lan Wangji membujuk agar Wei Ying masuk kelas.

"Kaki ku cakit. Endong ya," pintaWei Ying merentangkan kedua tangannya.

Padahal, baru saja dia jatuh dengan posisi menimpa tubuh Lan Wangji. Lalu mengapa minta digendong?

Lan Wangji menggendong balita nakal itu dan berjalan dengan gontai. Maklum otot-ototnya belum tumbuh sempurna tapi sudah harus menggendong manusia hampir serupa bobotnya dengan tubuhnya.

Untung saja tubuh kecil Wei Ying tak begitu berat.

Keduanya belajar dengan tekun di kelas. Tentu saja Wei Ying tak hentinya menggoda dan mengganggu Nie Mingjue selama pelajaran. Ada-ada saja perbuatan anak itu yang membuat sang guru hanya bisa geleng-geleng kepala.

Sepulang sekolah, Wei Ying dan Lan Wangji berjalan menuju halaman depan. Di sana, orang tua biasanya akan menungu anaknya pulang.

"Lan Zhan aku puyang duyu," ucap Wei Ying lagi-lagi mencium pipi Lan Wangji sepulang sekolah.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now