Bermain Teratai

524 69 1
                                    

Setibanya di Yunmeng, orang dewasa sibuk dengan obrolan mereka, sedangkan anak-anak lebih memilih bermain daripada bercerita atau mendengarkan cerita orang tua yang membosankan.

Mereka memang saatnya membuat cerita, bukan bercerita. Tua nanti, barulah cerita itu akan menarik.

Rupanya mereka mendapatkan teman tambahan, karena Jin Zixuan masih tinggal di sana. Orang tuanya sudah pulang ke Jilintai, tetapi dia bersikukuh tinggal hingga beberapa hari lagi.

"Main yuk Gege!" ajak Zixuan pada Xichen sebagai yang tertua di sana.

Xichen yang merasa itu ide bagus mengerahkan semua bocah lainnya bersamanya. Jika dia bergerak maka Jiang Cheng tentu akan mengekor.

Lan Wangji? Jangan ditanya! Asalkan Wei Ying ikut dia akan ikut sekalipun bermain becek atau adu ulat bahkan menangkap keong mas jelek di dermaga teratai.

Wei Ying si anak badung meski yang termuda tapi dialah yang nakal dan bisa mempengaruhi semuanya.

Bocah nakal itu mengajak bocah lainnya bermain api. Anak badung itu meski masih kecil bisa-bisanya menyalakan api. Lalu Wei Ying mulai beraksi membakar beberapa biji teratai yang diambil tanpa izin.

Xichen yang tak tahu kalau mereka ternyata mengambil tanpa pamit yang dikatakan mencuri menyetujui apapun selagi hal itu membuat adiknya, Wangji berbahagia.

Sungguh dia tak mau melihat wajah murung adiknya itu apalagi sampai sakit. Semenjak kedua orangtuanya meninggal, Xichen merasa dia bertanggungjawab atas Lan Wangji.

"Wei Ying bukankah itu ada yang punya? Teratai itu?" Xichen penasaran.

"Tidak ada oyang."

Wei Ying mempoutkan bibirnya yang segera dicubit oleh Lan Wangji. Wangji merasa gemas melihat Wei Ying seperti itu. Semenjak dilarang memanggil Wei Ying dengan nama lahirnya, Xichen memanggil bocah itu dengan 'Adik Wei'.

"Nanti papa bayal."

Jiang Cheng mencoba menjelaskan bahwa di Lian Huawu budaya semacam itu sangat biasa. Mereka hidup dalam kebebasan.

Xichen yang masih tak mengerti menaikkan alisnya. Berpikir keras.

"Xichen ge mungkin kaget. Tapi di sini memang berbeda. Yanli sudah menceritakan kepadaku kalau kedua tuan muda ini memang sudah dilegalkan mencuri di sini. Setiap bulan mereka akan menyampaikan tagihan dan paman Jiang akan membayarnya."

Zixuan mencoba menjelaskan sesuai informasi yang dia dapatkan dari gadis manis itu.

"Ah begitu. Kurasa ... ah maksudku lain lubuk memang lain ikannya," jawab Xichen tersenyum. Dia tak perlu lagi khawatir jadi pencuri.

"Tak begitu Xichen ge, tidak perlu khawatir. Memang di sini berbeda. Mereka menghargai kebebasan," Zixuan menimpali.

"Hum tidak mencuyi!"

Wei Ying menaikkan dagunya, jidatnya sedikit berkerut menandakan keseriusan.

"Tidak," kata Lan Wangji ikut membela Wei Ying.

"Ah sampai lupa. Hati-hati main api adik Wei!" Xichen kaget melihat Wei Ying, Lan Wangji dan Acheng sudah bahagia membakar-bakar beberapa biji teratai yang masih utuh di tangkainya.

"Mamam."

Wei Ying memberikan beberapa pada Lan Wangji, Acheng, Zixuan dan Xichen.

Ketika asik makan biji teratai bakar itu, Yanli berserta dua pelayan datang untuk mengajak mereka makan malam.

Yanli sebagai satu-satunya perempuan merasa bocah-bocah itu harus mengisi perutnya. Anak baik itu sudah menyiapkan makan malam bersama para maid.

"Xichen ge, Zixuan ge dan semuanya ayo kita makan malam."

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now