Seperti Keluarga

1K 130 1
                                    

Hujan turun Engan lebatnya, seolah turut memenuhi keinginan Qiren untuk menahan Cangse dan kedua anak kecil itu di rumah mereka.

Seperti permintaan Cangse, makan malam mereka telah disiapkan. Semuanya pedas, kecuali sisi lain meja yang diperuntukkan bagi anak-anak dan Qiren.

Ya benar? Qiren tidak tahan makan pedas.

Malam ini, mereka makan bersama di ruang makan keluarga Lan.

"Mamam banyak, ya?"

Wei Ying menambahkan beberapa lauk ke piring Lan Wangji. Bahkan, sesekali dia juga menyuapi Lan Wangji.

"Aih bocah. Tak bisa apa makan sendiri dan urus perut mu saja." Cangse senang anaknya itu perhatian tapi kadang lupa mengurus dirinya sendiri.

"A-Cheng makan banyak."

Xichen mencoba mengalihkan perhatian Acheng yang sedari tadi menatap Wei Ying dan Lan Wangji suap-suapan. Eh ... salah, Wei Ying menyuapi Lan Wangji.

"Kau mau?" tanya Xichen mencoba membujuk Acheng dengan kode akan disuapi.

Entah bagaimana bocah itu mengangguk dan jadilah Lan Xichen menyuapinya berkali-kali.

"Aih ... senangnya."

Cangse melupakan makanan dan menatap anak-anak itu suap-menyuapi. Sangat indah dan menggemaskan.

"Kau mau juga?" tanya Lan Qiren tanpa tahu malu.

"Aiyo, kau kenapa?" Cangse tertawa heran mengapa Lan Qiren malah menanyakan dirinya.

"Siapa tahu kau mau." Lan Qiren rupanya mulai memberanikan diri.

"Makan A-Xian," kata Cangse mengalihkan perhatian dan pembicaraan. Dia memberikan beberapa lauk ke piring Wei Ying.

"Tidak boyeh pedas. Lan Zhan tidak suka."

Wei Ying menolak makanan pedas. Padahal, biasanya dia suka. Tapi karena malam ini dia menyuapi Lan Wangji dan berbagi makanan jadi tak boleh pedas.

"Wei Ying makan," ucap Lan Wangji menyadari bahwa Wei Ying masih makan sedikit.

"Oke, Lan Zhan juga."

Wei Ying tersenyum. Tak sedetik pun pandangan Lan Wangji lepas dari wajah manis Wei Ying itu.

Sementara Jiang Cheng sudah melupakan kemesraan dua balita itu, dia fokus pada Xichen Ge-nya yang begitu perhatian dan terus menyuapi dia.

"Gege juga makan." Jiang Cheng juga rupanya bisa memberikan perhatian.

"Ah, baiklah aku juga makan. Tenang saja."

Xichen tersenyum. Terkadang dia curi pandang pada pamannya dan Cangse Sanren. Menurutnya mereka cocok.

"Aku tiba-tiba ingin telur ceplok dengan sambal pedas. Cabainya 30. Pasti enak," kata Cangse Sanren memajukan bibirnya bagai bocah.

"Ah ... bukankah itu mudah. Tolong buatkan," Lan Qiren memerintahkan maid.

Xichen merasa pamannya agak berubah dan tidak tahan untuk tidak mengomentari.

"Tumben sekali paman," kata Xichen menggoda orang tua itu.

"Apanya yang tumben?" tanya Lan Qiren pura-pura amnesia.

"Aih, paman bisa saja. Biasanya paman akan bilang, dilarang bicara saat makan, dilarang pilih-pilih makanan, dilarang buang-buang makanan. Makan apa yang disediakan."

Xichen sedikit menahan senyumnya dan menatap Cangse Sanren berharap ada reaksi dari wanita itu.

"Hah ... apa benar dia segalak itu?" tanya Cangse juga menggoda Qiren.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now