Hello Baby

363 49 4
                                    

Lima belas menit kemudian, Cangse sudah bersiap untuk melahirkan. Dengan gerakan super cepat, seluruh pelayan di kediaman Lan diarahkan untuk mempersiapkan segala keperluan persalinan.

Sebenarnya, mereka tak perlu kesulitan karena beberapa alat sudah tersedia di sana. Lan Qiren sering melakukan check up kesehatan di rumah saja, dan dokter yang diundang datang.

"Tarik panas, dan seimbangkan," perintah dokter Wen. Perempuan itu memang masih muda, tapi sudah sangat ahli dalam membantu persalinan.

Dia hanya terpaksa menjadi dokter di sekolah, lantaran belum mampu membuka praktik sendiri. Siang hari bekerja di sekolah dan malam dia akan piket malam di rumah sakit. Khusus untuk persalinan gawat darurat, dia sudah sangat terbiasa. Karena seringkali bayi akan lahir tanpa memilih waktu, apakah itu siang atau malam.

"Kau harus bertahan, Sayang!" pinta Lan Qiren yang terus menguatkan isterinya itu dan air matanya sudah jatuh bergulir di pipinya yang mulai agak pucat. Dia ketakutan, takut melihat darah lebih tepatnya.

"Aku, baik-baik saja. Hanya latihan pernapasan," ucap Cangse sambil tertawa. Perempuan itu, sungguh hebat! Masih bisa tertawa dan itu kabar baik.

"Nyonya, tertawa bisa menghabiskan energi. Sebaiknya, Anda fokus untuk melahirkan," kata Wen Qing dengan sopan.

Dia memang sudah terbiasa dengan sikap santai Cangse. Beberapa tahun yang lalu, ketika dia menyelamatkan wanita itu, Cangse masih bisa menertawakan nasibnya padahal kondisinya sudah sekarat dan bisa dikatakan di ujung maut.

Hanya ketika bercerita tentang anaknya, Wei Ying, dia bisa sedih dan meneteskan air matanya.

Setiap orang memiliki sisi melankolis tersendiri.

"Tenang saja, ini bukan pertama kalinya bagiku! Aku sudah punya anak yang lebih nakal sebelumnya, dan kurasa yang ini tak kalah nakalnya," kekeh Cangse.

"Baiklah kalau begitu kita akan lakukan lagi," Wen Qing memberikan aba-aba.

Sementara dia acara ulang tahun, para tamu sudah berpulangan ke rumah masing-masing. Nie Mingjue mengarahkan mereka dengan baik.

"Wen Ning, ayo, ikut aku ke dalam rumah," ajak Jiang Cheng yang melihat Wen Ning berdiri sendirian.

Anak itu hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Jiang Cheng.

Jiang Fengmian dan madam Yu serta Jiang Yanli tidak langsung pulang ke Lian Huawu. Mereka memilih untuk menunggu sampai Cangse melahirkan dan mungkin akan tinggal di sana selama beberapa lama.

"Mama, bayinya laki-laki atau perempuan?" tanya Yanli penasaran.

"Katanya belum tahu, nanti kalau sudah lahir akan tahu," jawab madam Yu.

"Aku senang kita akan semakin ramai," kata Yanli sambil tersenyum manis.

"A-Xian," panggil Yanli yang baru saja masuk melihat anak itu duduk berdua dengan Wangji menanti ibunya yang sedang berjuang melahirkan adiknya.

"Jie, A-Xian lapar," ucap anak itu. Sejak sore tadi belum sempat makan, hanya makan kue.

"Astaga, aku lupa. Kalian belum makan, ya," balas Jiang Yanli panik dan dia berlari ke dapur mengambil beberapa makanan kecil dan meminta maid menyiapkan makan untuk mereka.

"Ayo, makan ini dulu," jelas Yanli dan memberikan beberapa kue kepada Wei Ying, Wangji, Acheng dan Wen Ning.

"Terima kasih, sudah membantu," tegur Xichen yang baru datang. Sejak bibinya akan melahirkan tadi, dia sibuk memerintahkan pelayan dan penjaga untuk melakukan ini dan itu. Anak itu memang masih sangat muda, tapi melihat kondisi Lan Qiren yang malah lebih panik dari Cangse yang akan melahirkan, Xichen harus mengambil alih kendali.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Where stories live. Discover now