Pensiun Menjomlo

395 48 5
                                    

Setelah agenda liburan itu, hubungan Cangse dan Lan Qiren mengalami peningkatan yang signifikan. Apalagi, Wei Ying sepertinya sudah memberikan lampu hijau pada ibunya jika harus menikah dengan lelaki berkumis itu.

Tak butuh waktu lama, teman masa kecil itu akhirnya mengambil keputusan besar.

Sebulan kemudian, Lan Qiren dan Cangse menggelar pernikahan di dua tempat. Pertama acara akan dilaksanakan di Yunmeng dan kemudian di kediaman keluarga Lan.

Ribuan undangan datang, mengucap bahagia atas kebahagiaan dua keluarga yang terkenal kaya raya dan baik hati. Bahkan saking bahagianya, mereka meliburkan perusahaan selama tiga hari.

Acara pernikahan secara adat digelar di kediaman laki-laki, sementara acara di Yunmeng hanya berupa lamaran. Setelah melaksanakan pernikahan secara tradisional, keduanya, Cangse dan Wei Ying dibawa ke Gusu dan melakukan pernikahan modern dan Cangse memilih resepsi pernikahan secara modern.

Sebelum menikah, perempuan itu anehnya memilih sesi prewedding yang sangat unik.

Dengan menggendong dua bayi, Wei Ying dan Lan Wangji dia minta dilukis bagai lukisan zaman dahulu.

Mungkin karena dia memang sudah menjadi ibu, dirinya tak mau seakan-akan dia adalah gadis perawan yang menikah. Dia harus mengatakan pada seluruh dunia bahwa dia memang sudah menjadi seorang ibu.

Seperi biasanya, Lan Qiren tentu saja takkan menentang apa saja keinginan Cangse. Hanya saja, dia melakukan negoisasi sehingga mereka juga punya foto yang bisa dibanggakan dan dikenang di masa tua nanti.

Meski jauh dari kata vulgar, sesi foto itu termasuk romantis.

Keduanya tampak bahagia meski hanya foto dari belakang.

Lan Qiren, tentu saja adalah orang yang paling berbahagia hari ini. Dia senang, akhirnya melepaskan gelar sebagai forever alone.

Lan Xichen dan Lan Wangji tentu ikut berbahagia, mereka tak cukup egois untuk menahan pamannya untuk tidak menikah. Apalagi, orang yang dinikahi adalah cinta pertamanya, cinta masa kecilnya yang tak lain adalah ibunya Wei Ying.

Lan Xichen dan Lan Wangji mengenakan tuksedo putih, seragam dengan setelan milik Lan Qiren. Sementara Wei Ying menggunakan warna merah dipadukan hitam, seragam dengan ibunya yang memakai gaun merah.

Semua tamu yang hadir sangat mengagumi indahnya kecantikan Cangse. Meski usianya sudah 27 tahun dan memiliki anak kecil imut, dirinya masih langsing bahkan membuat iri pada gadis.

Wajar saja Lan Qiren tak akan melirik gadis lain, kecantikan Cangse tak bisa digantikan, karena selain unik, raut wajahnya memiliki garis yang tak biasa, manis, cantik dan tegas sekaligus. Membuat orang yang menatapnya akan berhenti mengedipkan mata selama beberapa detik.

Lan Qiren sendiri tentu saja tak perlu diragukan. Semua keturunan Lan tidak ada yang jelek. Kalau tidak tampan, ya berarti sangat tampan dan sangat tampan sekali.

Acara berjalan lancar, hanya saja ada sedikit adegan kurang penting. Adegan rebutan kue strawberry antara Wen Chao dan Nie Huaisang.

Dari sekian banyak kue dan makanan enak di sana, entah kenapa dua bocah itu harus memperebutkan sepotong roti yang sebenarnya tak ada harganya. Wen Chao merasa kue itu enak, jadi dia harus merebutnya dari tangan Nie Huaisang.

"A-Sang ini untuk A-Chao. A-Sang makan yang lain saja!" Wen Chao berusaha merebut kue merah muda itu. ���

"Tidak mau. Ini punya A-Sang, A-Chao ambil yang lain!" A-Sang menunjuk ke arah meja yang tersusun banyak makanan.

"A-Chao mau itu!"

Tunjuk Wen Chao mengadu pada ayahnya, Wen Ruohan dan langsung menangis.

"Bocah sialan! Apa kau terlalu miskin sampai kue itu saja kau tangisi?"

Wen Ruohan menatap nanar bocah itu dan menatap isterinya, memerintahkan agar anak itu diam.

"Makanya kau jangan bagai bocah miskin dan jelek!" Wen Xu, kakaknya Wen Chao yang juga ikut mengejeknya.

Dia memang sangat beruntung tampan dan bersikap baik, berbeda dengan adiknya yang malang dan punya kelakuan yang sungguh membuat malu keluarga.

"Ayolah Nak, itu hanya sepotong kue. Nanti ibu belikan yang banyak, hm? Bisakah kau bersikap baik? Nanti ayahmu akan marah."

Nyonya Wen mencoba mempertahankan ketenangannya dan merayu Wen Chao agar tidak membuat malu, karena saat ini, beberapa orang sudah memperhatikan mereka. Itu akan merusak reputasi Wen Ruohan, walaupun sebenarnya semua orang sudah tahu kalau Wen Chao, anak bungsu Wen Ruohan seperti itu.

"Tidak mau. Ma, A-Chao mau itu!" Wen Chao menunjuk kue yang berada di tangan A-Sang, sementara bocah itu dengan wajah polos dan senyum menyebalkan memakan kue itu perlahan, seakan itu adalah makanan paling enak sedunia.

Wen Chao menjerit histeris melihat kue yang dia inginkan lenyap ke bibir manis Nie Huaisang.

Semua orang panik, bahkan pengantin baru juga ikut kaget dengan tangisan mengerikan ala Wen Chao. Orang bakalan mengira anak itu baru saja dipecat bapaknya sebagai anak.

Wen Ruohan menghela napas dan meminta maaf kepada hadirin bahkan dia berbohong kalau Wen Chao, anaknya sedang sakit, sehingga mereka harus segera kembali pulang.

Di perjalanan pulang, Wen Chao langsung dihukum karena membuat malu. Sementara Nie Huaisang sudah tertidur karena kekenyangan makan kue. Dia tidur nyaman di lengan kokoh Nie Mingjue.

Sementara Wei Ying tidak berbuat masalah hari itu. Dia sudah berjanji pada ibunya akan menjadi anak yang baik. Janji itu dapat ditepati karena ada Lan Wangji yang di sisinya. Mereka bahkan berjanji akan sering tidur bersama setelah serumah nantinya.

Keduanya juga memainkan alat musik untuk menghibur para tamu---sebenarnya lebih karena permintaan Cangse.

Kalau Jiang Cheng tak perlu ditanya! Dia sangat anteng sepanjang hari mengikut Xichen gege-nya. Dia bahkan lupa menyapa ayah dan ibunya. Anak itu benar-benar sesuatu.

Ah iya, aku lupa memberitahu kalau tadi saat Nie Huaisang dan Wen Chao berebutan kue, Jiang Cheng bahkan tak peduli dia hanya melempar beberapa permen kepada Wen Chao yang membuat anak itu semakin menangis.

Tapi ini rahasia, karena tak ada yang mengetahui, kecuali Xichen gege-nya yang tersenyum manis dan memintanya menghentikan ide melempari Wen Chao karena kasihan.

Acara selesai dan semua tamu sudah pulang, tersisa hanya keluarga dekat yang beberapa diantaranya menginap di kamar tamu. Jangan khawatir, kediaman Lan terdapat sekitar 20 kamar tamu dan lima lainnya bisa juga digunakan sebagai tambahan. Tamu bukanlah masalah.

Seperti kesepakatan, Cangse dan Wei Ying akan dibopong ke rumah Lan dan tinggal bersama setelah pernikahan. Tapi mereka akan tetap ke Yunmeng dan juga Acheng tentunya akan kesepian. Jiang Cheng juga akan ikut sekalian.

Kembali ke kamarnya, Cangse sangat gugup menanti Lan Qiren datang. Dia bingung harus berkata apa. Apakah dia akan menanyakan, bagaimana kalau mereka menunda malam pertamanya?

Cangse merasa sungguh malu. Dia bahkan ingin menghilang saat ini. Dia malu malah memikirkan hal demikian saat menanti suaminya. Padahal, ini tentu saja bukan pertama kalinya baginya. Dulu, bahkan ketika menikah pertama dialah yang aktif menggoda suaminya---mantan suaminya, tapi kenapa sekarang dia sungguh malu?

Aneh bukan?

Apa Lan Qiren benar-benar sesuatu sampai membuat jantungnya hampir melompat keluar?

Tok! Tok! Tok!

Lan Qiren mengetuk pintu tiga kali sebelum masuk ke kamar mereka dan mengungkap wajah cantik isterinya dibalik kain merah mahal itu.

"Cantik sekali", ucap Lan Qiren dan mendekat ingin mencium Cangse tapi perempuan itu langsung gugup dan ingin pingsan. Lan Qiren hanya menciumnya di pipi dan lanjut berkata, "kenapa takut? Aku suamimu kan? Tenang saja aku takkan memperkosa atau memaksa, saat kau sudah siap."

Lan Qiren mencium keningnya dan mereka tidur dengan mimpi indah dan senyuman. Malam pertama lewat dengan sangat manis dan penuh kehangatan dan kelembutan.

Begitulah, kisah Lan Qiren yang berhenti menjomlo dan melepaskan gelar forever alone yang sempat melekat beberapa tahun. Sebenarnya ... seumur hidup, sejak dia lahir.

Selama ada anak-anak, tentu kisah tidak akan berjalan serius. Terkadang perkelahian lucu itu menjadi hiburan. Hanya terkadang, sih.

Innocent Love || Wangxian [Tamat]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt