BAB 81.PENGINTAI

2 1 0
                                    

Hari ini hari pertama Diana bekerja tanpa diantar oleh Harun, semenjak pembatalan pertunangan mereka semalam, Diana meminta Harun untuk tidak mengantar Diana bekerja, Diana ingin membiasakan diri tanpa Harun di kemudian hari.
"Tumben Di gak di antar Harun, apa dia masih diluar kota" Tanya Melly saat Diana sampai diresto.
"Em gak Mel, mas Harun ada dirumah kok hanya.. " Diana menggantung ucapannya.
"Hanya apa, Harun sibuk kerja" Tanya Bella tiba-tiba.
"Gak Bel gak seperti itu, hanya aku ingin membiasakan diri hidup tanpa mas Harun" Ucap diana.
"What...!!! " Teriak teman teman Diana serempak. Dan itu berhasil membuat Diana kaget.
"Astaghfirullah Kalian, teriaknya bisa pelan dikit gak sih" Gerutu Diana.
"Kalian kenapa Di, berantem" Tanya Melly, dan Diana hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Lalu"
"Kami sepakat mengakhiri hubungan kami" Kata Diana setelah mengucapkan itu Diana menarik nafas panjang.
"Kenapa Di" Tanya Ali penasaran, karena dia baru datang dan mendengar Diana mengakhiri hubungan dengan Harun.
"Kami tidak ingin jika melanjutkan hubungan kami sebagai suami istri suatu saat akan memudarkan rasa kami yang seperti adik kakak. Jadi kami ingin tetap menjadi adik dan kakak saja" Kata Diana santai. Karena tidak mau teman temannya bertanya lebih dalam, Diana masuk ke resto dan bergegas ke ruang ganti.
"Di tunggu aku belum selesai" Teriak Ali. Dian merasa heran dengan sikap temannya hari ini.
"Kalian lihat ada yang tidak beres gak sih,gak mungkin Diana dan Harun mengakhiri hubungan mereka dengan alasan ingin tetap menjadi kakak dan adik, tidak masuk akal" Gumam Ali.
"Kamu benar Ali, tapi kita tidak bisa ikut campur, itu keputusan mereka, kita hanya bisa berdoa semoga Diana akan mendapatkan suami yang dia impikan yang sayang sama dia, membahagiakan dia dunia akhirat. amiin" Kata Bella. Mereka akhirnya keruang ganti untuk berganti pakaian satu persatu. Resto pagi ini sudah dibuka, para pegawai resto melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya.
"Di ada pesanan dari Pak Sasongko,beliau minta kamu yang mengantar katanya ada sesuatu yang perlu dia bicarakan"kata Ali, dia menyerahkan beberapa kotak nasi kepada Diana.
"Mungkin soal kerja sama bisnis kemarin,karena aku belum bisa menandatangani berkasnya. " Kata Diana. "Baiklah aku akan bawa pesanannya ke Pak Sasongko" Lanjutnya.
Diana membawa pesanan,yang dipesan Pak Sasongko untuk diantar kerumah nya.
Sewaktu dijalan Diana seakan melihat ada seseorang yang mengikutinya. Tapi ketika Diana melihat di kaca spion, seseorang itu menghilang.
"Siapa ya kita kira" Tanya Diana dalam hati."tau ah paling aku tadi salah lihat"lanjutnya membatin. Arah kerumah Pak Sasongko tidaklah lama, hanya menempuh waktu seperempat jam Diana sampai didepan Rumah pak Sasongko.
"Bismillah semoga kerja sama kali ini berjalan lancar" Guman Diana, sambil mengambil nasi kotak yang tadi dia bawa.

Tok Tok Tok

"Assalamu'alaikum" Ucap Diana sesampainya di depan pintu milik Pak Sasongko.
"Walaikumsalam " Terdengar suara jawaban dari dalam di ikuti suara langkah kaki.
Klik suara pintu terbuka.  "mbak Diana, silahkan masuk mbak" Sapa Lidya Anak dari Pak Sasongko.
"Iya Terima kasih" Jawab Diana.
"Bapak sama Ibu sudah menunggu mbak Diana dari tadi lo"celoteh Lidya. Dia menggandeng tangan Diana dan membawanya ketempat orang tuanya berada.
" Assalamu'alaikum "sapa Diana setelah sampai dihadapan Pak Sasongko dan istri nya.
" Walaikumsalam "jawab sepasang suami-istri itu serempak.
" Mari mbak Diana duduk"ajak Lidya.
"Terimakasih Lidya"
"Diana maaf kalau bapak memanggil kamu kemari dengan cara seperti ini, kami hanya ingin membicarakan tentang kesepakatan bisnis kita, bisnis tentang mendirikan rumah makan di Surabaya." Kata Pak Sasongko.
"Apa ada masalah dengan kerja sama ini ya Pak" Tanya Diana.
"Oh tidak mbak Diana, hanya saja kami menginginkan sesuatu untuk kerja sama ini, agar semua berjalan lancar," Ucap Pak Sasongko.
"Apa yang Bapak inginkan" Tanya Diana karena dia semakin penasaran dengan apa yang akan Pak Sasongko minta darinya.
"Begini mbak Diana, bapak tau kalau mbak Diana ditinggal pergi untuk selamanya sama kekasih mbak Diana, dan kami tau jika mbak Diana sedang sendiri saat ini, kami ingin sebelum bisnis itu kita jalankan, apa mbak Diana mau, menikah dengan putra saya" Ucap Pak Sasongko terus terang.
"Menikah" Ucap Diana terkejut dengan apa yang Pak Sasongko minta darinya.
"Iya, itupun jika mbak Diana mau, jika tidak ,ya tidak apa apa kerja sama ini akan tetap berjalan. "
"Maaf Pak Sasongko sebelumnya,saya tidak bisa menerima lamaran dari Pak Sasongko untuk anak bapak, bukan tidak suka, saya sangat tersanjung dengan keputusan bapak, tapi saya baru semalam membatalkan pertunangan saya dengan kekasih saya, jadi saya masih ingin fokus berkarir" Diana berusaha jujur dan hati-hati dalam berbicara supaya Pak Sasongko sekeluarga tidak tersinggung dengan ucapannya.
"Tidak apa apa mbak Diana tidak masalah" Walaupun ada rasa kecewa di hati mereka, Pak Sasongko dan keluarga menghormati keputusan Diana, bagaimanapun mereka harus sadar jika wanita sukses seperti Diana tidak bisa disandingkan dengna anaknya yang lumpuh kaki kanannya.
"Kalau tidak ada lagi yang dibicarakan saya permisi balik lagi ken resto" Pamit Diana.
"Silahkan mbak Diana, maaf sudah membuat mbak Diana tidak nyaman dengan permintaan kami" Kata Ibu Sasongko.
"Tidak apa apa Bu,saya tidak masalah, saya yang minta maaf karena tidak bisa memenuhi permintaan Ibu sekeluarga" Kata Diana sesampainya di pintu depan, disitu sudah ada Pak Sasongko yang lebih dahulu sampai.
"Mbak Diana tadi diantar seseorang ya" Tanya Pak Sasongko tiba-tiba.
"Tidak Pak saya berangkat sendirian, ada apa Pak memangnya"
"Nggak mbak itu tadi kok ada orang didekat sepeda motor mbak Diana, saya kira orang yang mengantar mbak Diana"
"Tidak Pak, tadi mbak Diana datang sendirian" Sela Lidya yang muncul tiba-tiba.
"Lalu siapa orang itu" Pak Sasongko menunjuk kearah roda dua Diana. "Loh kok menghilang tadi benar ada di sana lo mbak Diana"
"Tidak apa apa Pak mungkin orang lewat saja"
"Tidak mungkin mbak Diana ini halaman rumah lo bukan jalanan. Kalau orang lewat ya pasti didepan sana"
"Apa mungkin maling" Tebak Ibu Sasongko.
"Mungkin saja Bu, ini tidak bisa dibiarkan, ada maling berkeliaran dihalaman rumahku, dan mau mengambil kendaraan tamuku, awas kalau ketemu" Kata Pak Sasongko geram.
"Sudah Pak tidak apa apa yang penting sepeda saya masih utuh, mungkin juga itu bukan maling tapi orang yang sudah menguntit saya  sejak dari resto. Tadi dijalan saya sempat merasa ada yang mengikuti tapi pas saya lihat di spion tidak ada orang" Tutur Diana.
"Kalau begitu mbak Diana harus dikawal, biar bodyguard kami yang mengawal mbak Diana" Pinta Pak Sasongko.
"Tidak usah Pak terimakasih, saya bisa jaga diri, saya permisi dulu assalamu'alaikum" Pamit Diana.
"Walaikumsalam hati hati mbak Diana, telpon kami jika ada sesuatu yang tidak beres" Ucap Pak Sasongko yang dijawab anggukan kepala Diana. Diana keluar dari perkarangan rumah Pak Sasongko, dia melajukan roda duanya dengan pelan. Karena pikirannya saat ini tertuju pada lamaran dari keluarga Sasongko.
"Sungguh tidak masuk akal" Batin Diana. Tiba-tiba dia teringat dengan seseorang yang dulu pernah menghiasi hari harinya, yang kini memberi tanggung jawab besar untuk dia mengurus perusahaan nya.
"Rudi" Gumam Diana pelan.

CINTA YANG TERNODAWhere stories live. Discover now