BAB 64.USAHA HARUN

5 1 0
                                    

"Terimakasih mas" Gumam Diana.
"Sama sama" Tiba-tiba ada jawaban dari samping yang mengagetkan Diana.
"Astaghfirullah mas, salam dulu kek, malah ngagetin aja" Gerutu Diana.
"Iya sayang maaf habisnya mas sudah mengucap salam situ malah bengong, ingat lo tidak boleh bengong atau melamun sendirian" Kata Harun mengingatkan.
"Iya mas maaf" Diana merasa dia bersalah dan memang benar dia lupa akan nasehat dokter Surya dan juga dokter Nora. Harun duduk di samping Diana sambil ikut melihat calon Mertuanya menjemur padi, tadi sewaktu datang Harun ingin membantu mereka tapi sama ayah Diana ditolak. Harun malah disuruh duduk.
"Aku buatkan teh panas dulu ya mas, eh mau teh apa kopi" Tanya Diana.
"Teh aja sayang biar sama kayak kamu, manis" Goda Harun.
"Mas ah masih pagi sudah ngegombal" Gerutu Diana dia langsung melangkahkan kakinya de dapur untuk membuatkan teh buat tunangannya. Diana merasa bersyukur sekarang karena ada sosok Harun dalam hidupnya, entah apa jadinya dia tanpa ada Harun disisinya. Mungkin saat ini Diana benar benar gila. Ketelatenan Harun merawatnya selama sakit, bahkan dia rela dipukul dicakar juga masih banyak hal yang Diana lakukan  kepada Harun waktu masih di rumah sakit, tapi Harun tidak pernah marah ataupun berusaha meninggalkan nya. Dia justru,tetap setia menemani Diana.
"Ini mas di minum tehnya " Kata Diana sambil menaruh secangkir teh hangat di meja.
"Terimakasih sayang"
"Mas hari ini gak kerja kan hari sabtu"
"Gak sayang mas libur hari ini, besok senin baru masuk"
"Mas cuti lama lo dari kantor, sudah setahun selama mas ngurus aku, apa tidak apa apa kalau mas izin libur lagi. "
"Sayang mas gak izin libur, memang dari kantor sedang libur, sebenarnya seminggu kemarin sudah libur hanya saja mas kan lama tidak masuk jadi mas ingin masuk mau mempelajari apa saja yang pernah mas tinggalkan selama di Surabaya. "
"Benar ya mas, jangan karena aku mas bolos kerja terus, aku sudah tidak apa apa, ini semua juga berkat mas Harun yang telaten mengurus ku selama ini. "
"Jangan gitu sayang, kamu tunangan mas jadi sudah sewajarnya mas merawat kamu disaat susah, bukan hanya pas senangnya saja"Diana menitihkan air mata haru mendengar kata kata Harun tulus.
" Terimakasih mas"hanya itu yang mampu di ucapkan nya. Dari lubuk hati yang paling dalam cintanya hanya untuk Rudi masih sama, tapi Diana juga harus belajar menerima dan mencintai Harun.
"Maaf nak Harun ayah sama ibu sibuk sendiri sampai tidak menghiraukan kalau ada tamu di rumah" Kata Ayah Diana yang ikut duduk di sebelah Diana,sedangkan ibu Diana sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka ber empat.
"Tidak apa apa yah, seharusnya tadi Harun yang bantu ayah, tapi malah duduk santai di sini. " Sesal Harun.
"Tidak apa nak, nak Harun sudah banyak membantu kami, masa kami harus minta bantuan nak Harun terus"
"Yah, kata ayah Harun sudah seperti anak ayah sendiri tapi kenapa ayah bilang seperti itu, seorang anak sudah sewajarnya membantu orang tuanya kan"
"Iya nak, kamu sudah seperti anak ayah, bukan seperti tapi memang sudah menjadi anak ayah" Kata ayah Diana sambil merangkul pundak Harun.
"Eheeem iya ya kalau ayah sama anak lakinya sudah kumpul akunya dilupakan aku mau kedalam saja mau bantu ibu menyiapkan sarapan" Ucap Diana yang langsung berdiri melangkah kedalam, ayah dan Harun yang melihat Diana ngambek tertawa lebar.
"Lihat itu tertawa terus, puaskan godain aku" Gerutu Diana.
"Ada apa to nduk" Tanya ibu Diana.
"Itu buk, ayah sama Harun mereka menertawakan aku"
"Hahaaaa" Bukannya membela anaknya ibu Diana malah tertawa membuat Diana jengkel.
"Sudah sudah bibirnya jangan di manyun manyunin jelek tau, itu panggil mereka kemari sarapan sudah siap" Pinta ibu. Diana pergi memanggil ayahnya dan juga tunangannya. Kini mereka sudah berada di meja makan yang sama.

Di ruang tamu Diana dan juga kedua orang tua Diana duduk santai sambil menonton TV kesayangan mereka. Sambil sekali kali ngobrol tentang sawah atau apalah itu, mereka kini bahagia, kebahagiaan atas kembalinya putri semata wayangnya.
"Nduk, kamu jangan pernah sia siakan suami seperti nak Harun ya, dulu memang dia bajing*n bahkan ayah dan ibu menolak mentah-mentah hubungan kalian. Tapi kali ini, ayah dan ibu tidak ikhlas kalau kalian pisah" Ayah Diana mengingatkan Diana.
"Iya ayah Diana juga sedang berusaha untuk mencintai mas Harun, semoga dengan berjalannya waktu cinta itu bisa tumbuh ya yah" Kata Diana.
"Ingat kata ayah nduk, kamu harus selalu ingat bagaimana usaha nak Harun agar kamu sembuh, dia rela cuti lama hanya untuk menjaga kamu, padahal pekerjaan nya bisa jadi taruhan lo, dia juga meninggalkan orang tuanya selama setahun ini, kamu bayangkan di surabaya dia bekerja juga untuk makannya dan juga untuk jajan kamu, untuk kamu kalau sewaktu-waktu butuh biaya tambahan, atau biaya dadakan. Dia juga rela kena pukul karena tingkah kamu, tapi lihat dia tetap disini untuk kamu dia tetap setia menunggu cinta kamu nduk"Diana hanya terdiam mendengar kata kata ayahnya. Karena Diana pikir kata kata ayahnya memang benar. Akan menyesal dan rugi jika Diana mengabaikan cinta seseorang yang begitu besar. Diana kini berusaha bangkit memulai kehidupan baru dia berusaha mengikhlaskan Rudi.
"Semoga kamu tenang di surga sayang" Batin Diana.

CINTA YANG TERNODAWhere stories live. Discover now