BAB 37.MALAM PERTAMA

32 2 0
                                    

POV Rudi

setelah Ali pulang akupun dengan berat hati ku langkahkan kakiku menuju kamar pengantin ku dengan Marisa.
Kleeek .
Kubuka pintu kamarku dan ku kulihat Marisa belum ada didalam, akupun bernafas lega. Ku lepaskan jas yang sedari tadi aku pakai diacara pernikahan ku kulempar begitu saja, lalu kurebahkan tubuhku diranjang yang dipenuhi taburan bunga mawar merah, dan harumnya aroma terapi di ruangan membuatku terlelap.entah berapa lama aku tertidur tiba-tiba kumerasa ada yang mengusap rambutku,dan mencium dahiku cukup lama. namun Lama lama aku merasa ciuman itu mendarat dibibirku, lumatan itu aku ingat itu seperti bibir Diana gadisku, dengan keadaan belum sepenuhnya sadar aku membalas lumatan itu hingga sebuah tubuh mungil menindih tubuhku, lumatan itu beralih ke leherku, kucoba membuka mataku, tapi masih begitu berat, ciuman bertubi tubi dari seseorang  yang aku rasa seperti  ciuman Diana membuatku tidak ingin membuka mata. Kurasa ada tangan lembut yang mulai melepaskan kancing kemejaku satu per satu, dan ciuman itu mulai mendarat di dadaku.
"Oh Diana sayang kamu datang" Gumamku.
Plaaak sebuah tamparan mendarat dipipiku yang memaksaku sadar dari tidurku.
"Kau" Ucapku terkejut dengan apa yang aku lihat. Aku menengok kanan kiriku, gadis yang aku harapkan bersamaku tidak ada disana, yang ada hanyalah gadis berambut pirang dengan hanya berbalut handuk ditubuhnya, gadis yang tadi siang aku nikahi dengan terpaksa, iya dia Marisa, Marisa lah yang sedari tadi mencumbu ku tanpa kusadari.
"Beraninya kamu menyentuh ku tanpa seijin ku"ucapku penuh amarah.
" Memang kenapa mas, aku ini istri sah kamu, aku berhak mendapatkan itu"Marisa pun tidak kalah marah.
"Aku belum siap jadi aku mohon jangan dekati aku sampai aku benar-benar siap" Ucapku sambil berjalan kekamar mandi.
"Apa karena Diana, siapa Diana" Tanya Marisa yang membuatku menghentikan  langkahku dan berbalik ke arah Marisa.
"Apa dia kekasihmu mas,lalu kenapa kamu mau menikah denganku" Tanya Marisa.
"Iya dia gadisku, cintaku, duniaku, dia segalanya bagiku, aku sudah berencana menikah dengannya, setelah dia kembali, tetapi janjiku kepada ibuku tak bisa aku ingkari. " Aku jelaskan dengan hati hati mengenai Diana kepada Marisa.
"Sekarang dia dimana" Tanya Marisa.
"Dia diluar negeri masih bekerja"
"Diluar negeri, mbabu maksudnya, mas mas masa seorang CEO perusahaan ternama menikah dengan seorang babu"
Plaaak
Kulayangkan tanganku kepipi Marisa karena aku tidak bisa Terima kalau gadisku harus dihina.
"Kamu menamparku mas,dimalam pernikahan kita, kamu tega mas" Marisa marah dan berjalan menuju ranjang tidur mendudukkan tubuhnya dengan muka cemberut.
"Maafkan aku Marisa, kamu boleh menghina ku tapi kalau menghina gadisku, aku tidak Terima. " Ucapku akupun melangkah kekamar mandi untuk menyegarkan otakku.
Bruuuuk pintu ku tutup keras.
Ku guyur tubuhku dengan air yang mengalir dari rambut hingga kakiku. "Bisa bisanya aku terlena di cumbu gadis itu,Diana kapan kamu kembali sayang" Batinku. Aku seperti orang yang putus asa dengan keadaanku saat ini. "Aaaarrrg kenapa ini harus terjadi, andai saja dulu aku tidak membiarkan Diana keluar negeri. Andai dulu aku melamar nya setidaknya tidak akan seperti ini. " Rasa putus asa ini seakan membuatku gila. Mungkin sudah setengah jamman ku guyur tubuhku, setelah kurasa beban pikiranku mulai menghilang ya walaupun tidak selamanya, tetapi setidaknya pikiranku mulai berfikir jernih. Kusudahi drama ku dikamar mandi, dan berganti pakaian  sekalian, karena diluar Marisa sedang berada disana.
Kleeek
Kubuka pintu kamar mandi, kulihat Marisa sudah tidur lelap segera ku rapikan rambutku lalu ku melangkah keluar.
"Rud kok keluar kamar" Tanya seseorang yang aku hafal banget itu suara siapa.
"Ibuk, ibuk belum tidur, Rudi mau cari angin Buk, sekalian ngopi" Jawabku dan yang memanggilku adalah ibuku yang ditemani saudara sepupuku.
"Malam pertama kok istrinya dianggurin sih mas" Goda keponakan ku.
"Kamu masih kecil gk usah ikut campur"
"Yeee, kecil orangnya mas tapi kan aku sudah dewasa, taulah" Ucap sepupuku itu.
"Sudah ah aku mau ngopi dulu, kalau mau bertemu marisa saranku besok saja, dia sudah tidur" Aku pun melangkah pergi meninggalkan hotel setelah pamit dengan ibuku.
Ku arahkan roda empat ku kealun alun kota, "lebih baik ke alun alun saja sambil mengenang gadisku," Batinku. Tidak butuh waktu lama lima belas menit aku sampai di sana. Suasana alun alun malam ini sangat ramai, mungkin karena malam minggu, jadi banyak muda mudi sedang pacaran. Setelah memarkir roda empat ku,aku berjalan menelusuri alun-alun kota setiap melihat sepasang muda mudi bergandeng tangan, bercanda mesra aku teringat diana. Mungkin  kami tidak pernah pacaran Diana menganggap ku sebagai teman tapi kemesraan antara kamipun terkadang membuat mereka yang berpacaran merasa iri. Ku usap kasar wajahku setiap kali ku mengingat kenangan itu.di hatiku hanya ada satu nama Diana Diana seorang.
"Rud Rudi Hei" Panggil seseorang.
Ku menoleh kesumber suara itu.
"Hei kalian, disini rupanya, sudah tengah malam kenapa masih disini" Tanyaku. Ternyata teman teman ku berada di alun-alun juga. Bella melly Ali juga istrinya.
"Iya sini kami sedang telpon Diana " Bisik Bella. Karena teman-teman ku tau aku tidak bisa berbicara dengan Diana.
"Halo gaes kalian kok diem sih, siapa tadi Rudi ya" Suara dari Diana.
"Bukan di, itu tadi tukang jual pentol bakar ini istri Ali ngidam" Kata melly bohong.
"Ooo, kukira" Kudengar suara kekecewaan Diana.
"Ya Allah Di, ternyata kamu juga merindukan ku" Batinku.
"Di, kamu kangen ya sama Rudi" Tiba-tiba Bella bertanya kepada Diana sambil melirik ku.
"Entahlah bell, seandainya aku rindupun mungkin Rudi tidak mau perduli, buktinya selama aku disini dia tidak mau mengangkat telpon ku" Ucap Diana.
Hatiku terasa perih gadisku merasa kecewa denganku.
"Sayang seandainya kamu tau perasaan ku saat ini" Batinku.
"Mungkin Rudi sibuk di, positif thinking saja, kalau setauku Rudi sangat mencintaimu di" Ucap Ali.
"Hati orang tidak ada yang tau Al, mungkin selama aku di sini dia sudah punya pengganti, atau mungkin sudah menikah,siapa aku Al, aku hanya wanita kotor" Suara isak tangis Diana membuatku lemah, kuraup kasar wajahku, ku acak rambutku entahlah jika diana dihadapanku aku bisa menghapus air mata nya. Tapi ini jarak memisahkan kita.
"Sudah rud tenangkan dirimu, gadismu mulai memendam rindu, akan indah pada waktunya nanti bro" Hibur Bella. Beberapa menit telpon Diana pun terputus. Aku masih terngiang-ngiang tentang ucapan Diana, siapalah aku aku hanya wanita kotor.
"Hei sudah jangan melamun, aku heran dengan pengantin baru ini masa malam pertama ditinggal ngluyur" Goda Bella.
"Tau ah" Ucapku, aku meninggalkan teman-teman ku, karena hari sudah larut malam, rencana aku akan menyewa penginapan di dekat alun-alun. Aku enggan balik ke hotel bertemu Marisa aku takut khilaf.

CINTA YANG TERNODAWhere stories live. Discover now