Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Melihat Althea yang pergi lebih dulu, Ellena pun bergerak menyusulnya. "Gerald, you made it."
Gerald Gallagher mengangguk, "Of course, ini merupakan hari besar untuk Marco, tentu saja aku harus ada."
Tatapan Ellena lalu beralih ke wanita yang berada di sisi Gerald. "Lunaby, it's been forever."
Lunaby Wilhalm tersenyum tipis, "Maaf apabila kehadiranku tidak menyenang—"
"Tidak, tidak seperti itu." balas Ellena. "Aku senang dengan kehadirnamu Luna, aku hanya terkejut. I mean, it's been almost four years since the last time I saw you, and now look at you."
"Papa?"
Ellena tersenyum menatap anak kecil yang baru saja memanggil keponakannya itu ayah. "Hello little boys."
"Perkenalkan, aku Grandma Ellena, kalian bisa memanggilku Granna."
Gerald tersenyum, seraya mendekatkan tubuh ke dua putranya ke Ellena. "Ayo beritahu Granna nama kalian, Granna juga ingin mengenal kalian."
Berbeda dengan Benjamin yang nampak ragu untuk memperkenalkan dirinya, Barend justru maju mendekati Ellena. "Aku Barend, Granna."
"My Sweet Barend, come give Granna a hug!" ujar Ellena yang langsung dituruti oleh Barend.
Melihat sang kakak yang dipeluk oleh Ellena, Benjamin menatap iri. Sementara Gerald yang melihat raut wajah sang anak tersenyum, "Kalau kamu ingin dipeluk oleh Granna, kamu harus turun dari gendongan Papa, Sayang."
"Benji sangat manja, Granna. Tidak seperti Barend yang pemberani!"
Ellena dan Althea tertawa mendengar ucapan Barend, Ellena lalu mendekatkan tubuhnya ke arah Gerald untuk lebih dekat dengan si kembar yang satunya. "Apa Granna semenakutkan itu, sampai kamu tidak mau berbicara dengan Granna?"
Benjamin menggeleng, "No..."
"Lalu kenapa tidak ingin memeluk Granna juga?"
"Mau..."
Ellena tertawa, dengan tubuhnya yang masih cukup kuat untuk menggendong anak sebesar Benjamin dan Barend, Ellena mencoba untuk mengambil alih Benjamin dari Ayahnya. "Sini dengan Granna."
Benjamin menurut, walau awalnya sedikit takut. "Granna tidak tahu harus memanggilmu apa... Granna tidak tahu namamu."
Barend tertawa dengan kencang melihat jawaban adiknya itu. Berbeda dengan Barend yang lebih pintar dalam hal akademik, Benjamin memang tidak secepat Barend dalam belajar. Sementara Gerald yang mendengar tawa dari putra pertamanya itu menggeleng, "Barend, tidak boleh seperti itu."
"Maaf, Papa."
Benjamin sudah akan menangis, jika saja Ellena tidak cepat menenangkannya. "Benji, it's okay."
"Granna juga dulu tidak pintar, kamu tidak perlu menangis, Sayang." ujar Ellena. "Benji ini lahir pertama atau kedua?"
"Dua." tidak seperti sebelumnya, kini Benjamin hanya menjawab pertanyaan Ellena dengan mulut saja.
"Berarti Barend yang pertama ya?"
Barend mengangguk bangga, "Yes, Granna."
"Moglie,"
Ellena menoleh ketika mendengar panggilan dari sang suami, "Ya, Sayang?"
Suami Ellena tersenyum, "Sebaiknya kita ke dalam, Marco dan Matthew pasti mencari kita."
"Of course!" Jawab Ellena sebelum kembali ke Gerald, "Ayo ajak keluarga kecilmu, kita ke dalam."
_____
Setelah seharian berbincang dengan keluarganya, Gerald dan Lunaby akhirnya bisa kembali ke kamar yang sudah disiapkan untuk mereka. Walau acara di lantai bawah masih berlanjut dengan meriah dan ramai, tetapi mereka memilih untuk kembali ke kamar mereka terlebih dahulu. Selain karena tubuh mereka yang sudah kelelahan, kedua putra mereka yang sudah tertidur sejak dua jam yang lalu menjadi alasan utama mereka untuk kembali ke kamar.
Seusai meletakkan tubuh Barend di atas ranjang, Gerald lalu mengambil alih tubuh Benjamin yang berada di gendongan Lunaby untuk ia tidurkan di samping putra pertamanya. Setelah memastikan kedua putranya tidak terbangun, Gerald lalu menyematkan kecupan di kening mereka masing-masing sebelum mengajak Lunaby keluar.
Gerald membawa tubuhnya beserta Lunaby untuk duduk di area ruang tamu yang masih berada di dalam kamar mereka. "Maaf aku seharusnya membawa kalian kembali ke kamar sejak tadi."
"It's fine," Lunaby tersenyum tipis, "Aku juga sudah lama tidak berbicara dengan mereka."
"Mereka merindukanmu, Tha."
Ucapan Gerald membuat Lunaby tersenyum miris. Bagaimana bisa keluarga pria itu merindukannya, ketika dirinyalah yang menjadi alasan hidup pria itu berantakan karena keegoisannya tiga tahun silam.
"Mereka juga sangat menyayangi Barend dan Benji."
Lunaby membuang napasnya kasar. Untuk ucapan yang baru saja dikatakan oleh Gerald, Lunaby memang tidak bisa mengelaknya. Keluarga besar pria itu terlihat sangat menyayangi kedua putranya, begitu pula dengan kedua putranya yang sangat nyaman bersama mereka.
"Mereka tidak pernah mendapatkan kasih sayang sebanyak itu sebelumnya." ucapan Lunaby membuat Gerald menoleh.
"Sejak mereka lahir, orang dewasa yang mereka lihat hanyalah aku, Elea, dan Karl. Mereka hanya mendapat kasih sayang dari kami, dan— dan karena saat ini banyak sekali yang menyayangi mereka, mereka terlihat sangat bahagia bahkan ketika fisik keduanya sudah sangat kelelahan."
Gerald membawa tubuh Lunaby ke dalam pelukannya, sejuta rasa penyesalan kembali menyerangnya. "Tha, aku minta maaf."
"Aku minta maaf karena telat untuk memberikan peran ayah bagi mereka." lanjut Gerald.
"Kita berdua salah di sini, Leon. Kita dan keegoisan kita membuat mereka harus merasakan itu semua di umur mereka yang masih sangat kecil." jawab Lunaby lalu mengeratkan pelukannya di tubuh Gerald.
Tidak ada jawaban dari Lunaby, bahkan pelukannya ditubuh Gerald pun mengendur. Sementara Gerald justru mengeratkan pelukannya di pundak wanita itu. "Tha aku bahagia dengan kehidupan kita yang sekarang."
"Aku bahagia memiliki mereka, dan aku tidak bisa membayangkan kehidupanku setelah ini tanpa mereka dan kamu." ujar Gerald.
"Kembali kepadaku dan memulai semuanya dengan baru, Tha." ujar Gerald dengan menahan tangis. "Aku ingin kembali memilikimu dan mereka, bersamaku seutuhnya dan selamanya, aku ingin kalian kembali, Samantha."
"Tha kembalilah kepadaku, dan biarkan aku menebus kesalahanku selama tiga tahun ini untuk selamanya."
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.