Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tubuh Lunaby masih terdiam kaku ditempatnya. Wanita itu sama sekali tidak memberikan respon apapun atas tindakan yang dilakukan oleh orang yang berada di hadapannya tadi. Lunaby terkejut. Dirinya benar-benar tidak menyangka, bahwa keputusannya untuk pergi ke Brooklyn akan berakhir seperti ini.
"Aku merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu."
Mendengar penuturan itu di telinganya, kesadaran Lunaby pun seakan kembali. Lunaby pun melepaskan pelukan orang itu ditubuhnya. Lunaby menundukan wajahnya, ketika merasa tatapan orang itu masih setia terpaku kepadanya.
Keheningan melanda keduanya untuk waktu yang lama. Lunaby tidak berani untuk mengatakan apapun, keterdiaman yang wanita itu lakukan saat ini pun ia lakukan demi mempersiapkan diri atas kemarahan orang di hadapannya itu.
Setelah beberapa menit keduanya dilanda keheningan, pria yang berada di hadapan Lunaby pun membuang napasnya kasar.
"Aku mencarimu. Aku mencarimu, tetapi aku sama sekali tidak bisa menemuimu. Do you know how worried I was?"
Kepala Lunaby mendongak, kedua raut matanya menampilkan perasaan terkejut setelah mendengar perkataan itu. Lunaby masih tidak bisa menjawab pertanyaan itu, hingga suara wanita yang menjadi tujuannya datang ke tempat ini pun terdengar dari arah dapur.
"Gerald, siapa yang data— Luna?"
Lunaby dengan cepat mengabaikan pria yang semula berdiri dihadapannya, dan berlari untuk memeluk wanita tua yang saat ini masih menggunakan apron dapurnya. "Dorothy."
Dorothy, wanita tua yang sedang dipeluk oleh Lunaby dengan cepat meletakkan nampannya secara asal, dan membalas pelukan wanita itu. Pelukan di antara keduanya sangatlah erat, dan berlangsung untuk cukup lama.
"Dorothy maafkan aku."
Dorothy menggeleng pelan, "Tidak ada yang perlu untuk dimaafkan Luna, semua yang sedang terjadi kepadamu saat ini adalah cobaan yang harus kamu bisa hadapi."
"Aku tidak bisa, Dorothy." jawab Lunaby dengan tangisannya. "Aku sudah tidak kuat lagi."
Dorothy mengelus lembut punggung Lunaby, "Semua akan baik-baik saja, Anakku."
Lunaby masih terisak, bahkan wanita itu tanpa sadar telah menumpukan semua beban tubuhnya kepada wanita tua di pelukannya. Sementara Dorothy yang merasa tidak sanggup menahan beban tubuh Lunaby pun melirik ke arah pria yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
Gerald Gallagher yang mengerti maksud dari tatapan Dorothy pun bergerak mendekat ke arah mereka, dan menarik lembut tubuh kekasihnya dan menggantikan peran Dorothy sebelumnya. "Dorothy tidak akan mampu menahan beban tubuhmu, Tha. So let me."
"God, I miss you so much, Sayang." ungkap Gerald setelah menghirup aroma rambut Lunaby.
Lunaby terdiam, masih membiarkan Gerald merengkuh tubuhnya dengan erat. Sementara Dorothy pun pamit kepada Gerald dalam diam, membiarkan sepasang kekasih itu saling meluapkan emosi mereka masing-masing.