Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
"Kamu tidak boleh membantah!" balas Barend yang langsung pergi meninggalkan Benjamin Bersama Ibu mereka.
Sepeninggalnya Barend, Benjamin menatap Lunaby yang sedari tadi menahan tawanya dengan tatapan sedih. "Mama, Benji mirip Papa kan?"
Lunaby tersenyum tipis. Bagaimana bisa kedua putranya merebutkan posisi kemiripan tingkat tinggi dengan ayah mereka, di saat keduanya merupakan jiplakan persis dari ayah mereka. Lunaby bahkan tidak tahu, berkontribusi apa dia dalam pembentukan wajah dari kedua putranya.
Lunaby merapihkan rambut Benjamin dan tersenyum, "Of course. Benji dan Barend, kalian semua mirip dengan Papa."
Benjamin tersenyum lebar. Anak kecil itu selalu senang apabila Ibunya berkata demikian. "Mama..."
"Ya, Sayang?"
"Kapan Benji bisa bertemu Papa?"
"Barend juga!"
Kemunculan Barend tidak membuat rasa bingung di dalam diri Lunaby berkurang. Wanita itu masih belum menemukan jawaban yang cocok untuk menjawab pertanyaan kedua putranya.
"Mama."
Panggilan Barend membuat Lunaby kembali ke alam sadarnya. "Yes, Bear?"
"Barend dan Benji mau bertemu Papa..."
"Yes, Mama. We miss him!"
"Kita akan bertemu dengan Papa—"
"Yeay!" teriakan Benjamin membuat ucapan Lunaby terpotong.
Lunaby menghembuskan napas berat, "Tetapi tidak di dekat ini, Sayang. Papa sedang sibuk bekerja untuk kalian, jadi kita tidak bisa bertemu dengannya untuk sekarang."
"Tetapi suatu hari nanti... Suatu hari nanti kita pasti akan bertemu dengan Papa, Mama berjanji."
Benjamin mengerucutkan bibirnya, "Benji sedih."
Barend yang mendengar ucapan adiknya pun membawa tubuh adiknya ke dalam pelukannya. "It's okay Benji, ingat kata Mama kalau Papa bekerja untuk membelikan kita mainan mobil yang banyak."
"Tetapi aku ingin bertemu Papa, Bear. I miss him!"
Lunaby menatap lirih ke dua putranya. Apabila sudah seperti ini, maka tidak ada hal lain yang bisa Lunaby lakukan selain membawa putranya ke suatu tempat untuk mengalihkan perhatian mereka dari ayah mereka.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan?"
"Dengan Papa?"
Lunaby menggeleng, "No Benji, tidak dengan Papa. Tetapi kita bisa berjalan-jalan untuk diceritakan ke Papa di saat Papa pulang nanti. Kalian mau?"
Berbeda dengan Benjamin yang masih murung, Barend justru mengangguk antusias. "Bear mau ke tempat yang banyak makanan panjang-panjang, Mama!"
"Makanan panjang-panjang itu apa, Sayang?"
"Itu Mama, yang makannya menggunakan susu yang Barend dan Benji minum!"
Lunaby masih mengerut bingung, hingga penjelasan Barend mengenai makanan yang dia maksud pun semakin banyak dan spesifik. "Pasta?"
"Ya!" Barend mengangguk dengan cepat, "Pasta, Mama. Barend ingin pasta."
"Then we should go to Italy."
"Di sana ada pasta?"
Lunaby tertawa melihat wajah polos putranya, "Of course, that place is a heaven when it comes to pasta."
"Yes! Aku akan makan pasta yang banyak!"
"Biar gigimu sepertiku, bolong dan ompong!" sahut Benjamin yang membuat Barend menoleh tidak terima.
"Pasta tidak membuat gigiku bolong, tidak seperti donat!"
"Gigimu akan bolong!"
"NO!"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.