Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Dominic tertawa sinis, "Dia memang cocok untuk diselesaikan dengan kekerasan, Kade. Bajingan ini yang membuat adikmu kabur dari kita!"
Saat Dominic akan kembali melayangkan pukulannya untuk Gerald, pintu ruang kerja milik Alexander pun terbuka, yang disusul dengan masuknya ketiga pria seumuran dengan Dominic. Ketiga pria itu langsung berlari untuk menjauhkan Dominic dari Gerald, dan menenangkan pria itu.
"Dom, Gerald tidak sepenuhnya salah!"
Dominic menepis tangan-tangan yang mencoba untuk menahan tubuhnya. "Si brengsek itu yang menjadi alasan putriku kabur! Luna kecilku kabur karena tindakan bodohnya!"
"Dom, enough!"
Bentakan dari Alexander Gallagher langsung membuat Dominic terdiam di tempatnya. Pria itu menatap sahabat yang sekaligus ayah dari pria yang baru saja ia pukul dengan tatapan tajam. "Kenapa Lex, kau ingin membela putramu yang telah membuat putriku menghilang?"
"Aku tidak membela putraku, tetapi apa yang dikatakan mereka merupakan kebenaran yang sedari awal kau abaikan. Kaburnya putrimu belum tentu menjadi kesalahan Gerald." balas Alexander dengan tegas.
Dominic tertawa sinis, "Putriku tidak akan kabur dariku apabila penyebab kaburnya bukan dari bajingan it—"
"Pria yang kau sebut bajingan ini adalah putraku, Dominic!" potong Alexander dengan membentak.
"Kau sendiri yang berkata kepadaku kalau kau menyerahkan nasib putramu itu kepadaku, Lex."
Alexander menatap Dominic sebelum beralih ke putranya yang sedang berlindung dibalik tubuhnya. Alexander pun membuang napasnya kasar. "Aku tidak bermaksud membela putraku. Kemungkinan putrimu kabur karena tindakan putraku memanglah besar —sangat besar. Tetapi dari permasalahan ini ialah aku yang tidak menyukai bagaimana kau menyelesaikan masalah ini."
"Putraku bukan samsak yang bisa kau jadikan sebagai tempat pelampiasan kekesalanmu, Dom. Bagaimana pun juga Gerald adalah putraku, dan aku sebagai Ayahnya tidak akan diam melihat dia disiksa oleh orang lain untuk alasan yang bahkan kita belum ketahui kebenarannya."
"Tetapi kau berkata kepadaku kalau kau menye—"
"Menyerahkan putraku kepadamu?" potong Alexander. Pria itu mendesah pelan, "Dom, aku memang membiarkanmu melakukan apapun kepada putraku apabila dia berbuat kesalahan dan menyakiti putrimu, tetapi itu berlaku hanya bila putraku menyakiti putrimu. Dan kali ini kita belum mengetahui apa memang benar putraku menyakiti putrimu apa tidak, tetapi kau sudah bermain hakim sendiri dengan memukuli putraku."
Alexander menatap sahabatnya itu dengan tajam. "Dom, aku tahu kau pasti kecewa dengan perkataanku sekarang. Kau merupakan sahabatku, dan sudah banyak sekali membantuku. But Dom, Gerald is my son. Putraku yang lahir hasil dari percintaanku dengan wanita yang aku cintai."
"Dan melihatnya hampir mati karena dipukuli oleh sahabatku sendiri merupakan hal yang menyakitkan. Kau bisa saja membuatku kehilangan putraku hari ini akibat pradugamu itu. Dan apakah terlintas dipikiranmu itu, bagaimana jika pukulan-pukulanmu itu sampai berakibat fatal ke putraku? Kau tidak akan dirguikan Dom. Putrimu yang menghilang bagaimana pun juga akan kembali, tetapi tidak dengan putraku yang mati karena kau pukuli."
Dominic menggelengkan kepalanya, "Kau tidak mengetahui bagaimana perasa—"
"Perasaanmu kehilangan putrimu?" Alexander tertawa sinis, "Apa perlu aku reka ulang kejadian yang terjadi kepada keluargaku beberapa bulan silam?"
Dominic terdiam. Pria itu sebelumnya memang akan menyampaikan apa yang Alexander katakan. Tetapi Dominic sama sekali tidak mengingat bagian dari Alexander yang juga pernah hampir kehilangan putrinya, dan bahkan calon cucunya.
Menyadari dirinya yang sudah kelewatan, Dominic membuang napasnya kasar. "Aku minta maaf, Lex."
"I'm not the one who got punched in the face."
Dominic menjatuhkan tatapannya ke arah Gerald yang sedari tadi berlindung dibalik tubuh ayahnya. "Gerald, paman minta maaf."
Gerald menggeleng pelan, "It's okay, Paman. Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang adalah bekerja sama untuk menemukan Luna, dan melupakan ego kita sejenak."
"Dan itu permasalahannya." Gerald dan Dominic sontak menoleh ke arah pria yang berumur sama seperti Dominic dan Alexander, pria yang sedari tadi sibuk menahan tubuh Dominic agar tidak kembali menyerang Gerald.
Pria yang rela terbang jauh dari salah satu negara di Benua Asia, hanya karena mendapatkan perintah dari Alexander Gallagher. "Kita tidak bisa menemukan Luna."
"Luna memblokir semua kartu yang ia gunakan, dan kemungkinan besar menggunakan uang tunai untuk transaksinya selama pergi. Identitas Luna juga tidak terdeteksi di perjalanan transportasi mana pun baik darat, udara, atau pun air."
"Jaden, kita tidak Mungkin tidak bisa mendapatkan informasi dari Luna." ucap Dominic kepada sahabatnya.
Jaden Mattson, sahabat dari pria itu yang rela datang dari Bali, Indonesia pun membuang napasnya kasar. "Dom, Luna adalah putrimu. Dia tahu bagaimana untuk membuat dirinya menghilang sepenuhnya."
"Just like Glatea."
Gerald mengangguk membenarkan ucapan Ayahnya, "Ya, sama seperti saat Glatea menghilang. Papa dan aku tidak bisa mendapatkan informasi mengenai keberadaannya sama sekali, kecuali Ax —Axel. God, Axel pasti tahu cara mendapatkan informasi mengenai keberadaan Luna! Pria itu merupakan yang pertama mengetahui lokasi keberadaan Glatea saat dia menghilang."
Baru saja Gerald membuka ponselnya untuk menghubungi Gabriel, suara Kaiden pun menghentikannya. "Aku sudah meminta bantuan Gabriel dan ia juga sudah melakukannya, hasilnya sama seperti Paman Jaden, Gabe tidak berhasil menemukan keberadaan Luna."
Gerald menggeram frustasi, "Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menemukan Luna?"
"Waiting."
"That's impossible, Papa. We need —I need, to find her as soon as possible." jawab Gerald kepada Ayahnya.
Alexander Gallagher mengehela napasnya berat, "Gerald, kita semua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Luna, tetapi hasilnya semua sama —Luna tidak bisa ditemukan."
"Jadi hal selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah menunggu seraya memantau, sampai ada pergerakan dari Luna. Dan selama kita menunggu pergerakan darinya, kamu lebih baik mengintropeksi diri terlebih dahulu mengenai kesalahan yang mungkin tidak kamu sadari kamu lakukan di beberapa hari Luna masih bersamamu."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.