Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Lunaby tersenyum malu, "Aku hanya mengerti itu saja."
"Tidak masalah." jawab pria itu. "Aku Karl Wagner."
Lunaby mengangguk paham, kalau pria itu mencoba untuk mengenalkan diri di awal tadi. "Aku Luna."
Karl tersenyum, "Siapa yang tidak mengenalmu, Luna?"
"Sayang sekali... aku pindah ke sini dengan harapan orang tidak mengenal siapa aku." jawab Lunaby dengan bibir mengerucut.
"Aku tidak yakin di tempat tujuanmu nanti tidak ada yang mengenalmu."
Ucapan Karl membuat Lunaby menoleh bingung, "Memangnya kenapa?"
"Kamu memilih daerah Lugano sebagai tempat tinggalmu, bukan?" tanya Karl yang dibenarkan oleh Lunaby.
Karl menghela napas berat, "Luna, kalau niat kamu pindah ke negara ini untuk menenangkan diri, seharusnya kamu tidak memilih Lugano."
"Ada apa dengan Lugano?"
"Lugano berlokasi hanya satu jam dari perbatasan antara Italia dan Switzerland, selain itu Lugano merupakan salah satu tempat yang menarik banyak turis untuk datang karena kondisi alamnya yang sangat memanjakan mata."
Lunaby menunduk, "Aku tidak tahu... aku tidak pernah ke sini sebelumnya, dan saat aku sedang memilih lokasi untukku tinggal, tiba-tiba saja aku mendapat sebuah rumah yang aku sukai dan berlokasi di Lugano."
"Kamu seharusnya tidak memilih tempat yang sangat dekat dengan Italia apabila kamu tidak ingin dikenali, Luna." jawab Karl.
"Tetapi tidak masalah, aku seharusnya tidak bisa menghakimimu begitu saja apalagi di saat aku baru saja mengenalmu." ucap Karl lalu mengambil alih koper milik Lunaby. "Ayo aku antar kamu ke tempat tinggalmu."
Lunaby tidak menjawab perkataan Karl, tetapi kakinya bergerak mengikuti pria itu.
_____
Lugano, Switzerland.
"Aku menarik ucapanku di bandara tadi." ucapan Karl membuat Lunaby menghentikan langkahnya yang akan keluar dari mobil pria itu.
Lunaby menaikkan satu alisnya, "Tentang?"
"Kamu yang akan sangat dikenali."
Lunaby tersenyum, "Alasan aku membeli rumah ini karena lokasinya yang berjauhan dengan rumah lain. Aku bisa mendapatkan ketenanganku di sini."
Karl mengangguk setuju. "Aku pikir kamu mengambil tempat tinggal di pusat kota, oleh karena itu aku sampai berkata demikian."
"Ayo keluar." balas Lunaby sebelum keluar dari mobil Karl.
Saat mereka keluar dari mobil, keduanya pun sudah disambut oleh dua orang wanita yang sedang menunggu mereka di depan rumah. Lunaby tersenyum kepada mereka, "Hello, aku Lunaby Wilhalm."
Salah satu wanita yang terlihat lebih muda tersenyum dan membalas jabatan tangan Lunaby, "Aku Elea, senang bertemu denganmu Miss Wilhalm."
"Please just call me Luna." jawab Lunaby dengan senyumnya sebelum mendekat ke wanita yang terlihat lebih tua dibandingkan Elea.
"Aku Lunaby," ujar Lunaby kepada wanita itu.
Wanita tua itu tersenyum, "Aku Barbara."
Lunaby mengangguk, tentu saja dia mengetahui siapa itu Barbara. Wanita itu merupakan pemilik sebelumnya dari rumah Lunaby. "Terima kasih sudah melepaskan rumah Indah ini kepadaku, Barbara."
"Aku harap kamu bisa menjaganya. Rumah ini merupakan rumah peninggalan Suamiku, dan aku tidak ingin kamu merusaknya."
Lunaby mengangguk dengan canggung. "Tentu saja, bagaimana pun juga rumah ini sudah menjadi rumahku, tentu saja aku akan merawatnya."
Barbara tidak menjawab, wanita tua itu justru berjalan menjauhi Lunaby menuju Elea. "Elea, urusanku sudah selesai, aku akan pulang."
"Terima kasih atas waktumu, Barbara. Selamat beristirahat." balas Elea yang hanya dibiarkan begitu saja oleh Barbara.
Setelah kepergian Barbara, Elea mendekati Lunaby dan tersenyum canggung. "Aku minta maaf atas sikap Barbara kepadamu, dia memang seperti itu."
Lunaby terkekeh, "Aku sudah sering bertemu dengan orang seperti Barbara di negaraku sebelumnya Elea, jadi bukan masalah."
"Aku—"
"Luna, aku mendapatkan pesanan lagi di stasiun, aku harus meletakkan kopermu di mana?"
Lunaby menatap Karl sembari menunjuk ke dalam rumahnya. "Letakkan saja di dalam."
Setelah meletakkan tiga koper Lunaby ke dalam rumah baru wanita itu, Karl pun pamit pergi dan meninggalkan Lunaby berdua dengan Elea. "Luna, aku tinggal di rumah yang berada di sebelah pekaranganmu."
"Kita bertetangga?"
Elea mengangguk, "Aku yang membantu Barbara dalam menjual rumah ini. Sebelumnya banyak sekali yang menawarkan tetapi aku tidak terima —karena calon pembelinya akan menjadi tetanggaku juga, tetapi setelah melihat penawaranmu, aku dengan cepat menyetujuinya."
"Terima kasih, rumah ini sangatlah cantik."
"Kamu benar, rumah ini memang sangat cantik." jawab Elea. "Luna, kalau kamu membutuhkan sesuatu jangan sungkan untuk meminta kepadaku."
Lunaby menoleh, "Apa tidak merepotkan?"
Elea menggeleng, "Aku ini seorang peneliti, pekerjaanku hanya aku lakukan apabila aku sedang melakukan penelitian dan selebihnya... selebihnya aku hanyalah pengangguran."
"Kita sama."
"Sama dalam hal?"
"Pengangguran. Bedanya kamu sementara... aku mungkin selamanya." ujar Lunaby. "I left everything behind including my job to move here."
"Lalu bagaimana kamu bisa membeli rumah ini beserta kendaraanmu?"
"Aku memiliki tabungan."
Elea mengangguk paham, "Kamu bisa menyimpan nomorku, Luna."
"Apa itu artinya kita berteman?"
"Tentu saja! Aku sudah lama tidak memiliki teman yang kurang lebih usianya sama denganku." ujar Elea seraya terkekeh.
Melihat Elea tertawa, Lunaby pun turut tertawa. "Kalau begitu terima kasih juga sudah mau menjadi temanku, Elea."
____________________
A guide to avoid problem like a famous model Lunaby Wilhalm. kabooorrr
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.