Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
"Mereka sudah ditetapkan sebagai tersangka Gerald, tanpa kamu melanjutkan rencanamu itu pun semuanya tetap berjalan sesuai rencana." lanjut Paul.
Gerald menoleh, menatap Paul dengan datar. "Aku... tidak tahu. Bagaimana menurutmu, Paul?"
"I don't think the plan is necessary anymore. Let her have her baby, maybe that could be her strength while in prison. Lagi pula kehamilan Aria masih sangatlah muda, kemungkinan besar mereka menduga Aria hamil setelah ia masuk ke penjara."
"Tetapi bagaimana jika semua dugaan itu salah?"
"Maka hanya Aria yang akan dapat keringanan hukuman, Gerald. Hukuman Elijah akan tetap sama."
Paul mendesah pelan, "Gerald, have a little mercy on her. Bagaimana pun wanita itu akan menjadi seorang Ibu, sama seperti wanitamu. Apa kamu bisa membayangkan, bagaimana perasaanmu apabila Luna yang berada di posisi itu?"
"Luna tidak akan pernah berada di posisi itu, Paul."
"Seandainya."
Gerald berdecak, "Tetapi wanita itu bisa saja pura-pura mengakui bahwa anak itu merupakan anakku."
"Tetapi kenyataannya?"
"Tentu saja bukan!"
Paul tersenyum, "The decision is on you, Gerald. Apabila kamu tetap bersikeras ingin melakukan rencanamu, maka kita akan melakukannya. But if you like to change your mind, you have my number."
Bersamaan dengan Paul yang mengatakan itu, mobil yang mereka kendarai pun berhenti tepat di pelataran Gallagher Manor. Gerald menoleh menatap Paul saat pintu mobil di sisinya dibuka oleh supir pria itu, "Let's celebrate inside, Paul."
"Orang tuamu mengundang aku dan keluarga pada acara makan malam nanti, jadi lebih baik kalau aku pulang sekarang untuk menjemput Istri dan putraku, dan kita akan kembali bertemu malam nanti." balas Paul.
Gerald mengangguk, "Kalau begitu sampai bertemu saat makan malam, thank you so much for your help, Paul."
"My pleasure, Gerald. Sampaikan salamku ke keluargamu dan Luna." ujar Paul yang dibalas dengan anggukkan kepala oleh Gerald, bersamaan dengan pria itu yang keluar dari mobilnya.
_____
"There you are..."
Teriakan dari Althea Gallagher pun menyambut Gerald, ketika pria itu masuk ke dalam Manor milik orang tuanya. Tidak hanya sang Ibu, ayah, beserta kakak dan adiknya pun juga berada di ruang keluarga turut menyambut kehadiran Gerald. Walau semua anggota keluarganya berkumpul untuk menyambut kemenangannya, tetapi itu semua tidaklah cukup bagi Gerald, ketika ia tidak menemukan kehadiran wanitanya di sana.
"Atha tidak ke sini?"
Glatea Berkeley yang saat ini sedang duduk di atas pangkuan sang suami membuka suara, "Aku sudah mengabarinya, tetapi ia tidak membalas pesan atau mengangkat teleponku."
"Mama bangga sekali denganmu, Ge."
Gerald melepaskan pelukan Ibunya, "Kita akan mengadakan makan malam bersama kan? Aku harus kembali ke Chicago untuk bertemu dengan Atha. I need to see my woman first, Mama."
"Go pick her up, Gerald. Dan jangan lupa kabari Keluarga Luna untuk bergabung bersama di Manor nanti malam." ujar Alexander Gallagher yang sedari tadi dengan setia berdiri di samping sang istri.
Gerald mengangguk, "Pasti, Papa."
Gerald lalu menoleh menatap kakak, adik, beserta suami dari adiknya itu. "Guys, catch up later okay? Need to pick up My Queen first."
Gabriel Gallagher beserta Daxton Berkeley hanya mengangguk sekilas, berbeda dengan Glatea Berkeley yang menjawab dengan semangat. "Go pick her up, Gerald! And by the way, bawakan aku cookies yang ada di toko retail di lantai bawah gedung penthousemu okay!"
"Tidak."
Glatea berdecak, "Gerald please! I'm craving those cookies!"
"Daxton, urus istrimu yang brisik itu." balas Gerald sebelum pergi keluar dari Manor.
_____
Setelah kurang lebih menghabiskan waktu empat puluh menit mengendarai mobilnya, Gerald pun sampai di tempat tinggalnya bersama Lunaby. Pria itu memarkirkan mobilnya dengan terburu, agar meminimalisir waktu dan segera bertemu dengan kekasihnya.
Senyuman dibibir Gerald pun tidak pernah hilang disepanjang perjalanannya menuju unitnya yang berada di lantai paling teratas gedung ini. Begitu lift yang sedang ia tumpangi berdenting menandakan ia telah sampai di lantai yang ia tuju, Gerald melangkah dengan cepat ke dalam unitnya untuk mencari keberadaan Lunaby.
Ketika sudah berada di dalam, Gerald tidak menemukan Lunaby di sofa yang biasa ia tempati. Tempat tinggalnya juga terasa sangat sepi dan seperti tidak berpenghuni. Masih berpikir positif, Gerald pun mencari wanitanya di kamarnya yang naasnya Lunaby juga tidak bisa ditemukan di sana. Dengan sedikit panik, Gerald pun membuka seluruh ruangan yang ada di dalam unit tempat tinggalnya untuk menemukan Lunaby yang naasnya tidak bisa ia temukan di mana pun.
Gerald mengeluarkan ponselnya, mendial nomor kekasihnya yang sama sekali tidak aktif. Gerald pun bergerak menghubungi Kaiden untuk menanyakan keberadaan Lunaby di rumah keluarganya, yang sayangnya tidak ada di sana. Gerald bergerak panik sembari berjalan menuju kamar mereka, hingga saat sampai di kamar, tatapan Gerald pun tertuju pada walk in closetnya yang nampak berantakan.
Masuk ke dalam untuk memeriksanya, detik itu pula Gerald pun mengetahui, bahwa sekeras apapun ia mencari Lunaby di sini, ia tidak akan pernah bisa menemukannya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.