4: Lesmana

164 24 9
                                    

Siang itu, di Hastinapura, Lesmana sedang menghadap Ayahnya yang bernama Duryudana untuk membicarakan tentang Janakawati, puteri Janaka dari Madukara.

Duryudana tampak marah saat puteranya menghadap. Raut wajah garangnya terpampang jelas saat Lesmana memasuki ruang kerjanya dan terduduk tepat dihadapannya.

Duryudana menggebrak meja dengan kuat, menggertak Lesmana yang tegang. Lesmana tersentak kaget karena hal tersebut, lagi-lagi ia terkena gertakkan yang membuat nyalinya ciut.

Duryudana menatap Lesmana dengan tegas kemudian berseru,"Lesmana Mandrakumara!"

Ketika orang tua memanggil anaknya dengan nama lengkap, itu bukanlah pertanda baik bagi si anak. "S-saya Ayah...," jawabnya dengan meremas celananya tegang.

"Sudah berapa usiamu? Hmm?!" ucap Duryudana mendekatkan wajahnya kepada wajah Lesmama, kemudian menatap mata Lesmana dengan tajam. "Berapa kali kamu gagal melamar wanita?"

"A-ayah-"

"Keluarga ini butuh keturunan, Lesmana!" seru Duryudana kembali membuat Lesmana tersentak. "Kurawa dan Pandawa, selalu bersaing. Kalau soal wanita dan keturunan saja kita kalah saing, bagaimana nasib keluarga ini, Lesmana?!" tambahnya sembari menjambak kerah baju Lesmana.

"Lalu apa yang harus saya lakukan, Ayah? Setiap aku melamar gadis, keluarga Pandawa selalu jadi pilihan," jawab Lesmana memaksakan nafasnya yang tersedan-sedan.

"Aku gak mau tahu, pokoknya dalam waktu dekat ini kamu harus menikahi seorang gadis. Siapa pun itu. Dengan catatan, harus sederajat dengan kasta keluarga kita," jelas Duryudana kepada puteranya yang sudah berusia lebih dari matang, namun tak kunjung menikah.

"T-tapi dengan siapa?" timbalnya dengan nada takut dan tegang.

"Akhir-akhir ini banyak berita tentang Janaka yang sedang mencari calon pengantin pria untuk puterinya, Janakawati," gumam Duryudana melepaskan genggaman erat pada kerah baju Lesmana. "Datanglah pagi-pagi ke Kesatriyan Madukara, jangan sampai keduluan oleh keluarga Pandawa. Setelah itu, langsung boyong Janakawati kesini," Lesmana menunduk, lagi-lagi persaingannya dengan keluarga Pandawa.

Lamarannya dengan Kencana Resmi, dirusak oleh Antasena dan Wisanggeni, akhir-akhirnya Wisanggeni lah yang berhasil memenangkan persaingan itu.

Lamarannya dengan Pergiwa, diganggu juga oleh Suryanarada, yang akhirnya Suryanarada lah yang berhasil melumat Pergiwa.

Saat ia melamar Pergiwati puteri dari Janaka, yang sudah jelas dirinya dan Pergiwati didasari rasa suka sama suka, bahkan Janaka pun menerima lamarannya, tetap saja ditikung oleh Pancawala, putera dari Puntadewa, yang ujung-ujungnya tetap Pancawala lah yang mendapatkan pujaan hatinya. Padahal saat itu, Lesmana dan Pergiwati sempat bercumbu di Taman Kaputren Madukara.

Lesmana stress dibuatnya, entah kenapa tekanan demi tekanan terus datang dan semakin berat ketika usianya bertambah tua. Kini usianya sudah menginjak dua puluh sembilan tahun, dan ia tak kunjung menikah. Duryudana sebagai Ayahnya terus mendesak Lesmana untuk segera menikah, namun nyatanya hanya tampan saja tidak cukup. Kalau dipikir, Lesmana juga termasuk golongan menengah ke atas, tapi tetap saja kalah saing dengan keluarga Pandawa.

***

Antasena membuka pintu kamarnya dengan pakaian rumahnya. Kaos polos dan celana pendek sudah melekat dengan karakternya. Saat Antasena membuka pintu keluar, pandangannya bertemu dengan Astrajingga yang sedang menyirami tanaman.

"Eh, Den, mau kemana?" tanya Astrajingga ramah kepada majikannya.

"Ke warung bentar," jawabnya dengan nada celelekan dan polosnya.

AntasenaWhere stories live. Discover now