Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
"Tiga hari." Mendengar itu, pria itu pun menatap Lunaby terkejut. "Tiga hari?"
Lunaby mengangguk, "Apa itu terlalu lama?"
"Orang Tuaku membutuhkan dua setengah bulan, untuk mendapatkan izin tinggal di sini."
"Kamu sudah lama berada di sini?"
Pria itu mengangguk, "Beberapa tahun."
"Robert."
Lunaby menoleh, menatap penuh tanya ke arah pria yang baru saja menyebutkan namanya itu. "Nice to meet you, Robert."
"Nice to meet you too, No Name."
Lunaby tertawa. Wanita itu sebenarnya masih ragu untuk memberitahu namanya ke publik begitu saja, tetapi melihat Robert yang baik kepadanya, Lunaby pun menjawabnya. "Sam."
"Just Sam?" tanya pria itu dengan bingung. Lunaby terkekeh dan mengangguk, "Just Sam."
"Well Sam, karena kamu pendatang baru di kota ini, apa kamu ingin mengelilingi pulau ini denganku?"
Lunaby menaikkan alisnya, "Kamu tidak takut denganku?"
Robert menggelengkan kepalanya, "Dan kenapa aku harus takut? Sam, pulau ini adalah pulau khusus, dan tidak mungkin sembarang orang bisa masuk."
Apa yang dikatakan oleh Robert adalah benar, tidak mungkin pulau ini menerima sembarang orang untuk masuk ke dalamnya. "Sekarang?"
"Iya, sehabis kita belanja. Kamu bisa meletakkan belanjaanmu di mobilku selama kita berkeliling."
Karena tidak memiliki kesibukan lain dan juga dirinya yang sudah hampir mati kebosanan, Lunaby pun menerima ajakan Robert. "I'm down."
_____
"Kenapa sepi sekali?"
Robert tersenyum dengan bangga, ketika mobil yang ia kendarai terparkir dengan rapih di tepi jalan yang berada di pantai tempat mereka saat ini berada. "Pantai ini dulunya merupakan properti pribadi, hingga tahun lalu seseorang membelinya dan merubahnya menjadi pantai untuk publik."
Lunaby mengangguk paham, pantai yang saat ini sedang ia datangi merupakan pantai yang sangat bagus. Bibir pantai yang sangat panjang, pasir yang bersih, serta laut biru yang berada di hadapannya seakan menjadi nilai tambahan bagi pantai ini.
"Pasti belum banyak yang mengetahuinya ya, kalau pantai ini sekarang menjadi untuk publik?" tanya Lunaby yang dibenarkan oleh Robert.
"Pemiliknya tidak membuat pengumuman saat perubahan status pantai ini diresmikan, jadi hanya beberapa warga saja yang tahu kalau pantai ini sebenarnya gratis dan untuk publik." jelas Robert.
Lunaby menatap ke arah laut dan memejamkan matanya, membiarkan terpaan angin menerpa wajahnya. "So calming."
"Sangat. Tempat ini menjadi destinasi pertamaku apabila aku membutuhkan ketenangan."
"Aku menyukai tempat ini."
Robert menoleh dan tersenyum lebar, "Glad you like it here, Sam."
Setelah menghabiskan waktu duduk di pinggir pantai sembari menyaksikan matahari terbenam, Lunaby pun memutuskan untuk menyudahi kegiatan mereka dan pulang. Langkah Lunaby yang hendak pergi ke mobil Robert pun terhenti, ketika pria itu memanggilnya.
"Sam."
"Ya?"
"Apa kamu lapar?"
Lunaby sudah akan menggelengkan kepalanya, jika saja perutnya tidak berbunyi. Lunaby mengalihkan wajahnya ketika Robert tersenyum. "Ayo kita makan malam."
"Aku akan pulang ke hotel saja."
Robert mengernyit, "Aku akan menjadi sangat brengsek, apabila memulangkan wanita dengan kondisi lapar."
"Come on Sam, anggap saja sebagai ungkapan terima kasihku karena sudah mau menemaniku ke tempat ini."
"Aku yang seharusnya berterima kasih untuk itu." balas Lunaby.
"Aku tahu restoran seafood yang lezat tapi terjangkau di pulau ini." ujar Robert yang membuat Lunaby bingung. "We all know how expensive the lifestyle in this island, Rob."
Robert mengangguk seraya bergerak mendekat ke arah Lunaby, dan berdiri tepat di hadapan wanita itu. "Aku tahu, dan karena itu aku akan mengajakmu ke tempat yang menurutku sangat worth to try."
Lunaby belum menerima tawaran yang Robert berikan, tetapi mendengar perutnya yang kembali mengeluarkan suara, Robert pun membuat keputusannya sendiri. Pria itu menarik lembut tangan Lunaby, dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
"To the best seafood restaurant we go." ujar Robert yang dibalas dengan kekehan Lunaby.
_____
Kening Lunaby mengerut, ketika menyadari mobil yang dikendarai Robert masuk ke dalam komplek perumahan elite yang berada di pulau tersebut. Bertepatan dengan Lunaby yang hendak bertanya, Robert justru menghentikan mobilnya ketika mereka sudah berada di sebuah pekarangan rumah mewah, yang membuat Lunaby mengurungkan niatnya.
"Kita sampai."
Lunaby menoleh, menatap Robert dengan penuh pertanyaan. "This isn't a restaurant."
Robert tersenyum, "Memang bukan, tetapi di dalam sana ada koki dari sebuah restoran seafood yang masakannya sangatlah lezat."
"Ini rumah siapa?"
Robert membuka pintu sisi Lunaby, dan melepaskan sabuk pengaman wanita itu. "Rumah Orang Tuaku, let's go inside."
Lunaby kembali masuk ke dalam mobil Robert, ketika ia mendengar siapa pemilik dari rumah mewah di hadapannya ini. Sementara Robert yang melihat pergerakan Lunaby mengernyit bingung, "Kamu kenapa?"
"Aku lebih baik pulang, aku tidak ingin bertemu kedua orang tuamu."
"Kamu tenang saja, Orang Tuaku sangat baik, kamu akan menyukainya."
Lunaby menggeleng, "Antarkan aku pulang, Rob."
Robert membuang napasnya kasar, "Kali ini saja, please? Aku hanya ingin mengungkapkan rasa terima kasihku, dan satu-satunya masakan yang aku sukai di pulau ini adalah masakan koki rumahku."
"Kamu tidak perlu takut bila bertemu Orang Tuaku, mereka sangatlah baik."
"Tetapi aku hanyalah orang baru yang baru saja kamu kenal tadi sore, Robert."
Robert terkekeh, "Sam, kedua orang tuaku bahkan sudah mengajak tetangga baru kami keluar Negeri bersama. Orang baru atau bukan, mereka akan menerimamu dengan baik."
"Tetapi Rob—" ucapan Lunaby terpotong oleh Robert, usai pria itu mengecek jam di pergelangan tangannya. "Sudah waktunya makan malam Sam, aku sangat yakin kita tidak akan memakan hidangan makan malam apabila kamu terus seperti ini."
"Anggap saja ini sebagai welcome treats dari keluargaku karena kamu kini sudah menjadi bagian dari Fisher Island, welcome home."
Lunaby membuang napasnya kasar. Wanita itu sempat melirik kembali ke arah rumah mewah tersebut, sebelum menganggukkan kepalanya dan menerima ajakan Robert.
____________________ happy vals day yall <3
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.