16

700 21 0
                                    

Typo bertebaran gengs

Happy reading

Ana menatap kaget, sosok Grey dengan penampilan yang lumayan rapih itu.

Beberapa saat yang lalu, gadis berkaos putih itu memang membuka pintu karena terus diketok. Tidak disangka, bahwa cowok yang sangat ia rindukanlah pelakunya.

"Kamu boleh marah atau benci sama saya. Tapi, untuk sekarang kamu harus mau luangin sedikit waktu. Kita perlu selesain sesuatu," ucap Grey, dengan tatapan yang tidak lepas dari manik mata milik Ana.

Ana mengangguk patuh, menahan dengan kuat keinginannya untuk memeluk Grey.

"Kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Grey, yang kini duduk di tepi ranjang dan berhadapan dengan Ana.

"Ga mungkin aku yakin Grey! Kamu tau, aku udah kayak orang gila yang berusaha buat ketemu kamu. Aku panik pas tau kamu kecelakaan, aku juga ngerasa bersalah sama apa yang aku lakukin ke kamu di club. Tapi, dengan entengnya kamu ngilang. Kamu lepasin aku seolah-olah kita ga ada harapan lagi," balas Ana, dengan suara bergetar namun masih menahan tangisnya.

"Dan kamu permainkan pernikahan ini sebagai umpan. Iya?" tanya Grey dengan nada serius, membuat Ana sedikit menciut.

"Aku terpaksa Grey! Aku ga tau harus apa, kamu selalu nunjukin semua tanda-tanda kalo kamu juga punya rasa yang sama kayak aku. Tapi apa? Kamu sama sekali ga berusaha buat kita. Kamu ninggalin aku, disaat aku hampir gila dengan perjodohan sialan ini. Kamu main tarik ulur, aku bahkan ga yakin kamu serius suka sama aku atau itu cuman sandiwara kamu aja,"

Grey menatap gadisnya dengan tatapan tidak percaya. Ada kemarahan dalam tatapan itu, tindakan Ana sangat salah menurutnya.

"Itu egois Ana! Kamu mikirin gimana nanti om Arya sama tante Amela menghadapi ini semua? Apa mereka ga kecewa sama kamu?" ucap Grey, dengan sedikit membentak.

"Aku ga peduli Grey! Kamu selaku ngelakuin semuanya sesuka kamu. Kamu datang, dengan sikap manis dan posesif kamu yang selalu bikin aku luluh. Tapi, kamu justru pergi disaat aku butuh kamu dan disaat aku lagi berjuang untuk bisa sama kamu. Kamu jahat, kamu cuman mau mainin aku aja kan?" jawab Ana, masih menahan tangisnya walau sudah sangat pecah.

"Kamu pikir saya ga pernah mikir tentang ini semua? Kamu pikir saya diem aja pas tau kamu dijodohin? Kalau saya ga mikirin soal kelanjutan hubungan kita, ga mungkin malam itu saya mukul Alex. Kamu tau, saya bahkan hampir lepas kendali dan kecelakaan. Ana, saya di posisi sulit juga. Saya harus mempertahankan dua status yang sama-sama berarti dalam hidup saya. Kamu, orang yang saya cinta sekaligus sepupu saya. Dan Alex, sahabat yang bahkan udah seperti saudara buat saya. Kamu kira saya bisa kayak kamu? Saya bisa bebas ngelakuin apapun tanpa mikirin konsekuensinya? Ana, saya punya Hwarang dan saya juga punya kamu. Apa saya harus benar-benar ngikutin kegilaan saya, supaya kamu mau percaya kalau saya juga lagi berusaha?" jelas Grey panjang lebar.

Tepat saat Grey berhenti menjelaskan, airmata Ana membasahi pipinya. Tangisnya pecah dalam dekapan hangat Grey. Punggungnya bergetar karena menangis.

"Saya sayang sama kamu Ana! Saya cinta sama kamu, saya bahkan udah gila karena status kita. Tapi saya mohon, jangan pernah ninggalin saya. Saya ga siap liat kamu sama yang lain, saya bahkan belum berusaha dengan baik buat jadiin kamu pendamping saya. Mau kan nunggu saya?" ucap Grey, langsung diangguki oleh Ana.

Grey mungkin mengutarakan perasaannya dengan cara yang aneh. Dan mungkin karena Ana yang terus memojokkan dirinya sejak tadi. Tapi, ketahuilah bahwa cowok itu benar-benar serius akan ucapannya.

***

Annyeong!!!

Yuhuuu, double up guys

Jgn lupa voment yah

Enjoy!!

See yaa

Hwarang's

 [Wellington's 1] MY POSSESIVE GREYWhere stories live. Discover now