Ketika hasilnya keluar, kekhawatiran para dokter yang menangani Panca terbukti; Panca mengalami cidera kepala menengah. Bagian dalam tengkoraknya mengalami perdarahan dan menekan pembuluh-pembuluh darah penting, kalau tidak ditangani, Panca akan mengalami stroke dan kehilangan kemampuan motorisnya, atau kalau sudah terlalu parah, kehilangan nyawa.

Hanya satu yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Panca; mereka harus membuat Panca berada dalam keadaan koma.

Saat koma, metabolisme dan peredaran darah dalam otak menurun. Saat itu, diharapkan bagian yang cidera bisa berangsur memulihkan diri karena fungsi-fungsi yang lainnya berkurang.

Setelah luka di perutnya ditangani, Panca akan memasuki ICU dan kalau diberi izin oleh keluarga atau ahli waris, propofol akan dimasukkan  ke dalam selang infusnya secara bertahap.

Sore itu, 11 November pukul 15.55, rumah sakit menelepon pengacara yang mewakili Rezeki Pandansari, meminta konfirmasi tindakan penyelamatan jiwa.

Pukul 16.13, pengacara Panca menelepon Hanan.

Pukul 16.20, Hanan menelepon Dara.

Pukul 16.45, Panca Rahman secara resmi memasuki koma medis.

Setelah perangkat EEG di samping ranjang rumah sakitnya menunjukkan aktivitas otak yang mendatar, dokter-dokter yang menanganinya menarik napas lega. Setelah ini, propofol akan terus menerus diinduksi ke dalam infusannya untuk menjaga keaadan komanya.

Kalau semua berjalan lancar, setelah dua minggu luka di kepala Panca mengalami perbaikan dan dia akan sadar secara alami dalam satu dua hari setelahnya.

***

Panca baru membuka matanya di awal bulan April. Cahaya matahari dari luar jendela tersaring vitrase tipis, membuat ruangan putih itu terang, namun tak menyilaukan.

Lidahnya terasa seperti organ asing di dalam mulutnya. Kering, kelu dan teronggok begitu saja. Panca membuka mulut, namun tidak ada suara keluar. Sesuatu terasa tertempel di telunjuknya, dan ketika Panca menekannya dengan tenaganya yang lemah, cahaya merah berpendar.

Panca kehausan. Dia ingin minum.

Tapi ketika perawat datang tergopoh-gopoh datang memasuki kamarnya, Panca sudah kembali kehilangan kesadaran.

Selanjutnya, kejadian itu dikira sekadar kejang bisa, hingga Panca tak sengaja menekan tombol di telunjuknya.

***

Seperti biasa, setiap malam, Dara datang ke rumah sakit tempat Panca dirawat.

Di awal Panca masuk ruang perawatan, perawat memberinya petunjuk untuk mengurus pasien koma; pertama masuk kamar, Dara harus mengumumkan siapa dia dan menyapa pasien. Dara akan bercerita seperti saat pasien masih sadar, karena ada kemungkinan semua yang didengarnya terekam di ingatan. Dara juga bisa melakukan perawatan tambahan lainnya,  menggerakkan lembut sendi-sendi mereka, memotong kuku atau cambang. Perawat yang lebih ahli kemudian akan mengganti posisi baring pasien untuk mencegah dekubitus.

Semua hal itu sebenarnya sudah pernah Dara dengar dan Dara praktikkan. Perawat dari rumah sakit yang merawat ayahnya pun pernah memberi petunjuk yang sama soal perawatan pasien stroke.

Tapi Dara tetap mendengarkan ucapan perawat itu dengan telaten dan takzim, meminta perawat itu mengulanginya di beberapa bagian, memastikan dia memahami segalanya benar.

Mungkin, kalau kali ini dia memahami segalanya dengan benar, melakukan segalanya dengan benar lalu berdoa sekuat tenaga...

....mungkin setelah itu, Panca akan kembali padanya.

Bulan Terbelah DendamWhere stories live. Discover now