18

20.5K 3K 522
                                    


Panca tidak tahu seperti apa kesalahpahaman akan hubungan Farah dan Panca, karena, kembali lagi, Panca tidak peduli.

Tapi kalau orang yang tidak tinggal di Pandanlegi seperti Dara saja tahu...

Kalau yang salah paham orang lain, Panca tak peduli.

Hanya saja, ini Dara.

Panca tidak mau Dara salah paham, terutama kalau Dara salah paham tentang Farah.

"Farah tidak akan sedih, karena kami tak punya hubungan apa-apa. Aku berhubungan baik dengan semua anak-anak Pak Hashim, itu saja."

Dara menoleh ke arah Panca, lalu satu sudut bibirnya naik perlahan.

Panca menatap Dara singkat, sebelum kembali menghadap jalan. "Benar!" kata Panca sebelum tertawa kecil. Panca tidak ingat kapan dia begitu ingin orang lain percaya akan apa yang dia katakan. Biasanya, Panca tidak peduli.

Dara ikut tertawa, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Panca menatap Dara. "Kalau kamu, bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Ada yang marah kalau kamu pergi sama aku begini?"

Alih-alih menjawab, Dara tertawa terbahak-bahak.

"Kok ketawa sih?" tanya Panca.

Dara mengusap air mata di sudut matanya. "Nggak apa-apa sih, cuma aku merasa itu bahasa anak smp banget," kata Dara, sisa tawa masih terdengar dari suaranya. "Lagian kenapa sih kita malah bahas ini? Eh, salahku juga sih kan aku yang mulai ya..."

Panca menggeleng. "Nggak apa-apa, aku suka kok.. aku suka kita bahas ini."

Dara menghela napas. "Tapi aku nggak suka."

"Kenapa?" kejar Panca. "Bukannya ini bagus? Suatu hubungan sebaiknya didasari kejujuran—"

Dara kembali terkekeh. "Kalau gitu, untung saja kita tidak punya hubungan apa-apa," kata Dara, tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya saat dia menekankan soal tidak punya hubungan apa-apa. "Karena hidupku sudah terlalu banyak kebohongan. Mau jujur pun aku bingung harus mulai dari mana."

***

Panca orang yang sangat kaku dan hitam putih.

Menurut Panca, kalau perempuan bilang tidak, artinya memang tidak.

Perempuan-perempuan yang dia kenal seperti Dara, Bu Ika, Farah, juga pegawai-pegawai perempuan di perusahaannya, seluruhnya selalu tegas, cerdik, tahu persis apa yang baik untuk mereka sendiri.

Panca tidak percaya soal jinak-jinak merpati. Tidak percaya bahwa ada perempuan yang sengaja menjauh sebagai sinyal agar lelaki mengejar.

Istilah jinak-jinak merpati hanya akan membuat banyak masalah lain semacam penguntitan, pemaksaan atau penganiayaan ketika cinta lelaki ditolak.

Meski apa yang terjadi di antara mereka sepuluh tahun yang lalu bukan sesuatu yang resmi, bukan hubungan yang romantis, dan mungkin Dara juga tak menganggapnya sebagai hal yang penting, tapi Panca tahu, saat Dara memang menerima seseorang dalam hidupnya, Dara akan memastikan orang itu tahu, sikap yang ditunjukkan Dara terang dan jelas.

Kini, mendengar Dara terang-terangan berkata bahwa mereka tidak punya hubungan apa-apa membuat Panca merasa sedikit pahit.

Tidak hanya itu, Dara juga secara tersirat menutup pintu kesempatan dengan mengatakan bahwa mereka tidak mungkin punya hubungan lebih jauh karena secara prinsip mereka berbeda. Panca percaya bahwa kejujuran jadi dasar hubungan yang kuat, sementara hidup Dara penuh kebohongan.

Bulan Terbelah DendamWhere stories live. Discover now