17

19K 2.8K 187
                                    

Mobil yang dikendarai Panca sudah keluar dari jalan kecil panjang yang memisahkan rumah Verro yang luas dari peradaban di sekelilingnya.

Kini, mereka mulai melewati jalan kabupaten menuju langsung ke Semarang.

Jalanan terlihat kosong. Hanya terlihat sedikit mobil Elf berplat kuning yang berlalu-lalang. Mobil Colt pengangkut sayur-mayur lebih jarang lagi, pertanda sebentar lagi sudah jam tujuh pagi, dan jam-jam sibuk Pandanlegi sudah nyaris berakhir.

Selama beberapa waktu, tidak ada yang bicara.

Baik Panca maupun Dara sama-sama menatap lurus ke depan, Dara dengan tas di pangkuannya sementara Panca mengemudikan mobil dengan pembawaan tenang.

Kesunyian di antara mereka bukan jenis kesunyian canggung, lebih seperti dua orang pendiam yang sedang duduk bersama.

Masing-masing duduk dengan nyaman, tahu bahwa orang yang berada di dekat mereka juga merasa nyaman, tidak ada yang merasa harus membuka obrolan tanpa diperlukan.

Tapi Dara dan Panca memang seperti itu.

Seperti saat Dara tanpa banyak bicara menunggui Panca mencangkul tanah di sore berhujan.

Seperti Panca tanpa banyak bicara menemani Dara yang menunggui Lintang belanja untuk Verro.

Dunia boleh bising, boleh penuh muslihat, tapi kala dua anak manusia menemukan kedamaian dan ketenangan pada satu sama lain, mereka cenderung akan melakukan segalanya untuk tetap bersama.

Karena ketenangan dan kedamaian hanya awal mula. Selanjutnya jadi pengertian, penerimaan dan kelapangan...

Jika dua orang ini berpisah, akan ada satu pihak yang masih sering tersengat perasaan rindu, dikungkung perasaan mendamba...

Pada akhirnya, rindu dan damba jadi campuran yang mujarab untuk melupakan alasan perpisahan, tak peduli sepahit apa pun alasannya dahulu...

***

Panca selalu menganggap dirinya sebagai orang yang hati-hati dan penuh perhitungan.
Tapi entah sejak kapan—mungkin sejak sore itu, ketika Hanan mengatakan padanya bahwa ada Dara di Pandanlegi—sedikit demi sedikit hidup Panca mulai diisi oleh kenekatan.

Tadi itu Panca nyaris saja merangsek maju, memaksa agar Verro menjawab pertanyaannya.

Apanya yang persis?

Persis bukan kata yang begitu saja dilemparkan hanya untuk mengatakan sesuatu yang sedikit mirip... Persis merupakan kata pengganti untuk hampir sama, 11-12, bagai pinang dibelah dua, dan seterusnya.

Verro jelas tahu sesuatu, tapi menolak untuk mengatakannya.

Verro juga bukan Wiku, yang bisa Panca suruh untung menghadap ke kantornya lalu menurut saja saat Panca meminta penjelasan.

Kalau saja masalahnya sesederhana keluarga Bayu menganiaya dan menelantarkannya, Panca sudah siap untuk melupakan dan memaafkan...

Tapi bukannya semakin mendapat kejelasan akan kejadian sepuluh tahun, Panca malah makin merasa segalanya jadi tampak buram... ada yang terasa mengganjal, seperti potongan puzzle yang salah tempat.

Panca selalu bersiap dan waspada, kalau-kalau suatu waktu dia bisa menemukan satu saja orang yang bisa membuat Panca mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Kewaspadaan Panca sudah mencapai taraf paranoid... karena, bagaimana kalau bukan dia yang harus melupakan dan memaafkan?

Bagaimana kalau Panca-lah yang ternyata harus minta maaf dan minta pengampunan? Bagaimana kalau apa yang terjadi sepuluh tahun lalu memang tidak sesederhana itu?

Bulan Terbelah DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang