11

20.5K 3.1K 260
                                    

Wiku tidak tahu kenapa dia dipanggil ke gedung utama saat jam kerjanya berakhir dua jam lagi.

Sebagai perusahaan agrobisnis, Rezeki Pandansari hanya memiliki satu bangunan utama sebagai pusat administrasi sementara rumah kaca, gudang-gudang, pengemasan berada di bangunan yang terpisah-pisah. Alih-alih seperti kantor desain milik Verro yang berada dalam satu lokasi, Rezeki Pandansari lebih mirip seperti bangunan kampus yang berdiri sendiri.

Wiku sudah tiga tahun mengepalai gudang vanila. Pekerjaannya amat sibuk karena gudangnya merupakan penghentian pertama buah vanila pasca dipanen, sebelum dilakukan pelayuan, fermentasi, pengeringan, dan pemeraman. Buah vanila adalah usaha inti Rezeki Pandansari. Hasilnya akhirnya berupa biji, ekstrak dan buah kering dijual untuk memenuhi kebutuhan bakery-bakery ekslusif dalam negeri, sisanya baru diekspor.

Pekerjaan Wiku selalu sempurna. Wiku sudah berpengalaman dan tidak membutuhkan banyak intervensi dari kantor pusat, dia lupa kapan Panca khusus memanggilnya secara pribadi ke kantornya sore-sore begini.

Biasanya Wiku hanya bertemu Panca dalam rapat antar unit usaha atau rapat koordinasi.

Wiki mengetuk pintu ruang kantor Panca satu kali, sebelum terdengar suara Panca yang teredam dari dalam, menyuruhnya masuk.

"Sore, Pak Panca," kata Wiku, saat dia baru masuk kantor Panca, menutup pintu di belakangnya.

Panca sedang duduk di sofa kulit, jelas menunggu kedatangan Wiku. Dokumen terbuka di pangkuan pria itu, kacamata bertengger di hidungnya.

Saat Wiku berjalan mendekat, Panca menutup dokumen yang dia baca dan meletakkannya di meja rendah di hadapannya. Panca juga melepas kacamatanya dan meletakkannya di meja.

Panca bangkit dari duduk, tangannya terulur lebih dahulu, menunggu jabatan tangan Wiku.

Banyak orang yang mengagumi Panca karena kekayaannya, tapi bagi Wiku, Panca lebih dari itu.

Panca amat tegas dan adil, sopan dan berprinsip.

Melesatnya Rezeki Pandansari sebagian besar terjadi karena keberuntungan.

Panca merintis bisnis vanili di saat yang tepat, dua tahun sebelum bencana alam melanda Madagaskar yang menyebabkan langkanya vanilla premiun dunia.

Jika di tahun-tahun sebelumnya harga vanila dunia berkisar di harga 980.000 rupiah per kg, tahun itu harganya melejit menjadi tujuh juta rupiah per kg.

Tapi kalau hanya mengandalkan keberuntungan, mungkin sampai di situ saja perkembangan Rezeki Pandansari. Sebaliknya, saat vanilla kemudian stabil, perusahaan pasti akan kembali terpuruk.

Tapi kegigihan dan keuletan Panca memungkinkan Rezeki Pandasari untuk selalu berekspansi dan meraksasa seperti sekarang. Keuletan Panca untuk menambah lini usaha sebagai distributor rempah, supplier bumbu untuk perusahaan FMCG, membuat kebun hidroponik dan pembibitan tanaman hias terbukti sukses.

Selain ulet, Panca juga jeli dan adil. Pria itu selau meletakkan orang yang tepat di tempat yang tepat, mengganjarnya sesuai berat ringan pekerjaan.

Itulah mengapa Wiku yang jadi kepala gudang vanili. Secara pendidikan, masih banyak yang berasal dari universitas ternama dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tapi Wiku yang dianggap paling memiliki kompetensi karena ayahnya merupakan petani vanili tradisional. Wiku punya bakat natural untuk mengatur keadaan gudang hingga menghasilkan buah vanila dengan kualitas tertinggi.

Begitu pula yang mengepalai usaha bumbu, usaha hidroponik, dan usaha Rezeki Pandansari lainnya. Panca secara pribadi masih terlibat dalam pemilihannya. Kini, Wiku bisa melihat bahwa atasannya itu kini tak terlalu merisaukan soal perkembangan usaha karena hampir semuanya bisa berjalan sendiri.

Bulan Terbelah DendamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora