27

22.1K 3.1K 214
                                    

Maybe some moments weren't so perfect
Maybe some memories not so sweet
But we have to know some bad times
Or our lives are incomplete
Then when the shadows overtake us
Just when we feel all hope is gone
We'll hear our song and know once more
Our love lives on
-

How Does A Moment Last Forever - Celine Dion

***

Dara mengeratkan jaket yang dia kenakan, angin lembah yang berembus terasa menggigit. Dia mengambil cangkir teh di meja di dhadapannya. Tehnya sudah dingin, tapi Dara tetap menyesapnya.

Restoran itu memiliki ciri-ciri khas restoran outdoor yang dibangun untuk menarik wisatawan, dibangun di sisi bukit yang dikeruk, dipasangi tiang-tiang beton dan dicor.. Tidak seperti menu-menu Restoran Mbak Jengket yang super sedap dan berbumbu medhok, orang datang ke sini untuk pemandangannya.Menu makanannya sendiri tak jauh-jauh dari roti bakar, mie instan, kentang goreng, teh hangat dan minuman serbuk rasa jeruk. 

Dari tempat Dara duduk, terlihat ladang terhampar sejauh mata memandang, keliuk jalan dan genting rumah-rumah aneka warna terlihat kecil.

Restoran ini luar biasa penuh kala akhir pekan, namun senyap pada hari Selasa seperti sekarang. Ideal untuk membuat janji temu dengan Fadlan.

Dara menolehkan kepala ke arah salah satu meja, mengecek kehadiran Hanan di sana. Kebetulan sekali, Fadlan baru melangkah masuk melewati meja kasir. Lelaki itu mengangguk pada Hanan yang berdiri sembari membalas anggukan Fadlan. Melewati meja Hanan, Fadlan lalu berjalan lurus menuju meja Dara.

Angin lembah yang dingin berembus sekali lagi. Dara kembali memeluk dirinya sendiri. Tangannya baru dilepaskan saat Fadlan sudah berdiri di hadapannya.  Dara berdiri sejenak, mempersilakan Fadlan duduk. Setelah Fadlan duduk, barulah Dara duduk.

Dara mengamati sejenak wajah Fadlan. Meski sudah merasakan aneka kesulitan hidup karena lelaki muda ini, Dara tidak pernah benar-benar berhadapan dengannya.

Mata Fadlan bening kecoklatan. Hidungnya bangir, rambutnya sedikit bergelombang dan kulitnya bersih. 

Kalau sedang terlihat kesetanan seperti yang dialami Fadlan beberapa hari yang lalu, ketampanannya sama sekali tak terlihat. Tapi di siang hari yang sedikit mendung seperti ini, ketika ekspresinya terlihat beradab, Dara bisa melihat kesamaan Fadlan dengan Farah. Keduanya memiliki paras yang sungguh rupawan. 

"Mau pesan sesuatu?" tanya Dara, setelah Fadlan duduk.

"Tidak perlu. Katakan apa yang ingin kamu katakan, lalu aku bisa pulang. Aku masih punya banyak urusan." Suara Fadlan ketus, tapi Dara sudah memperhitungannya. Dara hanya mengangguk mendengar jawaban itu.

"Aku ingin menawarkan perdamaian, untuk kebaikan Hellraisers dan Pandanlegi."

Dahi Fadlan berkerut. "Menawarkan? Kamu pikir kamu siapa? Kamu cuma tamu di sini. Penduduk sini juga bukan."

Dara hanya tersenyum tipis. Tak perlu ngegas Bung, memang siapa juga yang mau jadi penduduk Pandanlegi...

Dara menunduk sedikit, mengambil kantung kertas coklat yang sudah dia siapkan di dekat kakinya.

Dara minta dijemput Hanan sejak pukul enam pagi ini demi isi kantong coklat ini. Sejam lalu setelah Dara yakin yang dia perlukan sudah lengkap, barulah dia berani mengajak Fadlan bertemu.

Bulan Terbelah DendamWhere stories live. Discover now