Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Gerald merintih, merasakan perutnya yang teramat sakit karena tendangan dari Dominic. Pria itu ingin membela diri, namun sangat sulit rasanya ketika Dominic yang terus memukulnya, ditambah dengan kondisinya yang masih merasakan jetlag akibat penerbangan dari Inggris ke Amerika.
"Putrimu bercinta dengan pria lain, Gerald yang menjadi korban di sini, Dom!"
Dominic menatap Marcella dengan terkejut, "Kamu membelanya, dan menyalahkan putri kita, Macy?!"
"Kamu melihat sendiri video tersebut, Dom! Kamu sendiri yang mengatakan bahwa putrimu sudah dijebak, dan menurutmu apa Gerald sekeji itu untuk menjebak wanitanya sendiri?!" jawab Marcella dengan emosi. "Otakmu di mana?!"
"Tetapi kalau dia bisa menjaganya, Luna tidak mungkin berakhir dijebak dan video itu tidak mungkin ada, Marcella!"
Napas Marcella tercekat. Ini pertama kalinya Dominic membentaknya setelah sekian lama. Kaiden Wilhalm yang baru saja memarkirkan mobilnya di pelataran rumah kedua orang tuanya pun berlari menghampiri mereka. "Dad!"
"Gerald, let me help you." ujar Kaiden sembari membantu mengangkat tubuh Gerald.
"Dad kau menghajar Gerald karena video asusila Luna tersebar? Apa Dad tidak melihat siapa pria di dalam video itu?" ujar Kaiden dengan tubuh lemah Gerald yang berada di rengkuhannya.
"Dad yang seharusnya kau salahkan adalah putrimu! Luna bermain dibelakang Gerald, dan Gerald yang kau pukul?" tanya Kaiden dengan nada sinis.
Dominic tertawa sinis, "Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua? Kalian justru membela pria ini dibandingkan putri dan adik kalian sendiri?!"
Kaiden sudah akan membalas perkataan ayahnya, tetapi melihat gelengan kepala dari Ibunya membuat Kaiden mengurungkan niatnya.
"Kaiden, bawa Gerald ke rumah sakit dan obati dia. Aku dan Ayahmu yang akan mengurus kasus Luna."
Kaiden mengernyit, "Kenapa tidak di sini saja? Kalian memiliki dokter pribadi."
Marcella menggeleng, "Gerald bisa mati ditangan Ayahmu, karena kebodohan Ayahmu itu."
"Macy, aku tidak bodoh."
Marcella tidak menggubris perkataan Dominic, wanita tua itu menggerakan tangannya sebagai tanda untuk putranya, yang langsung Kaiden Wilhalm pahami. Kaiden pun dengan tertatah membawa tubuh Gerald ke dalam mobilnya, dan membaawa pria itu ke rumah sakit.
Sesudah mobil putranya pergi dari pelataran rumahnya, Marcella menatap suaminya dengan tajam dan memberikan pria itu ultimatum, sebelum ia pergi meninggalkannya ke dalam. "Aku tidak mengizinkan kamu tidur di kamar kita malam ini."
"Macy?!" jawab Dominic tidak terima, yang sayangnya hanya dianggap angin lalu bagi Marcella.
_____
"Elijah Dawson."
Kaiden yang sedang menyetir menolehkan wajahnya, ketika ia mendengar ucapan Gerald. "Siapa Elijah?"
Gerald mengangguk dengan lirih, "Aku sempat berkenalan dengannya di Paris, dan dia memang tidak pandai dalam menyembunyikan ketertarikannya kepada milik orang lain."
"Kapan video itu dibuat?"
"Di Paris. Glatea mengatakan interior dari hotel tersebut sama dengan interior yang suaminya buat untuk rancangan sebuah hotel di Paris."
"Brengsek." umpat Kaiden. "Kenapa mereka bisa sampai melakukannya?"
"Aku tidak tahu, Kade. Aku jarang berada di Paris selama adikmu melakukan karantina."
"Kau tenang saja, aku tidak akan membela Luna." Gerald menatap Kaiden terkejut, "Semua orang yang sudah mengetahui kasus ini membela adikmu."
"Aku tahu." jawab Kaiden. "Tetapi tindakan Luna tetaplah salah. Sama sekali tidak ada paksaan di dalam video itu. Sorry to say this Gerald, but if you look at the video closely, Luna sama sekali tidak melakukan itu karena paksaan."
"Kau menonton sex tape milik adikmu sendiri, Kade."
Kaiden mengedikkan kedua bahunya, "Aku terpaksa. Aku hanya tidak ingin gegabah dalam menyimpulkan siapa yang benar atau salah."
"Aku malah tidak memperhatikan sikap Luna." ujar Gerald dengan pelan. "Jadi menurutmu, adikmu melakukannya bukan karena terpaksa?"
Kaiden menggeleng, "She even gave him a head."
Gerald menutup kedua telinganya. "Fuck you, Kade."
"Apa kamu tahu di mana Luna saat ini?" tanya Gerald.
"Aku berada di Caracas dari dua minggu yang lalu, dan baru kembali ke Chicago kemarin pagi." jawab Kaiden.
"Kenapa tidak langsung kembali ke Wilmette?"
"Aku masih ada urusan di Chicago."
"Let me guess..." Gerald menganggukkan kepalanya, "Bersama Clara?"
Ketegangan dari tubuh Kaiden menjadi jawaban tersendiri bagi Gerald. Pria itu tersenyum menyeringai. "Clara is a nice woman, Kade. Hanya saja perkara kebohongan Ibunya selama ini membuat ia harus melakukan pekerjaan lain dan membuat citranya menjadi buruk."
"She is." jawab Kaiden. "Luna sudah menceritakan semuanya mengenai Clara kepadaku."
"I can count on you then." ujar Gerald.
"Asal jangan terlalu sering mengajak Clara keluar di jam kantor, atau adikku benar-benar akan memecatnya."
Kaiden tertawa, "Noted, Boss."
"Ge," panggil Kaiden yang membuat Gerald menoleh, "Ya?"
"Aku minta maaf, untuk Luna."
Gerald mengangguk pelan. Karena sejujurnya, Gerald sudah pasti akan selalu memaafkan Lunaby, walau sebesar apa masalah yang akan wanita itu buat nantinya.
____________________ 200 votes malem ini, double up.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.