~53. Rutinitas

7.3K 784 78
                                    

"AAAAAA!!!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"AAAAAA!!!"

"Kamu kenapa sayang?" tanya Zura yang mendengar anak bungsunya ini berteriak.

Geo bangun, menatap mamanya ada di depannya sontak saja ia memeluknya.

"Tenang sayang, jangan takut." Zura mengelus punggung anaknya menenangkan, ia memang sedari tadi ada di sisi Geo karena anak ini yang demam.

"Itu tadi mimpi kan, Ma?" tanya Geo, tapi Zura hanya terdiam.

Geo melepaskan pelukan mereka, ia melihat ke arah lengan kirinya yang diperban. Wajah Geo yang pucat semakin pucat, ternyata bukan mimpi.

"Mama, aku nggak mau ketemu Liam dia psikopat, Ma."

"Jangan gitu sayang, mau bagaimanapun dia kan saudaramu. Papa sudah menasehati biar kakakmu itu tidak melakukan hal itu lagi sama kamu."

"Diakan punya apartement sendiri, usir aja dia dari sini."

"Apa? Usir?!"

Geo menoleh dan melihat Max disana atau Liam? Entahlah, sontak saja ia mendekat ke arah Zura mencari perlindungan.

"Ini Kak Max, maafin Liam ya?" ujar Max memelas, ia tak tahu jika Liam bisa lepas kontrol seperti itu di depan Geo.

"Nggak mau."

Max akan mendekat ke arah Geo, tapi kerah bajunya ditarik oleh Ocean.

"Apasih tarik-tarik?" Max menepis tangan Ocean, enak saja dipikir dia kucing apa.

"Lo, nggak boleh deket-deket adek gue."

Max yang mendengar perkataan Ocean, dia hanya bisa mendengus dan duduk di sofa kamar Geo. Sedangkan Ocean mendekat pada Geo dan memeluk adiknya itu.

"Ini pasti sakit ya? Emang tuh orang nggak ada akhlak, tapi tenang udah kakak kasih dia pelajaran."

Geo menoleh pada Max. Setelah dia lihat-lihat wajahnya babak belur, kasihan juga sih. Di sisi lain Ocean melihat maha karyanya puas, kapan lagi kan dia punya samsak hidup gratis.

"Nggak sadar diri kalau lo lebih parah dari gue," ucap Max pada Ocean dengan sinis. Padahal Liam yang salah, malah dia yang kena getahnya ngerasain sakit dibogem sama orang gila. Untung dia sabar, baik hati, pintar, rajin menabung, dan tidak sombong.

"Parah apanya?" tanya Geo penasaran. Ocean mendengarnya agak panik tapi sebisa mungkin ia mempertahankan raut wajahnya.

"Udah, nggak usah didengerin apa kata demit."

Cup

"Heh nggak usah cium-cium!" protes Geo mendorong Ocean menjauh, lindungilah dia dari setan-setan yang terkutuk.

"Kakak, jangan ganggu adeknya."

"Pusing."

"Kamu tidur lagi aja, nanti siang mama bangunin. Kalian berdua keluar, daripada ganggu adiknya."

GEOCEAN [END]Where stories live. Discover now