Gabriel dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Kalian terlalu cepat menduga suatu hal."
"Maksudmu?"
"Kamu dan Glatea. Kalian cepat sekali mengasumsikan bahwa aku dengan wanita —yang bahkan tidak kalian ketahui siapa, sedang menjalin hubungan." jelas Gabriel.
"Jadi maksudmu, kamu selama ini belum berhubungan sama sekali dengan wanita itu?" tanya Gerald yang dibalas dengan anggukkan kepala oleh Gabriel.
"Apa kamu sama sekali tidak tertarik dengannya?" tanya Gerald.
"Tidak."
Gerald mengangguk pelan, "Aku sebenarnya punya seseorang yang sangat ingin mencoba dekat denganmu, mungkin kamu akan cocok."
"Siapa?"
Gerald tersenyum menyeringai, sebelum menjawab pertanyaan Gabriel. "James, photographernya Atha —argh, Axel!"
"Fuck you, Gerald."
Gerald tertawa lebar, walaupun kepalanya saat ini sangatlah sakit akibat benturan dengan bola basket karena Gabriel yang dengan sengaja melemparnya. "You know what, Xel? Aku rasa kamu perlu memikirkan permintaan Papa."
Gabriel mengernyitkan alisnya, "Permintaan yang mana?"
"Menerima perjodohan yang Papa tawarkan." balas Gerald dengan senyumannya.
Gabriel membuang napasnya kasar, "Aku belum berpikiran hingga ke sana, Ge."
"Kamu sebentar lagi berusia tiga puluh satu tahun, Xel. Mama bahkan sudah memiliki anak tiga, di saat ia berusia sepertimu!"
"Aku... aku terlalu kaku apabila sedang bersama wanita mana pun."
Gerald berdecak, "Kamu hanya perlu mengurangi fokusmu pada pekerjaan, dan membiasakan diri dengan wanita. Xel, kita mewarisi darah Papa dan Mama. Tidak ada dari mereka yang kaku terhadap lawan jenis, well... maybe Papa, tetapi Papa juga menjadi sangat genit terutama kepada Mama. Jadi tidak mungkin kamu akan sekaku itu, Gabby."
Gabriel menatap Gerald tajam. Pria itu sama sekali tidak suka dipanggil dengan nama panggilan dari adiknya itu. "Aku tidak yakin."
"Kamu mengenal wanita yang akan dijodohkan Papa kepadamu?"
Gabriel mengangguk, "She was my junior back in high school."
"Damn, dunia memang sekecil itu." ujar Gerald, pria itu lalu menatap kakaknya dengan penasaran. "Apa menurutmu dia cantik?"
Gabriel tidak langsung menjawab, pria itu sempat mengalihkan tatapannya keseliling lapangan, hingga saat Gerald kembali menegurnya, Gabriel pun mengangguk. "She is."
Gerald tersenyum lebar, "See? Kamu tidak sekaku itu untuk jatuh cinta, Axel."
"Aku tidak jatuh cinta."
"Let's see." balas Gerald dengan seringainya.
Ketika keduanya hendak melanjutkan permainan, Joe yang merupakan kaki tangan dari Alexander Gallagher untuk Manor pun datang menghampiri mereka. "Gabriel."
Gabriel menoleh, menatap Joe dengan datar. "Ada apa, Joe?"
"Suami dari Glatea sudah datang."
Gerald mengerutkan dahinya, "Daxton? Untuk apa pria itu datang ke Manor? Bukankah ia sudah membeli rumah di blok yang sama dengan Manor?"
"Aku yang mengundangnya, ada yang perlu kami bicarakan."
YOU ARE READING
I'm Only Me When I'm With You [COMPLETED]
RomanceCerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik. ⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
I'm Only Me When I'm With You | Chapter 58
Start from the beginning
![I'm Only Me When I'm With You [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/279551011-64-k682373.jpg)