Gerald terkekeh sembari mendribble bola basket yang berada di tangannya. "Menurutmu Xel, apa yang sedang Glatea lakukan saat ini?"
"Aku tidak tahu."
"Apa kau merindukannya?"
Gabriel menatap adiknya dengan datar, sebelum mengangguk. "Kita semua merindukannya, Gerald."
"Yeah, but I miss her most."
"Kau melupakan Daxton." balas Gabriel sembari merebut bola yang ada pada Gerald, hingga bola tersebut kini berpindah ke tangannya.
"Daxton sangat mencintainya ya, Xel?"
Gabriel mengangguk, "Daxton sudah menyukainya sejak Glatea masih kecil, Ge."
Gerald mengernyit, "Mereka baru bertemu saat mereka sudah dewasa, Xel."
"Kita pernah pergi ke California saat kita masih kecil, dan kita mengunjungi satu rumah yang saat itu kau bilang adalah rumah terbaik yang pernah kau lihat."
Gerald terdiam, mencoba mengingat apa yang dikatakan oleh kakaknya. Ketika ia mengingat kejadian yang Gabriel maksud, bibir Gerald pun melebar. "Rumah itu adalah rumah Daxton?!"
Gabriel mengangguk, "Glatea masih sangat kecil saat itu, tetapi aku ingat sekali betapa lebarnya pupil mata milik Daxton ketika ia melihat Glatea."
"Tetapi kenapa saat mereka bertemu lagi untuk yang kedua kalinya, Daxton atau pun Glatea saling tidak mengenal?"
"Daxton hanya mengingat wajah kecil Glatea saja, Ge. Dia tidak pernah bertemu lagi dengan Glatea saat wanita itu beranjak dewasa."
Gerald membuang napasnya berat, "Aku merindukannya, Xel."
"Daxton?"
Gabriel menggeram ketika merasakan lemparan bola basket pada kepalanya. "Fuck you, Gerald."
"Aku sedang serius, Xel!" balas Gerald. "Apa kamu benar-benar tidak tahu, di mana keberadaan Glatea?"
Gabriel terdiam, yang justru membuat Gerald menatapnya curiga. "Xel, apa kamu justru sangat mengetahui keberadaan Glatea saat ini?"
Gabriel masih saja terdiam, hingga teriakan Gerald kepadanya membuat Gabriel menggelengkan kepala. "Tidak, aku sama sekali tidak mengetahui di mana keberadaan Glatea."
"Aku harap kamu serius dengan ucapanmu, karena aku akan melemparkanmu dengan bola basketku jutaan kali, apabila kamu berbohong kepadaku, Axel." ancam Gerald sebelum pria itu kembali memainkan bola basketnya.
"Kenapa tidak mencoba untuk menghubunginya sendiri?" kini giliran Gabriel yang bertanya.
Gerald mengedikkan bahunya. "Dia sedang di dalam masa menghilang dari semua orang. Tidak mungkin bukan, kalau dia menaktifkan nomor ponselnya?"
"Kamu terlalu banyak menonton film, Ge."
"Dari pada kamu, tidak pernah sama sekali." balas Gerald. "Hidupmu terlalu monoton, Xel. Kehidupanmu hanya seputaran perusahaan saja, you should enjoy the world more."
"Aku menikmati hidup ini, Ge. Hanya saja aku tidak perlu mengumbarnya kepadamu, bukan?"
Gerald berdecak, "How is she?"
Gabriel mengerutkan dahinya, "Siapa?"
"The Venezuelan Girl." jawab Gerald "Kamu bersamanya, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Only Me When I'm With You [COMPLETED]
RomanceCerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik. ⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
I'm Only Me When I'm With You | Chapter 58
Mulai dari awal
![I'm Only Me When I'm With You [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/279551011-64-k682373.jpg)