Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Ellena tersipu malu, "Tidak masalah, aku yang seharusnya meminta maaf. Ayahnya kedua putraku ini memang sering tidak tahu tempat."
"Moglie, you're the one who flirted first." balas Suami Ellena.
Ellena menggelengkan kepalanya, "Sayang, sepertinya Marco tadi mencarimu."
Pria itu menaikkan satu alisnya, "Marco sedang bersama Ivanna, dia tidak mungkin mencariku, Moglie."
"Matthew sebentar lagi akan pulang, kamu lebih baik kembali ke dalam sebelum anak itu mencarimu."
"Matthew akan membawa Camille ke sini, bukan? Jadi aku sangat yakin, putra kita yang satu itu juga tidak akan mencariku." balas Suami Ellena.
Ellena berdecak kesal, "Kamu kenapa tidak mengerti maksudku sama sekali sih? Aku ingin berbicara dengan Luna, girls only."
Suami Ellena mendesah pasrah, "Kamu tinggal mengatakan kalau kamu ingin berbicara dengan Luna tanpa perlu berbicara mengenai kedua putra kita, Moglie."
"Aku minta maaf. Jadi, apa aku bisa berbicara berdua dengan Luna?"
Suami Ellena mengangguk, dan bangkit dari posisinya setelah mencium bibir Ellena. "Have fun, you two."
"Jangan hiraukan Suamiku, dia memang seperti itu." ujar Ellena kepada Lunaby.
Lunaby tersenyum, wanita itu lalu mengambil duduk di hadapan Ellena, setelah wanita berusia lima puluh empat tahun itu memintanya untuk duduk. "Kalian sangat mendambakan."
Ellena terkekeh, "Apa yang kamu lihat hanya beberapa menit saja, Luna. Faktanya, aku bersama dengannya selama dua puluh delapan tahun, dan hubungan kami tidak selalu berada di dalam kebahagiaan."
"But you guys survived for the pas twenty eight years, that's wonderful."
"Aku saja tidak percaya bahwa aku bisa bersama dengannya selama hampir dua puluh delapan tahun." balas Ellena dengan tawanya.
Lunaby mengerutkan dahinya, "Memangnya apa yang membuat Auntie tidak percaya?"
Ellena tersenyum, "I was a player, Luna."
"Aku bermain dengan pria mana pun sesukaku, bahkan aku bisa menjalin hubungan dengan pria yang berbeda dengan pria yang bersamaku di ranjang di setiap malamnya. It was really that bad, if you think that shit wasn't that bad."
"Aku bahkan pernah berhubungan dengan seorang pria tua yang sudah memiliki cucu, hanya karena ia berhasil mengelabuiku dengan wajah dan keperkasaannya." lanjut Ellena dengan tawanya.
"Aku tidak pernah percaya dengan sebuah pernikahan saat itu, Luna. Aku berpikir, bagaimana bisa seseorang puas hanya bermain dengan satu pria untuk seumur hidupnya? Aku tidak akan bisa melakukannya." ucap Ellena, "Aku selalu berucap seperti itu, sampai akhirnya aku menyadari perasaanku dengan Suamiku, and I got the karma."
Lunaby tersenyum, "That must be a good karma."
Ellena tertawa seraya menggelengkan kepalanya, "I thought. But turned out it wasn't. Butuh banyak sekali perjuangan yang harus kami lalui, sampai akhirnya aku bisa berjalan di atas altar sembari mengalungkan tanganku di lengan Alex, dan berjalan menuju ke tempat di mana pria yang aku pilih dan cintai sedang berdiri menungguku."
"Perjuangan untuk bersama, perjuangan untuk meyakinkan diriku bahwa aku pantas dan layak untuk menjalani kehidupan pernikahan, dan perjuangan untuk meyakinkan Suamiku bahwa ia tidak salah memilih, begitu pun aku."
Ellena menatap Lunaby yang sedang mendundukkan wajahnya, "Luna, aku melihatmu dan Gerald saat ini sama seperti aku melihat hubunganku dengan Suamiku dulu, tetapi kebalikannya."
"Gerald mengingatkanku atas aku yang dulu. Bermain pria, tidak pernah serius dalam berhubungan, tidak dipercayai orang, dan akhirnya bertemu kembali denganmu."
Ellena tersenyum, "Aku pikir dulu saat aku menyadari perasaankku kepada Suamiku, perasaan itu hanyalah perasaan sesaat. Aku berpikir bahwa aku mungkin saja meraskan kebosanan, setelah beberapa tahun menikah. Aku sudah siap menghadapi masa itu, bahkan menghadapi resiko yang ada apabila aku benar-benar melakukannya. But as the time goes by, aku tidak pernah sama sekali, mendapatkan perasaan itu."
"I fell for him —My Husband, and I fell for him even more and more everyday, after we got married." lanjut Ellena dengan senyumannya.
Melihat itu, Lunaby sangat mengetahui betapa bahagianya perasaan Ellena saat ini. Dan Lunaby senang akan itu.
Ellena menyeka air matanya yang perlahan mulai turun, "Semenjak aku melahirkan Matthew, aku menjadi sangat sensitif. Aku minta maaf."
"You don't have to be sorry, Auntie. It's okay to cry if you wanted to cry." jawab Lunaby.
"Luna," panggil Ellena, "Jawab jujur kepadaku, apa hubunganmu dengan Gerald sedang tidak baik-baik saja?"
Lunaby dengan ragu menganggukkan kepalanya, "Apa Auntie mengetahui itu dari Gerald?"
Ellena membenarkan, "Dia bercerita kepadaku kemarin malam, setelah kita selesai melakukan makan malam."
"Apa yang ia ceritakan?"
"Bahwa ia telah berselingkuh, darimu."
____________________ 300 votes nanti double update deh wkwk
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.