Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
"Leon," langkah Gerald yang hendak keluar dari pintu kamar terhenti, ketika mendengar Lunaby memanggil namanya. "Yes, Babe?"
"Saat kamu baru sampai di Paris satu minggu yang lalu, kamu pergi ke mana?" tanya Lunaby dengan hati-hati.
Gerald terdiam, mencoba untuk mengingat kegiatannya hari itu. "Aku sampai di Paris pagi hari, dan langsung pergi mengunjungi Matthew dan kekasihnya. Dan sepertinya malamnya aku mabuk, karena setelah itu aku tidak mengingat apapun lagi selain bangun di kamar tamu milik Matthew dengan ratusan aspirin di atas meja nakas."
Lunaby tertegun. Pria itu mabuk, dan ia mengakuinya. Pria itu juga mengakui kalau ia pergi ke tempat Matthew, yang memungkinkan Gerald pergi mengunjungi The Liquor, tempat di mana Matthew menghabiskan seluruh waktunya di klub termahal di Paris itu. "Kamu... sendiri?"
Gerald menggelengkan kepalanya, "Aku bersama Matthew, dan Camille."
Camille. Lunaby tidak mengetahui siapa wanita itu, dan Lunaby tidak bisa berpikiran positif atas wanita itu. "Camille siapa?"
"Are we playing detective game or what? Tidak biasanya."
Lunaby menganggukkan kepalanya. "Aku hanya sedang merasa... lupakan."
Gerald membuang napasnya kasar, pria itu pun menghampiri Lunaby yang sudah berdiri di samping meja rias dan memeluknya. "Camille. Camille Arquette, kekasih dari Matthew."
"Jadi wanita itu bukan Camille?" ucap Lunaby tanpa sadar.
"Wanita mana?" tanya Gerald yang sialnya mendengar gumaman Lunaby.
Lunaby dengan cepat menggelengkan kepalanya. Wanita itu pun merapihkan sebentar kerah milik Gerald, sebelum memberikan kecupan di ujung bibir pria itu. "Tidak, lupakan. Lebih baik kita turun ke bawah sekarang, karena jemputan kita sudah berada di bawah."
"Samantha, do you relize that we haven't kiss each others lips after I came back here?"
Tentu. Lunaby tentu saja menyadarinya. Karena sejak pagi itu, di setiap kesempatan Gerald ingin mencium bibirnya, Lunaby akan selalu menghindar. Lunaby menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku tidak menyadarinya sama sekali."
"Can I get a kiss before we go?"
Lunaby sudah pasti akan membalikkan tubuhnya dan berlari untuk mencium pria itu, apabila Lunaby tidak melakukan kesalahannya malam itu. "We're in hurry, Leon."
Terdengar helaan napas berat dari belakang tubuhnya, "Fine. Let's be there before they close the red carpet."
Setelah punggung Gerald berjalan melewatinya, tanpa sadar air mata Lunaby pun kembali turun membasahi pipi wanita itu. Dan dalam ucapannya yang sangat pelan, Lunaby menyampaikan maafnya kepada pria itu.
"Maafkan aku, Leon. Maafkan aku."
_____
Paris Fashion Week After Party, Paris, French.
"Glatea and her husband stole our thunder, Tha."
Lunaby terkekeh pelan mendengar itu. Wanita itu mengerti maksud dari perkataan kekasihnya, Glatea dan Daxton Berkeley yang baru saja masuk ke dalam acara memang langsung menyita seluruh perhatian publik, bahkan headline malam ini yang sebelumnya dipegang oleh Gerald dan Lunaby karena hadir bersama pun langsung tergantikan.
"This is their first public appearance together right?" Tanya Lunaby kepada Gerald.
Gerald menganggukkan kepalanya, "Look at her belly. Seperti bola basket."
Lunaby memutar matanya, "Bagaimana pun juga anak yang akan keluar dari perut yang kamu bilang seperti bola basket itu akan menjadi keponakanmu, Leon."
"And I hope it's a boy, and have his father's personality. Karena aku sudah lelah dengan Glatea, dan aku tidak ingin berhadapan dengan versi mininya." gumam Gerald yang membuat Lunaby tertawa.
"Glatea and her mini version would be such an iconic duo, Leon."
"Or more of a disaster." balas Gerald.
Lunaby menggelengkan kepalanya, "Kamu tidak boleh seperti itu. Bagaimana jika ada orang mengatakan hal yang sama kepada calon anakmu nanti?"
Gerald mengedikkan bahunya, "Aku tidak tahu."
"Kamu ingin menemui mereka?" tanya Lunaby yang ditolak oleh Gerald. "Nanti saja, kita masih memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan mereka atau membicarakan mengenai perut Glatea."
Lunaby terkekeh mendengar jawaban Gerald. Pria itu memang dapat dengan mudah membuat Lunaby tertawa, walaupun tidak lama tawa dari wanita itu menghilang dan tergantikan oleh ketegangan, ketika ia mendengar namanya terpanggil oleh pria yang sangat ia hindari di muka bumi ini.
"Luna."
Lunaby menoleh ke arah sumber suara, dan mengangguk pelan. "Elijah."
Setelah menyebutkan nama itu, Lunaby dapat merasakan rengkuhan tangan Gerald di pinggangnya dengan erat. "Selamat atas fashion showmu."
"Terima kasih."
Tatapan Elijah lalu beralih kepada Gerald. Entah benar atau tidak, tetapi Gerald mendapati tatapan merendahkan dari pria itu untuknya. "Mr. Gallagher, senang bertemu denganmu."
Gerald mengangguk pelan, "Terima kasih."
"Luna, apa kita bisa bicara?" Lunaby dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dari sekian banyak hal yang dapat Lunaby lakukan malam ini, Lunaby hanya tidak ingin dua hal. Bertemu dengan pria tu, dan berbicara bersamanya.
"Aku masih harus menemui temanku yang lain, dan juga adik dari kekasihku. Right, Sayang?" tanya Lunaby yang dibenarkan oleh Gerald.
"So Sir, Elijah—" ucapan Gerald menggantung karena ia tidak mengetahui nama belakang dari pria itu.
"Dawson. Elijah Dawson." ucap Elijah yang dibalas anggukan kepala oleh Gerald.
"Mr. Dawson, if you excuse us, we have another things to do." ucap Gerald sembari membawa Lunaby pergi menjauh dari pria itu.
"Kamu tidak satu agensi dengannya, bukan?" tanya Gerald ketika mereka sudah menjauh.
Lunaby menggelengkan kepalanya, "Kami berada di agensi yang berbeda."
"Good." balas Gerald dengan cepat, "Cause I don't like him."
Lunaby membuang napasnya kasar, dan menyetujui ucapan pria itu. "Yeah, me too." Lunaby bersatu pendapat dengan kekasihnya itu, kalau ia sangatlah membenci Elijah. Sangat membencinya. "Me too, Leon."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.