Chapter 9

65.1K 6.5K 213
                                    

Dari sekian banyak pilihan di dunia ini, Aleena malah memilih menjadi orang dungu yang menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain. Padahal hidup berputar. Segala hal yang mustahil bisa saja terjadi, tetapi dia di masa lalu justru tidak pernah bersiap untuk semua kemungkinan buruk. Mungkin dulu dirinya terlalu mencintai sosok Ervan hingga menghafal semua hal tentangnya di luar kepala. Sampai hari ini, memori itu susah sekali dihapus. Tubuhnya seperti di-setting untuk melaksanakan kebiasaan lama.

Tepat pukul 12 malam di hari ke-12 Januari, mata Aleena terjaga. Berulang kali tubuhnya bergerak mencari posisi nyaman di atas ranjang, tetapi rasanya selalu salah. Otaknya susah sekali ditahan untuk tidak mengirimkan perintah ke tubuh supaya tidak meraih ponsel.

"I hate myself when I can't stop thinking about you," decaknya. Menyerah, dia mengoperasikan ponsel dan membuka memori-memori lama yang tersimpan di dalamnya.

Hari ini Ervan menginjak usia 31 tahun. Dulu—sebelum keadaan seperti sekarang, Aleena pasti membuat kejutan untuk pria itu. Sejak tanggal 11 Januari pagi, dia pasti sudah sibuk mempersiapkan segalanya seperti kue, hadiah, dan konsep kejutan. Aleena selalu ingin menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun. Hal tersebut lama-kelamaan menjadi kebiasaan. Anehnya, walau sudah lima tahun berhenti melakukannya, tubuh perempuan itu seperti latah—tidak bisa tidur sampai larut dan dia benci akan fakta itu.

"Such sweet memories," gumamnya kemudian menyeringai. "People won't think that you're too selfish, licik, dan manipulatif. I hope that day was our last meeting. I'll erase your name from my head—I promise."

Dia memaksa berhenti menggulir layar ponsel. Diletakannya benda pipih tersebut di meja kecil dengan sedikit membanting. Perasaan kesal menguasai. Aleena bingung dengan dirinya sendiri. Ada kalanya dia sangat membenci mantan suaminya dan sudah yakin jika rasa itu sudah tidak ada, tetapi di waktu-waktu tertentu dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Rasa menyesakkan selalu datang tanpa sebab. Matanya memanas saat keinginan mengulangi kebersamaan mereka membumbung tinggi. Pernah ada pikiran gila untuk kembali ke Jakarta hanya untuk sekadar melihat sosoknya dari jauh. Terlebih ketika Evan bertanya-tanya soal Ervan, Aleena ingin sekali berhenti berbohong. Namun, dirinya takut kejujurannya justru menimbulkan harapan di benak sang anak.

"Well, happy birthday. May your life be full of joy and I hope you can find another woman better than me—yang lebih sabar dan tahan menghadapi semua sifatmu. Semoga juga, hubunganmu dengan ibumu membaik."

Baru setelahnya dia dapat terlelap. Dalam kondisi tak sadar, dia bertemu sosok laki-laki jangkung yang selama ini dirindukannya. Lelaki tersebut datang ke kediamannya dengan kondisi kacau. Tubuhnya kurus, rambutnya memanjang dan tak terawat. Pun dengan kantung mata yang membesar, sementara kumis dan jenggotnya tumbuh memanjang. Aleena sampai tidak mengenali sosok tersebut jika suaranya tidak terdengar.

"Tunggu aku sebentar lagi," katanya setengah berbisik.

Selama lima tahun berpisah, baru kali ini Aleena memimpikan Ervan bicara. Biasanya sosok itu hanya muncul dengan wajah sedih. Seharian penuh dia kepikiran dan bertanya-tanya maksud ucapan pria itu.

***

Dengan mengenakan roll neck jumper yang dipadukan dengan blazer dan celana chino warna senada, Ervan tampil smart casual memasuki sebuah lounge di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan. Timnya dari Najiya Fast mengundangnya ke mari. Ervan sendiri hanya mengiakan tanpa bertanya lebih detail. Dia berasumsi jika mereka hanya mengajaknya kumpul seperti biasa, tetapi siapa sangka bila kedatangannya justru disambut seruan meriah.

"Selamat ulang tahun, Pak Bos!"

"Selamat bertambah usia, Pak. Ayo tiup lilin dulu!"

Ervan terkekeh. Agak menggelikan saat disodori kue dan disuruh meniup lilin ketika usianya sudah menginjak 31 tahun. Terlebih perempuan-perempuan di sana kompak mengenakan topi kerucut, sedangkan beberapa laki-lakinya saling meniup terompet kecil.

After We Divorce [New Version]Where stories live. Discover now